Bab 10: Tidak Menyangka

7 2 0
                                    


Maha menceritakan kepada kedua sahabatnya bahwa ia dan Liam sudah berpacaran. Liyana dan Via tentu saja terkejut mendengar hal itu meningat bagaimana sikap Liam dan Maha selama ini. Maha yang super gengsi dan Liam yang selalu meperlihatkan kebenciannya pada Maha. Liyana dan Via tak menyangka pula bahwa mereka berdua bisa pacaran secepat ini. Padahal mereka berdua baru saja memikirkan rencana untuk membantu Maha mendekati Liam. Belum juga selesai rencana dibuat, Maha dan Liam sudah berpacaran. Maha sendiri juga ragu apakah hubungannya dan Liam terlalu terburu-buru, tetapi ia tak bisa menolak kesempatan di saat Liam sendiri membalas perasaannya.

"Pokoknya selamat deh buat, Lo" Ucap Liyana setelah mendegar cerita Maha.

"Jangan lupa pajak jadiannya." Goda Via sembari mengerlingkan sebelah matanya.

"Berarti Gue jomblo sendiri dong." Tambah Via teringat sekarang hanya dirinya lah yang jomblo.

"Tuh Dewa nganggur?" Ucap Maha kemudian.

"Ogah deh. Gue rasa Dewa sama Hana sebenernya belum move on. Gue juga yakin kalo Hana itu punya rasa takut ke Dewa dan rasa bersalah."

"Bisa jadi." Komentar Liyana.

"Lagi pula bukannya Lo tuh lagi pendekatan sama anak sekolah lain?" Ucap Maha teringat bahwa Via baru saja dekat dengan anak dari sekolah lain.

"Iya sih. Tapi Gue nggak berani cepet ambil keputusan. Lo tahu sendiri kan kita beda sekolah. Kalo semisal dia di sana jalan sama yang lain gimana?" Cerita Via ragu.

"Emang siapa sih namanya lupa?" Tanya Liyana mencoba mengingat.

"Kebiasaan deh. Namanya Dima."

"Udah kalo kata Gue gass aja sih. Lagi pula bukannya image dia di sekolah juga baik?" Tanya Maha mencoba memberi saran.

"Ya bisa juga sih." Jawab Via pasrah.


**


Hana mendatangi rumah Maha sepulang sekolah. Ia pergi ke rumah Maha berniat memastikan rumor yang tersebar di kelasnya mengenai Maha dan Liam yang resmi berpacaran. Hana seolah percaya tidak percaya mendengar kabar itu. Ia ingin tahu langsung dari mulut Maha sendiri.

"Hai" Sapa Hana dari pintu kamar Maha.

"Hai. Tumben Lo ke sini. Bukannya lagi sibuk sama temen-temen baru, Lo?" Sindir Maha.

"Lo jadian sama Liam?" Tanya Hana tanpa basa-basi.

"Dimana-mana kalo bertamu nanya kabar dulu. Ini main tanya hal privasi aja." Protes Maha setelah mendengar pertanyaan Hana.

"Iya kan Gue penasaran." Jawab Hana enteng.

"Jadi tujuan Lo ke sini cuma mau nanyai hal itu? Gila ya Lo! Nggak penting banget tahu!" Ucap Maha kesal.

"Tinggal jawab apa susahnya sih?"

"Emang kenapa kalo Gue jadian sama Liam? Lo mau nyusun rencana supaya Gue putus?" Ucap Maha tak bisa menahan kekesalannya.

"Maksud, Lo?" Tanya Hana.

"Udahlah nggak perlu bohong, Gue udah tahu semuanya. Lo kalo ada masalah cerita dong. Asli yang Lo lakuin itu nggak lucu sama sekali."

"Jadi Lo udah tau?" Tanya Hana enteng.

"Serius Lo ngomong gitu? Sakit Lo Gue rasa." Ucap Maha geram.

Maha merasa pembicaraan mereka sudah terlalu jauh. Ia sedang tidak ingin terlibat dalam keributan apapun. Ia menarik tangan Hana dan membawa perempuan itu keluar dari kamarnya. Ia sudah mulai habis kesabaran setelah mendegar jawaban Hana yang seolah merasa tak memiliki kesalahan.

"Mending Lo pulang sekarang. Gue lagi nggak mau berantem. Lo tahu pintu keluar, kan?" Ucap Maha berusaha mengontrol emosinya.

Belum sempat Hana menjawab apapun, Maha langsung menutup rapat pintu kamar dan menguncinya. Ia sudah tidak mau mendengar perkataan apapun dari mulut Hana. Ia merasa sepupunya itu sudah melewati batas kesabarannya. Ia tak menduga hubungan antara dirinya dan Hana akan rusak seperti ini. Maha merasa yang dikatakan Dewa semuanya benar. Hana sudah bukanlah Hana yang ia kenal dulu. Hana telah berubah menjadi sosok lain yang tak ia kenali. Ia sadar Hana sudah menjadi orang asing baginya setelah pindah ke Bandung. Maha mencoba menjernihkan pikirannya dengan mandi. Ia mengambil handuk dan bajunya sembarangan menuju kamar mandi.

"Maha! Hana pulang nih." Ucap Mama mengetuk pintu kamarnya.

Maha mendegar dengan jelas suara mamanya, namun ia memilih bungkam. Ia tak ingin mengantar Hana keluar rumah seperti biasanya. Ia belum siap menemui Hana untuk sekarang ini. Ia ingin menata beberapa pikiran dan perasaannya untuk mencoba memaafkan Hana.


**


Maha memandangi langit-langit kamarnya. Ia merenungkan apa yang terjadi akhir-akhir ini. Ia merasa apa yang terjadi padanya seperti sebuah mimpi yang bersambung. Ia jadian dengan Liam, Hana yang berubah, Dewa dan Hana adalah mantan dan seorang Liyana berpacaran dengan Rico. Maha masih ingat dengan jelas bagaimana Liyana sangat membenci tipe laki-laki seperti modelan Rico. Liyana yang hidupnya penuh dengan keteraturan harus dipertemukan oleh laki-laki urakan dan suka membuat masalah. Maha memikirkan pesona apa yang dimiliki Rico sehingga membuat sahabatnya itu bisa menaruh hati.

"Bengong mulu. Kesambet baru tahu rasa, Lo" Ucap Via membuyarkan lamunannya.

Via sudah dari tadi berada di rumah Maha. Liyana tidak bisa ikut main ke rumah Maha karena dia sudah memiliki janji dengan Rico. Awalnya Maha dan Via merasa kesal karena Liyana memilih Rico daripada mereka. Namun, semua itu sirna mengingat mereka pun juga sama menyebalkannya. Maha dan Via juga sama-sama bisa disebut bucin jika sudah berkaitan dengan orang yang disuka. Mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu dengan bercerita pengalaman pribadi. Via banyak menceritakan tentang laki-laki yang sedang dekat denganya.

"Gue masih nggak nyangka kalo Liyana pacaran sama Rico" Ucap Maha tiba-tiba.

"Sama. Gue juga nggak nyangka Lo jadian sama Liam." Ucap Via membalikkan topic.

"Tapi Gue percaya kalo kalian udah dapet seseorang yang kalian butuhin" Tambah Via selanjutnya.

"Semoga." Ucap Maha sembari tersenyum.

Pada dasarnya cinta memang bukan sesuatu yang bisa kita tentukan. Ia hadir karena hal-hal kecil yang dilakukan bersama. Kehadirannya di antara manusia tidak membutuhkan alasan. Tetapi untuk memilih tetap bersama atau saling meninggalkannya yang harus didasari oleh alasan. Sederhana atau rumit, itu semua bergantung pada bagaimana kita memaknai cinta itu sendiri.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang