Haiiii, aku updateee lagiiiiiiii. Adaaa yang nungguin? Kyknya enggaaaa ekekek, tapi tenang ajaa aku bkln update kalo jdwlku senggang dan idenya ada.
Happy reading semua!!!!
***
Hari ini Maryline memutuskan untuk mengitari taman yang berada dihalaman depan rumah besar ini, sudah terhitung seminggu dia ada disini. Kakaknya, Aliester sejak kemarin belum juga pulang. Entahlah, mungkin memang ada sesuatu yang perlu diurus.
Larisa berencana untuk mengunjunginya hari ini. Sebenarnya dia ingin ke toko roti, tetapi mengingat bahwa dia belum sepenuhnya mengetahui seluk beluk dari rumah yang sekarang menjadi rumahnya ini, dia memutuskan untuk berjalan-jalan. Sendirian, tanpa Lily.
Pelayan dia yang satu itu, terlalu berlebihan. Dia harus meyakinkan Lily bahwa dirinya akan baik-baik saja. Tentu saja, siapa yang berani berulah di rumah utama sang Mulia pendeta agung? Jika benar ada, Maryline merasa bahwa orang itu tidak sayang pada nyawanya.
Dirinya menghembuskan napas lelah, sedari awal dia hidup sebagai Maryline dia tidak berhenti berpikir. Bagamana caranya dia menggagalkan akhir cerita novel itu? Dia ingin membantu Larisa, tetapi dia tidak ingin bertemu dengan para tokoh antagonis itu.
"Ayo berpikir Maryline, gunakan semua akalmu," berbicara sendiri sambil menatap halaman luas yang begitu indah.
Yang dia tahu dari Lily, Maryline yang asli begitu menyukai bunga. Dia sendiri terkejut mengetahui bahwa dialah yang menanam semua jenis bunga ini.
Sangat cantik, batinnya berseru
"Ya Tuhan, kenapa aku harus terbangun dan hidup di kerajaan yang masih memakai korset sekencang ini sih? Aku tidak bisa bernapas dengan benar, tidak lucu kalau aku mati karena hal ini." Keluhnya begitu dia mendudukan diri di bangku taman ini.
Di kehidupannya sebagai Madelyne, gaun yang digunakan tidak semenyiksa ini. Lily terlalu kencang menarik setiap tali di korsetnya.
"Claster Da Castello, aku sudah bertemu dengan tokoh utama pria. Dan aku hidup sebagai adik dari yang Mulia pendeta agung. Dimana peluang untuk bertemu dengan anggota kerajaan sangat besar. Yang aku tahu, Aliester mempunyai kekuasaan yang bahkan bisa melebihi sang kaisar. Apa aku cerita saja perihal Larisa?" Tanya Maryline pada diri sendiri.
Namun dengan cepat dia menggeleng, bertanya pada Aliester sama saja membongkar rahasianya.
"Kau nampak cantik, Maryline." Maryline langsung menengok keasal suara, dibelakangnya Larisa Edbert telah berdiri dengan anggun.
Walaupun Larisa bukanlah bangsawan, dia harus mengakui bahwa setiap tutur kata bahkan tingkah lakunya sekelas dengan bangsawan kelas atas.
Pantas saja putra mahkota jatuh cinta dengan sosok ini, dia terlalu sempurna. Batin Maryline.
Maryline bangkit lalu berjalan menghampiri sahabatnya,
"Aku memang sudah cantik dari lahir Larisa. Kemana saja sampai kau baru menyadarinya?"
Larisa tersenyum menanggapi perkataan Maryline. Tetapi, ada sedikit rasa terkejut begitu dia mendengar Maryline.
"Bagaimana kondisi di toko roti Larisa? Sudah tidak ada yang berani macam-macam, bukan?"
Larisa menggeleng, tentu saja tidak akan ada yang berani berurusan dengan De Morgan.
"Kau mengurusnya dengan baik, Mary. Mereka bahkan membicarakan dirimu, terkagum-kagum akan kecantikan adik Aliester yang selalu menjadi tanda tanya. Kau sungguh berani, aku tidak tahu apakah aku harus bersyukur pada kecelakaanmu itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE KINGDOM OF VILLAINS
FantasyMata itu mengerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang meronta-ronta untuk segera diterima. "Kau tidak apa-apa?" Matanya menyipit begitu netranya menatap perempuan yang berada dihadapannya. Wajah perempuan ini tak asing, tapi dimana dia pernah melihatn...