Bab 3: Sakit Hati

9 2 0
                                        

Maha memandangi Hana dari atas kasurnya. Hana saat ini tengah duduk di meja belajarnya sembari bermain handphone. Sudah seminggu Hana bersekolah di SMA Maha. Maha memandang Hana lekat-lekat seolah tak percaya bahwa sepupunya itu benar-benar meminta nomor handphone Liam. Maha sangat tahu bahwa Hana ingin mengujinya dengan meminta nomor Liam. Semakin Maha memperhatikan Hana yang sedang bertukar pesan dengan Liam semakin kesal Maha dibuatnya. Entah mengapa melihat ekspresi Hana yang senyum-senyum sendirian membuat emosinya semakin memuncak.

"Pantengin aja tuh handphone sampe biji mata Lo keluar" sindir Maha sembari membolak-balik majalahnya kasar.

"Jomblo nggak usah iri dengki deh" balas Hana cekikikan.

"Siapa juga yang iri. Lagian emang Lo nggak takut apa mas mantan ikut campur" sindir Maha sekali lagi.

Kali ini Maha benar-benar kelepasan berbicara. Sudah sejak beberapa hari yang lalu ia baru tahu kalau Dewa adalah mantan Hana saat di Bandung. Maha mengetahui informasi itu dari Rico yang sedang menggoda Dewa habis-habisan di koridor sekolah. Dari ekspresi Dewa, Maha menyimpulkan bahwa Hana putus dengan Dewa dengan cara tidak baik. Maha juga bingung kenapa Hana tidak cerita sama sekali mengenai pacar selama sekolah di Bandung. Padahal tidak pernah ada rahasia diantara mereka berdua mengenai apapun. Melihat ekspresi Hana saat mendengar perkataannya semakin membuat Maha salah tingkah.

"Tau dari mana, Lo?" Tanya Hana memecah keheningan yang sempat terjadi beberapa saat lalu.

"Gue nggak sengaja denger waktu Rico lagi ngobrol sama Dewa di koridor" jawab Maha jujur.

"Sejak kapan?"

"Baru beberapa hari yang lalu"

"Kenapa Lo nggak ada nanya sama Gue tentang itu?" Tanya Hana lagi.

"Karena Gue ngerasa hubungan kalian sekarang lagi nggak baik-baik aja?" tebak Maha.

"Lo bener. Gue emang putus sama dia dengan cara yang nggak bener. Lebih tepatnya Gue selingkuh".

"Hah?! Beneran Lo selingkuh? Gue piker dia yang selingkuh". Teriak Maha heboh mengetahui fakta sepupunya berselingkuh.

"Lo tau kan cinta monyet kayak gimana. Kejadian itu waktu kita masih SMP di Bandung. Semenjak itu kita udah lost contact. Gue nggak pernah mikir kalo dia pindah sekolah di Jakarta apalagi satu sekolah." Terang Hana sembari menghela napas panjang.

"Kalo gitu Ian?" ucap Maha takut-takut.

"Yups, Ian yang Lo tau itu selingkuhan Gue dulu. By The Way Gue boleh minta tolong, kan?"

"Soal?"

"Kalo bisa jangan pernah bahas masalah ini lagi. Gue udah cukup ngerasa bersalah semenjak ketemu Dewa lagi. Hubungan kita udah melebihi kata canggung. Mungkin dia sampe sekarang masih dendam sama Gue."

"Okay, No problem."


***


Senin pagi adalah hari yang paling dibenci seluruh murid dimanapun. Upacara bendera di bawah matahari terik tidak cukup menyiksa Maha. Hari itu ada jadwal pelajaran olahraga yang harus diikuti. Maha paling benci pelajaran olahraga karena selain panas tentunya karena ia tidak jago sama sekali di bidang olahraga. Satu-satunya olahraga yang ia kuasai hanyalah berenang. Siang ini lapangan olahraga lumayan ramai karena bersamaan dengan jadwal olahraga kelas lain. Pak Edwin guru olahraganya meminta semua murid di kelas Maha untuk melakukan pemanasan dengan lari memutari lapangan sebanyak tiga kali.

Satu PersenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang