Part 6

454 81 5
                                    


Happy Reading

Dua minggu sudah berlalu begitu cepat. Mirza merasakan perubahan yang cukup signifikan. Ia jadi lebih paham dan mudah untuk mempelajari tiga pelajaran inti yaitu MaFia. Sangat membantunya jika ia belajar sendiri dan mengerjakan soal tanpa bantuan Chika. Hanya Badrun yang masih kesulitan memahami ketiga pelajaran itu. Ia bisa masuk IPA mungkin beruntung saja bisa lolos, karena niatnya waktu itu memang mengikuti Chika. IPA bukan minatnya.

"Buruan jalannya yeee!" hardik Badrun pada Chika yang sengaja jalannya dilambatin. Chika tertawa lalu berlari ke arah Badrun dan berdiri diam, "...pake helmnya!"

Bibir Chika mengerucut, "Ga mau. Pakein."

"Manja amat!" Badrun mencibir sambil memakaikan helm cadangan bergambar Hello Kity ke Chika. Helm yang Chika pilih sendiri motifnya itu, padahal belinya pakai uang Badrun.

"Manja juga Badrun suka! Wleee!" Lifah Chika dijulurkan.

"Sayang. Sayang pake banget. Bukan suka!" Badrun ketus. Ia cubit saja hidung Chika setelah mengaitkan tali helm.

"Iyaaaa tauuu! Reseh!" Chika menggosok hidungnya.

Jedug!

Chika sengaja menjedotkan helmnya ke helm Badrun.

"Itu helm baru, Yessicaaaa!" omel Badrun.

"Maap. Hahaha!"

Dan Chika naik ke boncengan motor dan lagi - lagi mendekap pinggang dan perut Badrun kayak anak kecil takut jatuh dari motor. Tetap saja helmnya saling beradu jeledag jeledug. Badrun percuma ngingetin hal ini. Ngga akan diinget sama Chika. Semaunya anak itu mau berbuat apa. Hal itu malah membuat Badrun semakin sayang. Makin dalam.

"Badruuuun....!" panggil Chika di lampu merah yang sepi.

"Apa?"

"Chika juga cayang cama kamu kamu kamu kamu..." Chika balas meraup wajah Badrun dengan telapak tangannya.

"Tapi bo'ong kan?" tuding Badrun, membiarkan mukanya diacak - acak Chika.

Chika ngakak lagi. Badrun menangkap hal itu bukan sebuah gurauan. Ungkapan Chika saja yang ia katakan dengan semaunya. Masalah Chika mengucapkannya dari hati atau bukan, Badrun tak mau mempermasalahkannya. Takut sakit hati terlalu berharap. Tanpa pacaran saja ia sudah bisa dekat dan mengatur hidup Chika. Bedanya, paling ngga bisa ciuman atau mesra - mesraan.

"Badruun!"

"Apa dah?"

"Bolos yuk? Hahaha!"

"Nanti Mama kamu marah. Aku dituduh ngajak kamu. Pulang sekolah aja aku anter kemana kamu mau," tutur Badrun menjitak helm Chika yang nggelendot di bahunya.

"Ah, ga asik Badrun."

Sampai di parkiran sekolah, Chika tak mau turun. Badrun lepaskan dulu kait helmnya, baru gadis itu berlari meninggalkan Badrun sendirian. Dua menit Chika balik lagi. Tatapan Badrun terlihat kesal dan mendengus.

"Hahaha...sori, Drun. Lupa kalo aku masih pake helm." Ia sodorkan helm hello kitty-nya sambil ngakak.

"Untung sayang," gumam Badrun.

Di dalam kelas, Chika berjalan pelan melihat Mirza sedang seru berdiskusi dengan Eve di meja mereka. Chika letakkan tasnya di meja lalu duduk sambil matanya tetap memperhatikan Mirza yang kelihatannya begitu antusias ngobrol bareng Eve. Seseorang mencolek lengan Chika.

"Chik..."

Chika menoleh, "Apa, Flo?"

"Noh, kursi elo yang di belakang!" Flora menunjuk, "...ngapa lo jadi duduk di sebelah gue?"

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang