Bab 1: Ada yang Berbeda

18 2 0
                                    


Maha duduk di pinggir lapangan basket sembari sesekali membenarkan rambutnya yang diterpa angin. Tatapannya tertuju pada satu laki-laki yang tengah bermain basket. Laki-laki itu bernama Liam Arfando, teman sekelas yang tidak pernah akur dengannya. Maha bingung dengan perilakunya sendiri saat ini. Ia bertanya-tanya mengapa akhir-akhir ini sosok Liam tidak bisa lepas dari pandangan matanya. Ia seperti ditarik oleh rasa penasaran yang memuncak pada laki-laki tersebut. Selama hamper satu tahun pertemanan, Maha tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan Liam selama ini. Namun, semua itu terasa berbeda tak seperti biasanya. Kehidupan normal yang Maha jalani justru bak jungkir balik. Ada rasa gugup yang tak bisa dijelaskan oleh kata-kata. Ia sudah berkali-kali meyakinkan diri agar tak bertindak konyol dengan memperhatikan Liam. Nihil. Ia justru semakin ingin terus memandangi sosok Liam terlebih ia terlihat sangat keren saat ini. Keren? Benar. Entah mengapa Maha merasa Liam sangat keren saat sedang bermain basket ditambah dengan poninya yang dibiarkan panjang turut menambah karismatik pada dirinya.

"Ngelamun aja, Lo! Bisa-bisanya di tempat seramai ini malah ngelamun. Nggak takut kesurupan, Lo?" Tanya Liyana sahabat Maha yang punya sifat super judes terutama ke makhluk yang disebut cowok.

"Iya nih, apaan sih! Kita itu lagi dukung tim kelas kita tanding antar kelas. Semangat dong! Masa dari tadi ngelamun aja". Protes Via sahabat Maha satunya lagi.

"Siapa yang ngelamun sih! Gue cuma males aja kasih semangat ke Liam." Elak Maha kepada dua sahabatnya.

"Maharani Larasati..Gue tahu Lo benci banget sama Liam, tapi ini kan acara tanding kelas kita. Bisa nggak turunin ego Lo sekali aja buat saat ini." Ucap Via gemas dengan kelakuan Maha yang tidak pernah bisa akur jika menyangkut dengan Liam.

"Lagian juga jangan terlalu benci, kalo sampai Lo naksir dia gimana?" Liyana berusaha mengingatkan Maha.

Degg..

Jantung Maha tiba-tiba seperti dipukul palu bertubi-tubi. Pikirannya kosong begitu saja seolah tidak bisa berpikir jernih. Entah mengapa perkataan Liyana seperti menohok pas pada dirinya. Ia teringat beberapa hari yang lalu saat ia sedang berada di kamar sendirian. Sempat terbesit dipikiran Maha bahwa ia menyukai Liam karena merasa dirinya mulai memperhatikan Liam. Perkataan Liyana bernar-benar mengusik pikirannya yang sudah terbang entah kemana.

"Ngaco aja Lo kalo ngomong. Mana sempet Gue mikir suka sama dia kalo tiap hari kerjannya berantem mulu." Jawab Maha mencoba berpikir positif.

"Ya kan cinta datengnya karena terbiasa" ejek Via menggoda Maha yang mulai salah tingkah.

Di saat Maha dan kedua sahabatnya berdebat mengenai Liam, tanpa mereka sadari Liam juga turut memperhatikan mereka dari lapangan. Sejujurnya Liam haus setengah mati, tetapi ia gengsi mengambil minum kepada Maha. Ketua kelas memang memberi Maha tugas membeli konsumsi bagi tim basket kelas yang sedang bertanding. Liam berulang kali memikirkan cara agar ia dapat minum tanpa berkomunikasi dengan Maha. Memikirkan bagaimana mereka berkomunikasi dan berujung adu mulut saja sudah membuat Liam lelah. Masih teringat jelas di pikiran Liam bagaimana awal mula pertengkarannya dan Maha dimulai. Maha adalah tipe perempuan yang mudah berkomunikasi dan bersosialisasi. Terkadang ia juga bisa disebut sebagai manusia receh karena sering menertawakan hal-hal yang Liam anggap kurang lucu. Liam yang memang memiliki mulut tajam dipertemukan dengan Maha yang super heboh, maka terjadilah pertengkaran itu. Liam suka sekali menghina Maha sebagai makhluk ter-alay semuka bumi. Bagi Liam, sosok Maha tak jauh beda dengan perempuan yang suka cari perhatian di depan umum. Maha yang tak pernah merasa mencoba menjadi pusat perhatian tentu saja tidak terima dengan perkataan Liam. Mulai dari situlah mereka menjadi musuh bebuyutan dan kerap adu mulut. Bahkan terkadang beberapa teman harus melerai mereka sebelum adu mulut semakin memanas dan tak berujung.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang