Mata itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang meronta-ronta untuk segera diterima.
Kepalanya masih begitu sangat sakit, dirinya mencoba mengingat hal terakhir yang dia alami. Sekelebat ingatan itu mulai terputar jelas dalam kepalanya.
Dia ingat! Terakhir kali dia berada bersama dengan ibunya, dengan menggebu-gebu menceritakan cerita dari novel yang dia baca.
Sampai sakit di dada itu mulai merayap dan membuatnya seperti ingin mati. Tangannya memegang dadanya, begitu ingatan itu muncul.
Kepalanya menyernyit heran, rasa sakit itu sudah tidak terasa. Apa semua baik-baik saja? Apa dia tidak jadi mati?
Hei! Bukan berarti dia berharap ingin mati! Dia ini masih 20 tahun, hidupnya masih panjang dan dia ingin menua bersama dengan sang pujaan hati yang belum terlihat.
Dia menatap sekeliling bingung, ini di mana? Ini bukan kamarnya, apakah dia di culik?
Dengan cepat dia mendudukan diri setelah pikiran itu melintas.
Ceklek
Kepalanya langsung menatap kearah pintu itu dengan waspada. Dari balik pintu itu, perempuan dengan gaun yang cukup indah mulai berjalan dengan tergesa kearahnya.
Dia menyipitkan matanya, dari gaun saja dia tahu bahwa perempuan ini bukanlah dari bangsawan, tapi bukan juga terlihat seperti rakyat biasa.
Pikirannya kembali kalut begitu dia kembali mengingat tentang culik menculik. Matanya kembali menajam, seakan berkata maju selangkah lagi, aku akan menghukummu.
"Kau tidak apa-apa?" Matanya menyipit sekali lagi, begitu wajah cantik itu benar-benar jelas.
Rambut coklat ikal sepinggang, dengan bola mata yang setara. Wajah perempuan ini tak asing, tapi dimana dia pernah melihatnya?
Dia membuat kinerja otaknya bekerja lebih keras, guna menemukan jawaban atas pertanyaan itu.
Oh, ayolah Madelyne. Kau tidak sebodoh itu untuk melupakan wajah seseorang, bukan? Gunakan otak pintarmu itu dengan baik, gerutunya dalam hati.
Sampai akhirnya, dia terkejut bukan main, ketika ingatan dimana dirinya melihat wajah perempuan yang berada dihadapannya ini. Tanpa sadar, dirinya meringsut.
Tidak, tidak mungkin! Ini pasti mimpi, iya ini pasti mimpi. Pikirnya begitu ingatan tentang perempuang didepannya itu muncul.
Perempuan didepannya itu menatap dirinya dengan cemas, melihat respon tubuh yang ditangkap matanya.
"Kau tak apa, Maryline?"
Maryline? Hei! Siapa itu, aku ini adalah Madyline, tahu! Dia membatin begitu dia dipanggil dengan nama yang tidak dia kenal.
"Siapa Maryline? Dan mengapa aku berada disini?"
Sial, dia sungguh tidak tau siapa Maryline yang dimaksud. Dirinya menatap perempuan ini dengan pandangan harap-harap cemas, dia harus memastikan sesuatu yang membuat dirinya bergetar takut.
Iya! Dia harus rasional. Tidak mungkin kan semua yang dipikirkannya itu benar.
Hei! Dia hidup di zaman modern, dimana semua yang dia pikirkan itu tidak mungkin terjadi.Tapi bagaimanapun, perasaan takut itu tidak bisa dia hindari, kenapa sekarang dia terlihat seperti manusia yang lemah sih? Jangan sampai kakaknya tahu tentang hal ini. Jika anak tertua keluarga Christhoper itu tahu, maka habislah dia!
Perempuan dihadapannya itu mulai menatap aneh sekaligus cemas.
"Kau tidak ingat apa-apa? Kau, Maryline De Morgan, dan kita berada dirumahmu Mary, kau terjatuh beberapa hari yang lalu dan tak sadarkan diri setelah itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KINGDOM OF VILLAINS
FantasyMata itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang meronta-ronta untuk segera diterima. "Kau tidak apa-apa?" Matanya menyipit begitu netranya menatap perempuan yang berada dihadapannya. Wajah perempuan ini tak asing, tapi dimana dia pernah melihatn...