BAB 5: Damai

5 2 0
                                        


Alarm di Handphone Maha sudah berdering sejak lima menit yang lalu menunjukan pukul 05.00 WIB. Maha bangun dari tidurnya dan menjalankan ibadah shalat subuh. Selepas shalat ia pergi mandi dan turun untuk sarapan. Mama Maha sudah berada di dapur sejak tadi sibuk menyiapkan sarapan. Maha mendekati Mamanya yang tengah asik menyiapkan sarapan di meja makan.

"Pagi, Mah." Sapa Maha pada Mamanya.

"Tumben kamu jam segini udah turun buat sarapan. Biasanya habis sholat lanjut tidur lagi kalo libur gini." Ucap Mama Maha heran.

"Iya nih, Ma. Aku mau pergi sama temen." Jawab Maha tak bersemangat.

"Loh kalo gitu Hana ajakin sekalian dong. Dia kan juga di rumah sendirian kasihan" ucap Mama Maha.

"Nggak deh, Ma. Aku perginya nggak sama Liyana dan Via. Aku lagi ada urusan sama temen aku yang lainnya."

"Kirain kamu mau jalan-jalan sama Liyana dan Via. Tumben banget kamu pergi sama temen selain mereka. Kamu kan biasanya kemana-mana selama ini sama mereka terus." Goda Mama Maha.

"Ihh..Mama kok gitu sih. Emangnya temen aku Cuma mereka doang. Kesannya kayak aku nggak punya temen aja." Protes Maha kepasa Mamanya.

"Emang bener kan?"

"Iya deh. Terserah Mama aja" jawab Maha pasrah.

"Yaudah sarapannya di makan itu. Mama hari ini masak nasi goreng"

"Oke, Ma."

Maha menghabiskan sarapannya dengan cepat dan kembali ke kamar. Ia sengaja tidak membangunkan Hana untuk sarapan bersama. Lagipula ia masih bingung harus menjawab apa mengenai pembicaraan semalam apabila Hana menyinggungnya. Ia juga tidak mau Hana tahu ia akan pergi menemui Liam. Hana pergi ke kamarnya menuju lemari pakaian yang berada di sudut kiri kamarnya. Ia memilah baju mana yang akan ia kenakan. Beberapa menit ia melihat tapi tidak ada satu baju pun yang ia sukai.

"Come on, Maha! Ini bukan kencan. Ngapain Lo mikir baju doang lama banget". Gumamnya merutuki diri sendiri.

Akhirnya Maha mengambil sebuah Dress polos berwarna putih dari lemari dan mengambil sepatu sneakers berwarna hitam putih. Ia buru-buru memakai pakaiannya dan bersiap ke sekolah. Hari ini ia ke sekolah diantar oleh Pak Teguh supir Papahnya. Papah Maha sedang libur hari ini sehingga Pak Teguh bisa mengantarnya ke sekolah.

"Aku pergi dulu, Ma" pamit Maha kepada Mamanya yang sedang menonton televise di ruang tamu.

"Hati-hati ya. Jangan pulang kemaleman." Ucap Mama Maha memperingatkan.

"Siap Ibu Negara"

Perjalanan dari rumah Maha ke sekolah lumayan jauh. Membutuhkan waktu tiga puluh lima menit untuk sampai ke sekolah menggunakan mobil. Pak Teguh memang sudah terbiasa membawa mobil dengan kecepatan standar atas perintah papa Maha. Sepanjang perjalanan Maha memikirkan apa yang harus ia lakukan pertama kali saat bertemu Liam nanti. Ia memang sering beradu mulut dengan Liam, tetapi bertemu hanya berdua dengan laki-laki itu adalah pengalaman pertama baginya. Maha takut dirinya akan melakukan hal-hal konyol atau kesalahan fatal yang membuat imagenya di mata Liam semakin hancur.

"Pak, saya turun sampe sini aja." Ucap Maha meminta Pak Teguh menurunkannya di depan Gerbang sekolah.

"Oke, Mbak. Kalo gitu saya tinggal, ya. Nanti kalo udah mau pulang kabarin aja." Jawab Pak Teguh lalu meninggalkan Maha sendirian.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang