BAB 2: He is Not Mine

12 4 0
                                    

Maha merenung resah didepan balkon kamarnya. Dingin malam yang menusuk seakan menjadi pelengkap suasana hatinya yang dipenuhi kekalutan. Kehidupan sekolah akhir-akhir ini menjadi terasa lebih berat baginya. Banyak masalah yang harus ia selesaikan. Sesekali ia menghembuskan napasnya keras-keras, memberi pertanda betapa banyak beban yang ia tanggung. Seharian ini ia menghabiskan waktu akhir pekan dengan menonton drama korea. Liyana dan Via sibuk dengan urusan masing-masing. Biasanya mereka sering menghabiskan waktu bersama saat akhir pekan untuk sekedar hangout atau menonton film. Maha melirik handphone miliknya yang berada di nakas berulang kali. Ia berharap ada pesan dari Liyana atau Via yang bisa mengusir kebosanannya. Tumben sekali dua temannya itu tidak membawa gossip baru yang membuat ramai notifikasi handphone-nya.

"Maha! Keluar, sayang! Ada yang datang nih". Teriak Mama Maha dari depan pintu kamarnya mengagetkan Maha yang asik melamun sejak tadi.

"Siapa, Mah?" tanyanya penasaran ada yang mencarinya malam-malam.

"Udah lihat aja sendiri" ucap Mama Maha sembari meninggalkan kamar menuju ruang tamu.

Maha langsung menyisir rambutnya yang sedikit berantakan karena terpaan angin malam saat di balkon. Ia langung menuju ruang tamu yang berada di lantai satu rumahnya. Ia berjalan dengan sedikit terburu karena tak sabar mengetahui siapa yang mencarinya malam-malam begini. Ia sempat menebak pasti Liyana dan Via yang datang. Tak lama ia teringat bahwa Liyana dan Via sedang pergi liburan bersama keluarganya masing-masing.

"Hi,Dear! Long time no see" Teriak seseorang dari sofa.

"Oh My God! Really?" Balas Maha tak kalah histeris melihat siapa yang datang menemuinya.

"Kusut banget muka, Lo! Kayak orang nggak makan setahun" Ucap orang tersebut melihat penampilan Maha saat ini.

Maha sangat terkejut karena orang yang berada dihadapannya. Orang yang menemuinya saat ini adalah Hana sepupu dekatnya. Sebagai anak tunggal, Maha sejak kecil banyak menghabiskan waktu bersama Hana. Hana sudah sekitar tiga tahun pindah ke Bandung ikut kedua orang tuanya yang dinas kerja di sana. Semenjak kepindahan Hana, Maha selalu merasa kesepian karena tidak ada lagi yang bisa diajak bertengkar olehnya.

"Bahasa Inggris Lo makin oke juga ya" Ucap Maha sarkas.

"Enak aja Lo, gue cuma pindah ke Bandung, bukan planet lain" Balas Hana tak terima.

"Asli nggak kebayang gue bakal ketemu Lo sekarang. Lebaran aja boro-boro bisa pulang ke Jakarta"

"Makannya sekali-sekali Lo yang ke Bandung temuin sepupu Lo yang paling cantik ini" ucap Hana dengan raut kepedean.

"Iya bawel. Ngomong-ngomong Lo tumben banget ke sini. Ini kan bukan waktunya libur panjang". Tanya Maha heran.

"Gue kan mau tinggal di sini mulai sekarang" Jawab Hana enteng.

"OH"

"What?!" Teriak Maha setelah sadar dengan jawaban Hana.

"Woii! Bisa ngggak kalo ngomong jangan pake teriak?. Suara Lo sebelas dua belas sama Toa Masjid!"

"Ya habis omongan Lo nggak make sense banget".

"Jadi gini..Gue bakal lanjutin SMA gue di sini. Mamah dan Papah Gue bakal pindah dinas di Jakarta lagi. Tapi berhubung semuanya mendadak, jadi Orang Tua Gue belum persiapan pindah dan lain-lain. Karena Gue harus ngejar sekolah biar nggak ketinggalan, alhasil Gue yang diurus dulu dan sementara Gue bakal tinggal di rumah Lo sampai pindahan selesai. Mungkin sekitar seminggu Gue di sini". Terang Hana panjang lebar.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang