românia ketiga

161 42 18
                                    

Jeno sudah bersiap sejak pukul lima pagi. Ia harus segera ke Abbey of St. Carta sebelum matahari terbenam. Dilihatnya Ryu yang sedang menyiapkan makanan.

"Ryu, terima kasih untuk semuanya. Aku benar-benar tidak bisa membalas kebaikanmu. Aku izin pamit untuk melanjutkan perjalananku lagi."

"Tidak perlu berterima kasih, Jeno. Aku ikhlas membantumu. Sekarang, ayo kita berangkat. Aku sudah menyiapkan sarapan untuk kita makan di perjalanan," ajak Yangyang yang membuat Jeno kebingungan.

"Ryu..?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu ke sana sendirian, Jeno. Tolong, biarkan aku ikut denganmu. Walaupun nantinya aku tidak membantumu, setidaknya aku bisa menemanimu."

Jeno tersenyum penuh haru, "vă mulțumesc că vă faceți griji pentru mine, Ryu"
Thank you for caring for me, Ryu.

"Nicio problemă, Jeno. Ayo, kita berangkat sekarang. Perjalanan ke sana membutuhkan waktu yang cukup lama."
No problem, Jeno.

Inilah awal perjalanan Jeno dan Yangyang menuju Abbey of St. Carta yang terletak di dekat Sungai Olt, berada di antara Kota Sibiu dan Făgăraș. Mereka menggunakan delman milik keluarga Yangyang dengan Jeno sebagai kusirnya.

"Jeno, ayo buka mulutmu. Aku akan menyuapimu," pinta Yangyang dan diangguki Jeno.

"Ryu, apakah kamu sejak kecil sudah berada di România?" tanya Jeno membuka percakapan di tengah perjalanan mereka.

"Aku lahir di Jerman dan tinggal di sana hingga berumur 12 tahun. Lalu ayah dan ibu mengajakku kembali ke România dan tinggal di sini hingga sekarang," jelas Yangyang.

"Hm, Jeno.. Jika aku boleh bertanya, apa sebenarnya tujuanmu 'mencari kebenaran' di Biara Carta?"

Jeno menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Sejenak, pikirannya terpaku kepada percakapan 10 tahun lalu.

"Aku tidak tau siapa orang tuaku. Namun sejak kecil aku diasuh oleh Sister Maria. Dia begitu baik hingga aku anggap ibuku sendiri.

Di kala itu, ibu diminta pemerintah Gereja ke România untuk melakukan penyucian biara bersama beberapa biarawati yang dipandu oleh pastor. Namun hingga sekarang, ibu belum kembali," balas Jeno yang membuat Yangyang bersalah.

"Jeno, maafkan aku. Aku tidak bermaksud mengungkit masa lalumu," sesal Yangyang.

"Tidak apa-apa, Ryu. Lagi pula, kamu tidak tau. Aku harap, perjalanan jauhku tidak sia-sia. Aku segera mendapatkan jawaban dari apa yang aku tanyakan."

Yangyang menepuk pundak Jeno dan tersenyum, "aku yakin, kamu akan mendapatkan jawabannya."

Delman yang dikendarai oleh Jeno telah sampai di tengah hutan. Mereka harus menempuh perjalanan lagi dengan berjalan kaki menuju Abbey of St. Carta.

"Ryu, berpeganglah kepada tanganku. Hari sudah sore, aku tidak ingin kamu tertinggal jauh di belakangku."

Jeno mengulurkan tangannya dan Yangyang pun membalasnya, "aku tidak akan tertinggal, Jeno. Aku selalu bersamamu."

Tepat sebelum matahari terbenam, mereka telah tiba di Abbey of St. Carta. Jeno melihat bangunan di depannya tanpa kedip. Kebenaran yang ia cari sudah di depan mata.

"Kamu sudah siap, Ryu?"

"Aku selalu siap bersamamu."

Jeno dan Yangyang saling tersenyum dan menganggukkan kepala. Ini adalah awal dari kisah mereka.

 Ini adalah awal dari kisah mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

tbc.

211221

hueee maaf banget kalau ini fail. aku engga yakin kalau nanti genre-nya jadi mystery gitu. semoga tetep bisa sampai ending ya. makasih banyak atas dukungannya 🤧💛

[end] românia, jenyang gs.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang