AGAM - 15

276K 29.3K 6.4K
                                        

VOTE DULU TSAYYY!!!

Setelah memastikan Zeyn keluar dari kamar, ia baru melangkah mendekati Leyla yang sudah membuka kedua matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah memastikan Zeyn keluar dari kamar, ia baru melangkah mendekati Leyla yang sudah membuka kedua matanya.

Leyla menatap Agam, dan Agam menatapnya. Jadi mereka saling bertatapan satu sama lain sampai matahari tenggelam.

Canda jandess

"Kak Agam ngapain disini?" Leyla membuka suara.

"Gimana?"

"Gimana apanya, kak?" Bingung Leyla yang tidak paham maksud Agam.

"Keadaan lo," singkatnya.

"Udah baikan, ini juga kayaknya udah bisa di lepas deh, kak," tunjuk Leyla pada infus di punggung tangannya.

"Nanti aja, dokter Ratih yang bakal lepasin," sahut Agam.

Leyla mengangguk. "Kak Agam," panggil Leyla.

"Hm?"

"Eum... besok aku boleh masuk sekolah, kan?" Tanya Leyla dengan suara pelan.

"Gue bolehin. Tapi, lo masih ingat yang gue bilang kemarin, kan?"

"Ma-masih, kak. Aku harus tinggal disini dan tetap di awasi selama di sekolah." Leyla mengulang ucapan Agam semalam.

"Bagus."

"Tapi, buku-buku sama baju aku pada di rumah aku, Kak," cicit Leyla.

"Bukan hal sulit untuk bawa semua itu kesini," balas Agam santai.

"O-oh, yaudah kalau gitu, Kak."

"Sebentar lagi dokter Ratih datang," beritahu Agam kemudian dia berjalan keluar kamar.

Leyla hanya diam sampai tubuh Agam tidak terlihat lagi di penglihatannya. Pintu kamar kembali di buka, ternyata itu dokter Ratih.

"Pagi, udah baikan?" Tanya dokter Ratih.

"Udah dokter," sahut Leyla dengan senyum.

"Katanya kamu mau lepas ini? Tunggu habis dulu ya cairan infusnya, baru di lepas," ucap dokter Ratih.

"Iya, dokter."

Leyla terus menatap ke arah botol infus sampai isi di dalamnya hampir habis. Dokter Ratih berdiri dan mulai melepas infus di punggung tangan Leyla.

"Terimakasih dokter Ratih," ucap Leyla.

Dokter Ratih tersenyum. "Sama-sama, kalau gitu saya pergi ya," pamitnya.

"Hati-hati ya dokter."

"Kamu juga hati-hati disini," balas dokter Ratih sambil mengedipkan satu matanya.

Leyla mengangguk ragu-ragu, semoga saja dia tidak mencari masalah pada Agam agar nyawanya selamat.

Dokter Ratih sudah keluar kamar. Leyla beranjak dari atas kasur, ia haus tetapi air yang biasanya diletakkan di atas meja sudah habis. Jadilah dia berinisiatif untuk mengambilnya sendiri ke bawah.

AGAM [terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang