Dalem| part 11

7.6K 490 20
                                    

Ada yang nunggu lama? Vote vote follow komen ya! Ini khusus buat iviya_putri11. Dear i love you!

Sejak semalam saya sibuk mengobrak abrik seisi rumah. Bahkan saya sudah berteriak marah kepada semua pelayan agar benda sialan itu ditemukan.

Sebuah benda kecil yang bahkan tidak penting tetapi menjadi seolah separoh nafas dek Ratih itu menghilang. Hanya sebuah lipstik!

Saya masih tidak mengerti dengan isi otak mungil milik dek Ratih. Setiap hari meributkan hal yang bahkan sama sekali tidak penting.

Kami berencana ke mall untuk jalan - jalan. Dan sejak semalam dek Ratih heboh kehilangan lipstik. Padahal itu diatas meja rias ada puluhan lipstik yang menurut saya warnanya mirip bahkan sama saja.

Toh, apa bedanya pakai lipstik warna ini atau itu? Dia tetap cantik, bahenol, dan saya tetap suka rasa manis bibirnya itu. Nggak akan membuat saya bosan beradu lidah dengannya meski dia tidak pakai benda sialan itu sekalipun.

"Mas! Lihat nggak sih? Cepetan bantu cari tho. Iki loh kamu malah main game online!"

Tuh, belum selesai juga dia ngamuknya. Entah keinjak siapa ekornya sampai bikin dia menggonggong gak ada habisnya. Saya sudah lelah sejak semalam. Ditambah saya kehilangan nutrisi sejak semalam, jelas saya menjadi lemas. Perlu digoyang saya. Bibir saya pahit rasanya, butuh kenyot - kenot manja nutrisi penting langsung dari sumbernya. Sayangnya sejak semalam sumbernya di gembok rapat. Tidak bisa di buka, disenggol saja susahnya minta ampun. Seketat itu penjagaannya.

Kita bukan ngomong soal nutrisi di rumah sakit, atau apotek. Bukan, kita sedang membahas susu yang setiap hari saya minum. Bukan dari gelas, tapi dari semangka yang bergelantungan di dada dek Ratih sayangku.

"Mas ga tau sayang. Pakai yang lain gampang kita beli lagi," jawab saya memberi solusi.

Saya malas sekali mencari benda sekecil itu, ini kalau dari semalam dia ga sibuk nyariin benda itu saya sudah dapat jatah 10 ronde. Sialan!

"Gak ada di mall! Lipstik itu sangat mahal, bisa buat beli otak ngeres kamu itu!" Teriak dek Ratih kesal.

Saya cuma terkekeh, dia lucu kalau marah marah begitu. Itu lipstik katanya bawaan saya waktu nikah. Yang bahkan saya tidak ingat sama sekali.


"Lipstik apa, biar mas carikan," jawab saya berusaha terlihat santai meski sebenarnya ingin membantai orang rasanya. Saya berencana meminta asisten pribadi saya untuk membelinya lagi.

"Merk H. Couture Beauty Diamond Lipstik warna abang! Regone larang, 189 miliar! Nak ilang tak obong kolormu!" ( Warna merah! Harganya mahal, 189 miliar! Kalau hilang saya bakar celanamu!")

 Couture Beauty Diamond Lipstik warna abang! Regone larang, 189 miliar! Nak ilang tak obong kolormu!" ( Warna merah! Harganya mahal, 189 miliar! Kalau hilang saya bakar celanamu!")

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Honey, speak in english please," ucap saya dengan wajah memelas.

Demi Tuhan, kalau junjungan besar marco ini ngomong dengan bahasa ibunya, kepala saya rasanya mau pecah.

Dan saya tidak berniat memahami atau mempelajari bahasa aneh itu. Terlalu rumit, bahkan lebih rumit dari bahasa inggris.

"Cariin massss!!!!"

Dek Ratih kalau sudah mengamuk dan kesal akhirnya ya begini. Nangis ga ada hentinya. Banjir itu wajahnya.

Saya mendekat dan memeluk tubuh bahenol dek Ratih. Sekarang dia hamil sudah enam bulan. Makin semok, makin seksi, dan makin padat di tempat yang pas. Makin legit dan gampang berlendir kue apem ya dia.

"Ssh... Tenang dulu. Pakai yang lain, nanti kita cari lagi ya. Kalau marah - marah ga akan ketemu sayang," bisik saya lirih.

Tangan saya yang tadinya mengelus punggung dek Ratih jelas nggak mau rugi. Saya semakin mendekap tubuh semoknya. Dan semangka kesayangan saya makin menempel. Saya harus menggagalkan rencana ke mall. Ada yang lebih penting, makan apem legit dan saya butuh nutrisi agar tetap sehat. Apalagi kalau bukan susu langsung dari sumbernya.

"Mm...mash...," saya semakin bersorak girang mendengar kesayangan saya ini mendesah. Lidah saya sudah mejelajah bahunya lalu beralih ke daun telinganya. Tangan saya jelas meremas melon kembar padat bagian bawah milik dek Ratih.

"Sayang, kamu merasakannya kan," bisik saya serak.

Marco sudah tegak seperkasa tiang bendera tujuh belasan. Sengaja ku gesek - gesek ke depan. Walaupun masih terhalang pakaian kami, tapi rasanya seenak ini.

Sehebat itu memang dek Ratih, nggak ada duanya.

"Lipstiknya, hikkss...hikss....," Dek Ratih masih saja menangis sesegukan. Dan saya suka sekali. Dia sangat sensitif, semakin cengeng, semakin mudah dirangsang, semakin bringas di atas ranjang.

Tahu kalau begini efek hamil, kalau bisa dek Ratih hamil seumur hidupnya. Saya rela, dia begitu nikmat dan legit saat hamil. Begitukan bro?

Saya tahu, kalian juga merasakan hal yang sama saat wanita anda hamil. Bangsat! Ini nikmat, baru di gesek dan masih terhalang pakaian saja senikmat ini. Murahan memang si marco!

Saya mengangkat dek Ratih yang masih menangis sesegukan. Jelas saya lebih nikmat di ranjang dari pada di sofa, sempit dan membuat saya sakit pinggang.

"Mainan lipstik mas dulu saja," bisik saya serak.

"Mm...mas, doa dulu," cegah dek Ratih dengan nafas terengah.

Anjing! Saya bahkan setiap hari lupa doanya. Padahal sehari berkali - kali melakukannya. Tapi dek Ratih tidak mau dijamah kalau saya tidak membaca doa. Merepotkan memang!

"Bismillah," ucap saya sembari melucuti pakaian dek Ratih.

"Ndak!" Dek Ratih mendorong saya sembari melotot, padahal dia sudah ngos - ngosan. Saya tau sorot matanya penuh gairah. Apa masih perlu membahas masalah ini?

Saya mendesah kasar. Terpaksa bangun dan mengambil catatan kecil yang saya letakkan di nakas. Saya harus menempel catatan kecil ini di seluruh rumah. Agar tidak repot seperti ini.

Ingatkan saya ya!

"Bismillah, allahumma jannibnas-syaithaan wa jannibis-syaithaana maa razaq-tanaa."

Saya tersenyum sumringah, padahal saya hafal. Tapi sering tiba - tiba blank dan lupa saat melihat betapa seksinya si bahenol kesayangan saya ini.

Apa wanitamu juga meributkan masalah sesepele ini? Buat catatan yang banyak dan tempel disetiap sudut rumahmu! Saya juga harus melakukannya agar tidak terpotong seperti tadi. Padahal tadi sudah high banget.

Saya mencium dek Ratih lembut. Menikmati kenyal dan halus ya bibir yang sering ngomong pedas dan ketus ini. Tapi serius, sepedas apapun omongannya. Rasanya tetap senikmT ini, secandu ini.

Tangan saya sudah menjelajah, saya sudah terengah dan meraih kenikmatan. Oke! Saya mau menikmati ini berdua. Ini baru surga dunia!

"Aaah....."

DALEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang