Part 2

1K 112 4
                                    


Karena Chika hari ini ganti ava, jadi saya update part berikutnya yang harusnya besok...

Happy Reading

"Ih, Chika sebel banget hari ini!" Chika melempar tasnya begitu saja ke lantai dan menghempaskan pantatnya ke sofa. Perlahan ia ndusel ke bahu Mamanya dan menjatuhkan kepalanya di atas paha Aya. Ia baru saja pulang kerja part time di sebuah cafe kecil yang masih berada di kompleks superblok rusunnya.

"Kenapa, Dek?" Aya membelai rambut panjang Chika, menatap wajah anaknya.

Manik coklat Chika membalas tatap mata Mamanya, "Tadi kan aku baru masuk sekolah, eh di tin tin sama mobil. Ngga taunya mobil anak baru. Sombong banget. Mana mukanya B aja lagi."

"Emang kalau mukanya ngga B aja gimana? Kamu mau naksir?" tanya Aya.

"Iya, hehehe."

"Anak Mama kok genit sih."

"Terus ya, Mah. Pulang sekolah aku lagi pake helmnya Pak Kimin, eh dia klakson lagi. Chika katain aja sombong! Eh dia turun nantangin."

"Hah? Terus?" Aya malah penasaran.

"Ya dia nanya, Chika ngomong apa barusan. Ganteng - ganteng kok budek. Masa ngga kedengeran Chika teriakin sombong!"

"B aja atau ganteng nih jadinya?" sindir Aya tersenyum.

"Gantengnya B aja gituuu," elak Chika ngeles memonyongkan bibirnya.

"Ooh, ada ya ganteng tapi nanggung." Aya mengetuk dagunya, "...eh, terus, Dek?"

"Eh, Badrun dateng, dia kabur. Payah."

"Adek ngga boleh kasar sama orang. Harus lembut. Emosi boleh tapi tidak boleh marah - marah. Nanti kalau Adek diapa - apain gimana?" Aya mencubit hidung Chika.

"Abis dia duluan sih reseh....eh, Mah, terus ya tadi di cafe ketemu dia lagi."

"Nah loh!" Tadinya Aya ingin nyeletuk 'jodoh tuh', tapi takut Chika ngambek. Ia malas kalau harus turun ke bawah membeli es krim hanya untuk mengembalikan mood anaknya.

"Dia nanya, ngapain lo. Ya Chika jawab, kerja lah. Emangnya menurut lo? Terus dia diem, ngga berani bales. Langsung pesan latte dia. Kalo Chika yang bikin kopinya, pasti Chika kasih garam setoples." Chika terkekeh puas mengkhayal.

"Tuh kan, baru Mama bilang tadi. Adek juga jahat sih pikirannya."

"Bercanda, Mah. Ngga mungkin lah Chika kasih garam. Paling lada. Hahaha." Chika terkekeh puas. Menertawai dirinya sendiri.

"Ck ck ck...Adek. Ngga boleh gitu."

"Iyaa, Maaah." Chika memeluk dan membenamkan wajahnya di perut Aya.

"Adek makan sana." Aya penuh kasih sayang mengusap puncak rambut Chika.

"Suapin!" jawab Chika bernada manja.

"Sebentar, Mama ambilin ya."

Chika bangun dan membiarkan Mamanya beranjak ke dapur mengambilkan makan malam untuknya.

"Ganteng sih Mirza tapi sombong. Tapi ganteng juga," Chika membatin, "...ih amit - amit deh punya temen kayak gitu. Orang sombong gitu cocoknya pacaran sama Mayang. Hihihi."

°°°

Usai makan malam, Chika turun ke bawah. Ia berniat ke minimarket membeli es krim terlebih dahulu sebelum tidur agar mood tidurnya bagus dan bisa bermimpi indah. Jarak dari lobi rusun ke sana tidak terlalu jauh. Jam sembilan malam, suasana di sekitar area komersial sangat ramai oleh para penghuni rusun yang menjejali sejumlah kios makanan yang masih buka. Antrian minimarket pun lumayan agak panjang. Maklum, minimarket yang jualannya cukup lengkap ya di sini.

Chika [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang