Yang tidak kasih Vote ga menghargai banget sih😬
Leyla terus berlari supaya Agam tidak bisa menangkapnya. Tanpa disadari, didepannya ada batu berukuran sedang. Leyla pun terjungkal dan membuat lututnya terluka karena bergesekan dengan pasir pantai.
Melihat itu, Agam segera menghampiri Leyla dengan raut wajah khawatir.
"Ck! Makanya jangan lari-lari," omelnya setelah mendapati lutut Leyla berdarah.
Agam mengangkat tubuh Leyla dan membawanya kembali ke mobil. Membuka pintu mobil kemudian mendudukkan Leyla dengan perlahan. Ia tidak menutup pintu mobil, diambilnya kotak p3k yang terletak di laci dashboard.
Agam sedikit berjongkok, ia mulai membersihkan luka di lutut Leyla.
"Tahan, gue tau ini perih," ucap Agam.
"Iya."
Terakhir, Agam melilitkan perban di lutut Leyla agar tidak kemasukan debu nantinya.
"Bisa jalan, ga?" Tanya Agam tiba-tiba.
"Bisalah, kan kaki aku cuma luka, bukan patah!" Ngegas Leyla.
"Ngegas amat jawabnya," cicit Agam.
"Ini semua karena Kakak! Siapa suruh ngejar aku?!"
"Gue? Ga salah?" Tanya Agam. Padahal dirinya hanya mengejar gadis itu dengan santai, dia saja yang berlari terlalu heboh hingga terjatuh.
"Iya! Emang salah kakak!" Tekan Leyla.
Agam menghela nafas, sepertinya dia mengalah saja. "Oke, ini salah gue. Sebagai permintaan maaf gue, lo mau apa?" Tanya Agam.
"Serius mau kabulin?"
"Hm."
Pikiran Leyla langsung mengarah pada Glora. Ia masih kesal pada gadis tersebut sejak kejadian waktu itu.
"Aku mau Glora pergi dari mansion! Suruh dia pulang ke asalnya!" Seru Leyla.
"Ga bisa. Tugas dia belum selesai disini," balas Agam.
"Kalau gitu, suruh aja dia tinggal di hotel atau apartemen!"
"Ga bisa, Leyla. Sebelum lo ada, Glora udah lebih dulu tinggal di mansion. Jadi, gue ga bisa ngusir dia cuma karena permintaan lo yang ga jelas ini," ucap Agam sedikit meninggikan nada suaranya.
Mendengar penuturan cowok itu, hati Leyla jadi sakit. Ah! Ini salahnya juga, kenapa coba dia malah meminta hal itu? Dia ini cuma orang baru, dan Glora adalah orang yang sangat mereka kenal. Benar seperti itu maksud Agam tadi, kan?
"Oh gitu. Yaudah, anter aku pulang kerumah aja," pinta Leyla dingin.
"Kita ke mansion," sahut Agam.
"Ga! Kakak udah janji sama aku, kalau selama satu Minggu ini aku bebas ngapain aja, dan Kakak ga boleh ngelanggar. Jadi cowok harus bisa pegang omongannya sendiri dong!" Sarkas Leyla.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAM [terbit]
Teen FictionMari follow terlebih dahulu 💋 *** Leyla termangu sesaat. Sebuah pistol di todongkan tepat di keningnya. "Masih mau bermain-main, hm?" Yang di tanya pun menggeleng cepat. "Berikan senjata itu!" Perintah Agam. Dengan patuh Leyla mengeluarkan pistol t...