Part 14

351 64 17
                                    


Happy Reading

Langkah Mirza tergopoh - gopoh mengejar Chika yang baru saja keluar dari lobi tower A. Ia rela menunggu berjam - jam di luar lobi tower. Ia khawatir besok Chika akan tetap tidak masuk sekolah, sedangkan ia harus menyelesaikan masalahnya dengan Chika secepatnya.

"Chika!" panggil Mirza, nafasnya terengah.

Mendengar namanya dipanggil seseorang, langkahnya terhenti dan menoleh asal sumber suara, "Mirza?"

"Chika, please kasih aku waktu buat ngomong. Buat jelasin semuanya." Mirza memohon. Ia berdiri di depan Chika.

"Jelasin apa? Kayaknya ngga perlu ada yang harus dijelasin?" Alis Chika menaut. Ia melanjutkan langkahnya. Mirza berjalan mundur tapi tetap menoleh ke belakang.

"Soal lomba. Aku minta maaf. Aku akui, aku yang salah. Tapi aku ngga ada hubungan apa - apa sama Eve. Kita cuma teman biasa. Ngga lebih. Please, Chik. Aku sayang sama kamu." Mirza akhirnya berjalan beriringan, gestur tangannya melayang kemana - mana. Tak berani menyentuh tangan Chika.

"Soal lomba, ngga perlu minta maaf sama aku. Aku ngga merasa dirugikan apa - apa," Chika mengelak, berpura - pura tegar, "...dia mau teman atau pacar kamu ya itu urusan kamu. Ngapain dijelasin ke aku?"

"Yaa...aku ngerasa kamu—"

"—itu perasaan kamu. Bukan aku." Chika denial lagi. Menegakkan tubuh, menahan titik air matanya, menaikkan nada bicara agar terlihat kuat dan seolah tak peduli apapun penjelasan Mirza. Kenyataannya ia tetap berdiri, menunggu Mirza terus berbicara. Berharap Mirza bisa meluluhkan hatinya yang mudah oleng dan bimbang.

"Kasih aku kesempatan, Chik. Aku sayang sama kamu." Mirza sampai harus mengeluarkan kalimat sakti.

"Aku butuh waktu. Soal lomba yang sepele aja, omongan kamu ngga bisa kamu pegang. Apalagi perasaan." Untungnya Chika sudah kebal dengan kalimat sakti itu.

Mirza terdiam di skak Chika, "Aku akan jaga jarak sama Eve. Buat buktiin sama kamu kalau aku serius sayang sama kamu." Wajah Mirza terlihat serius, sulit sekali meyakinkan Chika kali ini.

"Eve kan ngga salah, kok kamu jauhin? Mau kamu musuhan, belum membuktikan apa - apa, Mir. Ngomong sayang itu gampang." Chika menunjuk - nunjuk. Arah matanya dibuang sembarang arah, "...kamu mau dekat atau berteman sama Eve, ya silahkan. Tapi kalau kamu dengan mudahnya bikin aku baper terus kamu biarin aku jatuh. Itu jahat, Mir."

Mirza menunduk lagi. Kena skak dua kali.

"Iya, aku udah maafin kamu biarpun kamu ngucap seribu kali. Aku butuh waktu, Mir." Chika melanjutkan, "...udah ya, aku mau pulang." Dan Chika pun melanjutkan langkah, Mirza membiarkan Chika melanjutkan langkahnya.

Mirza hanya bisa menatap Chika berjalan gegas tak lagi menoleh setelah jauh. Tanda Chika tak menginginkannya lagi. Memintanya untuk pergi secara halus. Mengejar pun akan sia - sia. Mau bicara apalagi? Mau bertanya soal Om - Om tadi? Yang ada Chika akan makin ilfil dan gadis itu tenggelam dalam pesona Jeff.

°°°

Pagi - pagi Chika sudah kepo dengan tas Badrun di kelas. Sudah datang lebih pagi rupanya. Sebuah kebiasaan yang sangat tidak biasa dari sahabatnya itu. Apalagi kalau bukan karena Marsha. Sedih rasanya melihat kenyataan sahabatnya sendiri perlahan menjauh karena orang lain. Jarak itu semakin terasa tanpa Chika bisa memaksa Badrun untuk kembali mendekat seperti dulu.

"Flo, ganteng ngga?" Chika menunjukkan foto Shamy di layar ponselnya.

"Eh, ganteng banget. Siapa, Chik? Lo pacaran sama Om - Om. Tapi ga masalah sih. Ini cool banget," celoteh Flora, memfokuskan matanya menatap Shamy. Sampai di zoom.

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang