Bab 9: Jadian

8 2 0
                                    

Maha terkejut melihat Liam sudah berada di Kedai Kopi terlebih dahulu. Laki-kali itu sudah duduk di sebuah meja dekat jendela kedai. Maha melihat Liam yang tengah melihat ke arahnya. Liam melambaikan tangan kepada Maha mengisyaratkan keberadaannya. Laki-laki itu tampak berbeda malam ini atau mungkin perasaan Maha saja. Maha menghampiri Liam dan menyapanya. Laki-laki itu tersenyum kepadanya, membuat pikiran negatif dalam otaknya perlahan sirna.

"Tumben dateng duluan. Biasanya telat mulu. Bahkan kemarin nggak dateng sama sekali." Tanya Maha spontan.

"Nyindir nih ceritanya?" Tanya Liam kemudian.

"Mungkin?" Jawab Maha sekenanya.

"Sebenernya Gue waktu itu.." Belum selesai Liam menjelaskan Maha sudah memotong pembicaraan.

"Stop!. Gue udah tahu kok kenapa Lo nggak dateng. Udah jangan diperpanjang lagi. Tujuan Gue saat ini cuma mau mastiin kalo Lo nggak salah paham sama Gue"

"Oke. Gue minta maaf sebelumnya, karena Gue udah ingkar janji dan nuduh Lo" Ucap Liam meminta maaf.

"Santai. Gue juga minta maaf karena Gue seharian ini bersikap kekanakan dengan nyindir Lo nggak jelas."

"Oiya bukannya Lo harusnya ada janji sama Fandy?" Tanya Liam ragu.

"Hahaha. Nggak jadi. Gue udah batalin." Jawab Maha terkekeh.

"Kenapa?"

"Udah nggak usah dibahas. Nggak penting kok."

Maha dan Liam menikmati waktu mereka di kedai kopi malam itu. Mereka membicarakan banyak hal dari pembicaraan serius sampai pembicaraan super receh. Maha tak menyangka ia bisa seakrab ini dengan Liam yang awalnya adalah musuh. Liam dan Maha sesekali tertawa melihat orang berlalu lalang dari arah jendela kedai. Mereka seakan terhipnotis oleh waktu yang mereka buat sendiri. Ditemani dengan cokelat panas dan alunan lagu kedai, mereka menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk saling bertukar cerita. Maha baru tahu bahwa Liam memiliki seorang adik perempuan yang sama seperti dirinya menyukai drama korea. Liam pun juga baru tahu bahwa Maha adalah penggemar berat film thriller seperti dirinya.

"Lo tau nggak sih. Gue dulu sempet ngira Lo gay tahu." Ucap Maha sembari tertawa terbahak-bahak.

"Gila! Imajinasi Lo liar banget."

"Soalnya dari semua cowok di kelas, Cuma Lo yang nggak gaul sama cewek."

"Kalo gitu Gue juga mau jujur. Dulu Gue sempet ngira Lo suka sama gue tahu. Gue sempet ngira Lo itu cari perhatian ke Gue." Ucap Liam sembari tertawa geli mengingat pemikirannya.

"Lah emang" Jawab Maha keceplosan.

Suasana menjadi hening. Otak Liam berusaha memproses dengan benar pembicaraan mereka. Ia yakin tidak salah dengan ucapan Maha barusan. Maha yang menyadari dirinya kelepasan bicara juga tak kalah gugupnya dan bingung harus bereaksi apa.

"Beneran?" Tanya Liam memecah keheningan.

"Apanya?"

"Lo cari perhatian Gue?" Tanya Liam ragu.

"Nggak lah. Mana ada Gue caper ke Lo pada saat itu. Lagi pula Lo ngeselin banget tahu dulu." Jelas Maha.

"Oh gitu." Baru saja Liam merasa lega karena ia masih belum siap harus bereaksi seperti apa.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang