Bab 4: Kalo Cemburu Kenapa?

8 3 1
                                    

Suasana di koridor tampak ramai oleh beberapa murid yang lalu lalang menuju kantin. Hana duduk sendirian di bangku sepanjang koridor. Ia memandangi para murid yang sedang sibuk latihan basket di lapangan. Tak butuh waktu lama baginya untuk menangkap sosok Dewa di sana. Ia masih bingung harus berbuat apa jika bertemu dengan Dewa. Hana memilih untuk tidak mengunjungi kelas Maha lagi untuk menghindari Dewa. Ia masih merasa bersalah dengan kejadian yang sudah berlalu.

"Hana! Lo nggak mau ikut ke kantin?" Tanya Rika teman sekelas Hana.

"Sorry. Lo duluan aja. Gue lagi nggak laper." Tolak Hana kepada Rika.

Sebenarnya itu hanyalah alasan Hana saja kepada Rika. Hana masih ingin memandangi Dewa dari kejauhan. Entah mengapa memandangi Dewa dari kejauhan seolah mengikis sedikit rasa kecewanya beberapa saat lalu. Masih teringat di benak Hana pertemuan pertama mereka setelah sekian lama tidak pernah mengetahui kabar masing-masing. Laki-laki itu hanya memandanginya sesaat tanpa menyapanya dan pergi begitu saja seolah tidak saling kenal. Hana tidak menyangka dirinya akan menjadi seasing ini dengan Dewa. Saat sedang asik melamunkan masa lalunya, tak jauh dari sana Dewa dan teman-temannya berjalan menuju arah Hana duduk. Hana kelabakan buat main melihat Dewa yang sudah hampir dekat dengan posisi ia duduk.

"Mati Gue. Kenapa dia malah lewat sini sih" Gumam Hana merutuki dirinya sendiri. Ia bingung karena kabur pun tak mungkin sempat.

Tak jauh dari sana ada Via yang sedang mengejar Hans karena tidak kunjung membayar iuran kas kelas. Via mengejar Hans dengan bermodalkan sepatu yang siap melayang kepada Hans. Hans berusaha terus menghindar dan akhirnya terjadilah adegan saling mengejar di koridor. Keributan itu semakin menarik perhatian Dewa yang otomatis sadar bahwa ada Hana pula tengah duduk di bangku koridor. Dewa pun sempat terhenyak untuk beberapa saat namun segera mengendalikan dirinya.

"Hans! Bayar nggak utang kas Lo. Tepatin janji Lo sekarang juga" Teriak Via hingga menggema di seluruh koridor.

"Gue bayar kalo Lo bisa tankap Gue" Ucap Hans dengan nada menghina.

"Awas Lo ya Gue lempar sepatu nih" Ancam Via yang emosinya sudah memuncak.

"Emang berani?" Tantang Hans.

"Awas Lo!" Teriak Via sembari melempar sepatu ke arah Hans yang saat itu posisinya sudah berada di depan Hana.

Sepatu Via melayang bebas ke udara dengan kecepatan maksimal. Via melemparkan kedua sepatunya asal-asalan berharap mendarat tepat di tubuh Hans. Sepatu kirinya berhasil terlempar tepat di pipi Hans dan meninggalkan bekas kemerahan. Sedengkan sepatu sebelahnya lagi justru melayang ke arah Hana. Hana sadar bahwa sepatu Via sudah pasti akan mengenai dirinya. Ia hanya pasrah memejamkan mata menanti sepatu itu mendarat tepat di kepalanya. Beberapa detik ia memejamkan mata sembari merapal doa agar rasanya tak terlalu sakit tetapi sepatu tak kunjung mengenai kepalanya. Hana kebingungan dan mencoba membuka perlahan matanya mencoba memastikan apa yang terjadi. Hana seketika terkesiap dan menutup mulutnya dengan kedua tangan karena terlalu terkejut. Ia terkejut karena dihadapannya sekarang ada Dewa yang berhasil menangkap sepatu Via tepat di depan wajah Hana. Hana tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini karena badannya dan badan Dewa sangatlah dekat.

"Hana! Lo nggak kenapa-kenapa, kan?" Teriak Via histeris.

"Aduh..maaf banget ya. Ini semua kalo bukan karena Hans juga Gue nggak bakal lempar sepatu sembarangan" Tambah Via merasa bersalah.

"Ng..nggak kok. Nggak kena sama sekali." Jawab Hana terbata-bata karena Dewa masih ada di posisi yang sama.

"Hmm" Dewa berdeham sejurus kemudian ia menegakkan tubuhnya mengembalikkan sepatu kepada Via.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang