Well aku yg sblmnya hiatus lama akhirnya memutuskan untuk balik ke dunia oren ini. Maap ya klo pda lupa alur, aku jg gatau ad yg baca apa engga. But it's okay krna aku suka nulis hehehe
Happy reading
****
Setelah membagikan berbagai macam barang yang dia beli untuk rakyat yang tidak mampu dan mengembalikan anak laki-laki tadi kerumahnya, kini Maryline duduk memandang pepohonan yang dilewati kereta kudanya.
Hari ini begitu melelahkan, ditambah lagi dengan kejadian tadi. Untung saja dia bukan jenis putri yang lemah, papa nya bukan jenis raja yang akan membeda-bedakan pendidikan anak-anaknya.
Dulu, jika sang kakak pergi untuk berkuda, maka dia akan ikut berkuda. Jika kakaknya pergi bermain pedang dengan prajurit maka dia akan mengikutinya. Ah dia jadi merindukan sang kakak.
Lamunan Maryline berhenti begitu kereta kuda tidak lagi bergerak, dia menoleh dan menatap bangunan yang tidak besar tapi begitu mewah.
Matanya memicing begitu melihat kereta kuda mewah yang sudah terpakir rapih. Tentu saja dia mengetahui kereta siapa itu, bagus sekali dia perlu pelampiasan untuk emosinya saat ini.
Pintu kereta dibuka, Maryline menyambut tangan pengawal yang sudah siap membantunya turun. Dagunya terangkat, seolah memberitahu bahwa dirinya adalah bangsawan dengan gelar yang tidak sembarang, begitu banyak pasang mata menatapnya.
Walaupun dia menggunakan gaun yang tidak terlalu mewah seperti biasanya, tapi darah memang tidak bisa berbohong garis keturunan dari sang leluhur mampu membuat Maryline terlihat begitu luar biasa.
Dia berjalan memasuki bangunan itu, matanya langsung menatap kearah pemilik kereta di depan. Dia berjalan begitu anggun, memberi salam sebagai formalitas walaupun sebenarnya dia menolak melakukan itu.
"Selamat siang putri mahkota, saya tidak menyangka jika anda begitu menyukai makanan di toko ini," Suaranya lembut namun menegangkan.
Sedangkan Misha menatap Maryline dengan pandangan yang tidak bersahabat, namun dia harus pandai bermain peran disini.
Maryline menatap ke arah kanannya, Larisa sedang duduk dengan posisi yang tidak nyaman. Tatapan matanya memyiratkan jika dia bersyukur ada Maryline saat ini.
Manusia licik satu ini, apa lagi yang sedang diperbuatnya, batin Maryline dalam hati begitu kembali menatap Misha.
"Ah Maryline, hidangan di tokomu begitu lezat. Tidak salah jika banyak rumor yang beredar bahwa ini salah satu toko makanan yang lezat,"
Maryline hampir saja mendengus kesal, apa yang perempuan ini bilang? Rumor? Sial, itu kenyataan tahu!
"Maaf tuan putri, tapi sepertinya anda salah tentang rumor itu. Hidangan ditempatku memang sangat lezat, terbukti dari berkembangnya toko ini hanya dalam beberapa bulan saja,"
Siapapun yang mendengar nada bicara Maryline pasti tahu, jika perempuan ini baru saja berbicara sarkas dan angkuh.
Misha hanya tersenyum congkak menanggapi. Kenapa perempuan ini harus selalu ada jika dirinya ingin merendahkan Larisa.
"Larisa, apa yang kau lakukan? Bukankah sudah ku bilang jangan datang kemari jika tidak ada kepentingan apapun?"
Larisa menatap Mary, enggan memberitahu mengapa dia bisa sampai kemari.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KINGDOM OF VILLAINS
FantasyMata itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang meronta-ronta untuk segera diterima. "Kau tidak apa-apa?" Matanya menyipit begitu netranya menatap perempuan yang berada dihadapannya. Wajah perempuan ini tak asing, tapi dimana dia pernah melihatn...