Part 5

511 85 1
                                    


Happy Reading

Malam hari sepulang Chika part time dari cafe. Seperti biasa, Aya sedang menghitung belanjaan yang akan ia beli untuk jualan besok.

"Maaa. Chika lagi bingung," rengek Chika. Ia sandarkan kepalanya di bahu Aya.

"Tumben Adek bingung?"

"Masa temen aku minta tolong supaya ngajarin dia pelajaran." Chika merangkul lengan Mamanya. Aya hentikan sejenak. Anak itu butuh perhatian.

"Bagus dong. Adek ajarin aja."

"Masalahnya, kalo nanti bentrok sama part time aku di cafe. Dia mau gantiin bayarannya dua kali lipat." Bibir Chika mengerucut.

"Sekarang, Adek mau ngga?"

"Ya mau. Uangnya kan lumayan bantu Mama. Hehehe..."

Sontak Aya memeluk Chika. Mengusap - usap rambut dan menciumi puncak kepalanya berkali - kali. Anak itu dengan kemauannya sendiri, bersikeras ingin membantu Aya. Apapun yang bisa ia kerjakan, walau hasilnya tidak besar. Chika akan merasa bangga bisa meringankan beban Mamanya.

"Besok, Adek ngomong sama Pak Roy, supervisor cafe. Izin hari part timenya tidak bisa setiap hari. Bilang aja mau fokus belajar. Jangan ditinggal part time Adek. Nanti susah kalo Adek mau kerja lagi." Tangan Aya tak henti membelai wajah atau kepala anaknya lembut.

"Terus?"

"Siapa emang yang minta ajarin?"

"Mirza," jawab Chika singkat.

"Tuh, akhirnya temenan kan? Sampe dia minta ajarin kamu. Ya sudah, kamu ajak ke sini. Diajarin di sini," ledek Aya.

"Ngga ah. Chika ngga mau."

"Kenapa?"

"Nanti dia ngapelin aku terus. Dia aja belum tau rumah aku," celoteh Chika, memainkan jarinya.

Aya menowel pipi Chika, "Ih, ge er. Emang dia udah nembak kamu?"

"Ngga sih. Kan dia b aja." tutur Chika menjulurkan lidahnya.

"Terus mau belajar dimana? Di rumah Mirza?" Aya menaikkan alis.

"Aku takut diapa - apain nanti." Chika menggeleng.

"Ajak aja Badrun," usul Aya.

Chika menimbang sejenak pendapat Mamanya lalu matanya me-roll. "Bener juga. Sekalian reparasi otak Badrun. Hehehe."

°°°

"Apartemen kamu bagus banget." Chika terkagum - kagum pada interior apartemen Mirza yang menurutnya besar dan mewah.

"Ah, biasa aja, Chik," jawab Mirza merendah.

"Ngepelnya gimana ini? Pegel seharian," tukas Badrun.

"Hahaha, apa sih, Drun. Norak ih."

"Eh, bentar ya? Aku ambil minuman sama cemilan," Mirza beranjak mengambil sesuatu di lemari es. Chika dan Badrun mempersiapkan buku pelajaran yang akan mereka bahas untuk ulangan semester nanti.

"Tajir juga ini anak," gumam Badrun.

"Bener elo, Drun. Gue liatnya aja udah capek gimana nyapu sama ngepelnya?" bisik Chika terkekeh.

"Sama - sama norak kita ye, Chik?"

Mirza meletakkan tiga minuman ringan botol dan beberapa toples cemilan. Tak mau membuang waktu, Badrun dan Mirza duduk bersebelahan di meja ruang keluarga yang sekaligus ruang tamu. Chika duduk dihadapan mereka mengajari materinya. Dua cowok itu menyimak baik - baik apa yang Chika jelaskan. Mirza sudah dibisiki Badrun agar tidak bercanda demi menjaga agar mood Chika tidak swing.

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang