Part 4

599 99 0
                                    


Happy Reading

Karyawan cafe yang lain kalau tak ada customer, yang mereka lakukan kalau ngga tiktokan, nonton drakor yang tertunda, atau balas chat. Rasanya cuma Chika yang sambil baca buku pelajaran dan buku apa aja yang menarik untuk ia baca. Dan tentu menambah pengetahuannya. Dahaga ilmunya tak bisa dicegah dengan ajakan tiktok oleh karyawan lain. Chika tetap fokus pada bukunya.

Tring

"Selamat sor...ih ngapain ke sini?" Chika ketus mengetahui Badrun yang datang.

"Lha gitu sama customer? Gue mau beli, Chik." Badrun membela diri.

Chika memicingkan matanya. Ngga percaya sama mulut Badrun, "Mau beli apa? Latte? Waffle? Boba? Avocado? Lagi diskon." Chika mengetukkan jarinya di meja.

Badrun sok melihat daftar menu di atas kasir. Ia memegang dagunya sambil menggumam.

"Apa? Buruan?" desak Chika menggebrak pelan meja saji.

"Sabar Yessica. Gue mikir dulu!" Badrun menunjuk sebuah menu.

"Mikir duitnya nih pasti cukup atau ngga. Hahaha!" sindir Chika.

"Gue pesen air es aja lah. Abis lo ngeremehin gue." Badrun tersenyum miring.

"Halah! Ngibul! Gue dah tau kartu elo!" tuding Chika. Ia mengambil gelas lalu isi dengan es batu dan air mineral. Ia letakkan kasar di meja saji pada Badrun.

"Berapa?" Badrun mengeluarkan dompetnya.

"Gratis!"

"Tuh kan! Pak Roy, nih saya diremehin Chika!" Badrun mengadu pada supervisor cafe.

"Emang sejak kapan kamu pesan selain air es tiap ke sini? Sekalinya pesen latte juga Chika yang bayarin kan?" celetuk Pak Roy.

"Asem!!" maki Badrun pada dirinya sendiri. Ia lalu duduk setelah ditertawakan Chika. Gadis itu menyusul Badrun yang memilih tempat duduk dekat tangga.

Badrun memang suka menyebalkan, membuat Chika kesal dan dongkol. Di luar itu, Badrun adalah sosok yang selalu setia menemani Chika dikala ia membutuhkan seseorang untuk bersandar, meskipun kadang otak Badrun suka sengklek menanggapi. Badrun tak pernah pergi, ia tak pernah beranjak sampai Chika memintanya pergi. Telinganya selalu ada untuk mendengar keluh kesah Chika.

"Lo ngga belajar apa buat ulangan besok?" tanya Chika, melirik Badrun.

"Tar di rumah."

"Ya lo ngapain malah ke sini bukannya belajar di rumah, Drun?" Chika menaikkan nada suaranya.

"Ngusir?" sindir Badrun.

"Ngasih tau doang," jawab Chika tegas.

"Selama ada Yessica Tamara di sebelah gue, gue cukup memanfaatkan mata dan telinga selama ulangan." Badrun terkekeh. Ia sedikit demi sedikit menyedot air esnya. Gaya. Biar dilama - lamain.

"Kalau diacak?"

"Ada temen sebelah kan?"

"Kalau sama - sama ngga ngerti?"

"Duduk yang tenang, sama-kan persepsi, sama-kan jawaban, sama-kan nilai," ucap Badrun ditirukan Chika saking hafalnya cara ngeles Badrun menghindari belajar. Mereka berdua tertawa, Badrun membiarkan Chika menabok pipinya.

"Terus di bawah KKM, remed, dan pasrahkan pada Tuhan selebihnya!" tambah Chika, "...ada - ada aja prinsip hidup lo, Drun." Chika berdecak heran.

"Gue pernah ditampol emak gue gara - gara ulangan," tukas Badrun bercerita.

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang