Hai, sorry buat yang merasa tidak setuju atau merasa cerita ini rusak. Ini hanya hiburan semata dan jangan direspon begitu serius ya. Mohon maaf lahir batin. Ini untuk dewasa. Yang belum dewasa boleh minggir sebentar ya. Peace love..jangan lupa vote komen dan follow ya.
"Mas, ndak usah nakal yo tangan kamu itu," tegur dek Ratih kesekian kalinya.
Saya hanya nyengir, lah ya gimana ga gemes. Istri saya ini tambah bulet macam bola, pendek, imut, bisa bulet begitu. Sudahlah badannya putih sekali, tambah padat pula. Inginnya saya kekepin saja di kamar. Saya unyel - unyel macam squishi.
"Ndak usah nyengir," tegurnya lagi.
Tenang saja, biar mulutnya pedes begitu. Nada yang dia gunakan lembut sekali. Ya kalau orang jawa memang begitu kali ya. Semarah apapun nadanya ga akan naik. Malah tambah ilang. Serius saya, coba saja cari istri orang jawa kalau kamu ingin merasakannya.
"Masih di mobil ini kok dek," jawab saya enteng. Lah, kita di dalam mobil kok. Mau ngapain juga bebas lah, kalau supir coba - coba ngintip berarti sudah bosan kerja sama saya.
"Hih, bandel tenan loh," dek Ratih mulai bedecak sebal.
Tangan saya nggak mesum tenang saja, serius saya. Tangan saya cuma iseng dari tadi mainan pipi tembamnya. Sekarang yang tembam dan gembil unyu - unyu bukan cuma apem legit yang dibawah. Lah, pipinya juga gembul sekali sekarang. Halus, putih, terus di merah - merahin ya makin imut. Pengen tak gigit rasanya.
"Ratih turun yo kalo mas begitu terus. Bedakku entek ," ketusnya sekali lagi.
Saya terkekeh, makin menggembung pipinya mirip ikan kembung. Bisa lucu begini ya ternyata si seksi bahenol punya saya ini.
"Nanti di cari lagi. Masih kesel gara - gara lipstiknya ga ketemu?" Tanyaku halus. Dia masih saja cemberut karena lipstik merah keramat miliknya tidak ketemu juga.
"Yo harus di cari sampai ketemu. Larang ngunu kok masa ilang dibiarin," gerutunya.
Dek Ratih memang ya, bukan wanita cinta Indonesia raya ini. Kalau ngomong nggak bisa ya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar gitu. Jadi kan saya enak, bisa tahu dia ngomong apa. Saya berasa ngomong sama alien kalau dia sudah begini. Meski saya tahu itu omongannya penuh sumpah serapah. Serius saya, halus tapi nembus jantung kalau dek Ratih ngomong bahasa ibunya.
" Speak in english please, baby," jawab saya menggodanya.
"English... English... ngomongo karo tangan. Tangan kamu awas, ih," dek Ratih semakin kesal. Nah, mulai tuh mau banjir bandang sebentar lagi. Cengeng sekali sekarang.
"Oke, i'm sorry. Maaf ya, nggak deh. Nggak akan pegang - pegang pipi kamu lagi, " kata saya mengiba sebelum banjir bandang terjadi.
"Pegang gimana. Cubit itu, sakit kok," gerutunya sembari matanya yang menggenang air bah.
"Iya, cubit. Maaf ya sayang," bisikku sembari mengelus pipinya.
Dek Ratih mencebik kesal, tapi akhirnya mengangguk juga. Sejak dek Ratih hamil dia memang semakin menggemaskan.
Selain dia yang mudah bergairah, dia makin agresif jika di atas ranjang. Tetapi dia juga mood swing parah. Sebentar marah, ngamuk, nangis nanti tertawa yang bahkan saya tidak tahu letak kelucuannya dimana.
Badannya yang bahenol sekarang bukan lagi bahenol saja. Tetapi bulat macam bola. Sudahlah pendek, gembul, bulat begitu. Makin gemesin dia itu. Makin cinta saya sama dia.
Sayangnya, dia semakin insecure parah, sering cemas berlebihan yang tidak jelas. Sama mbok sum tukang cuci di rumah kami saja dia cemburu.
"Ayo, turun. Kita udah sampai," kataku pelan.
Tuh kan benar, dek Ratih menggeleng dengan masih mencebik. Sudah hampir menangis.
"Ayo, kan mau ke pesta. Setelah mengucapkan selamat kita pulang," bujuk saya halus. Bukan apa, ini acara penting, pernikahan salah satu kolega bisnis saya. Dan dia lumayan loyal orangnya kalau sama saya dan istri saya.
"Hiks... Mas belum apa - apa langsung minta pulang cepat, malu ya punya istri gendut kaya saya," katanya sembari menangis sesegukan.
"Enggak sayang, kalau dek Ratih mau lama disana ya ayo saja," jawab saya cepat. Jelas saja saya panik, dek Ratih kalau sudah begini susah buat naikin moodnya. Cuma dengan indehoy baru balik moodnya.
Sebenarnya saya ga keberatan cari hotel, di mobil juga tidak masalah. Tapi saya perlu ucapkan selamat dulu pada kolega saya.
"Hikss...hikss...," Makin sesegukan dia nangisnya. Sudah lah kalau nangis merah semua wajahnya.
Saya membawa dia ke dalam pelukan saya. Saya elus - elus pundaknya.
"Ssst... Jangan nangis ya. Kita ke pesta bareng. Biar semua orang tahu istri mas itu seksi, jago di ranjang ga ada lawan," bisik saya.
Lah, cuma begitu dia udah menahan mau senyum menggemaskan sekali kan dia tuh.
Saya terus mengelusnya, tangisnya sudah reda. Namun sayangnya, dia ternyata tertidur. Keenakan saya elus dan saya pangku ini.
Saya terkekeh sendiri, punya istri anak kecil ya begini. Kalau ngantuk bikin rusuh dulu, nangis, terus tidur deh.
Saya memundurkan jok mobil dengan susuah payah. Setelah posisinya enak saya pindah dek Ratih, biarlah dia tidur sebentar.
Saya memutuskan ke dalam sendiri, biar dek Ratih tidur nyenyak disini.
"Pak, tolong biarkan nyonya tidur dengan nyaman. Saya ke dalam sebentar. Nanti biar saya ucapkan selamat terus kita langsung pulang," pesan saya pada sopir.
"Baik, pak," jawabnya.
Saya merapikan pakaian saya sebentar, mencium kening istri saya lalu keluar dari dalam mobil.
"Widiiih mr. Theo akhirnya sampai. Sendiri nih?"
Saya hanya tersenyum, dia itu salah satu teman saya di kampus dulu. Brengseknya sudah lebih senior dari saya. Bangsatnya juniornya mau diajak kerja sama. Alias dia bisa on dengan wanita manapun. Entah dia minum apa, saya tengsin kalau mau tanya.
"Mana bini lo?" Tanya Rayyan.
Dia bilang, namanya memang Rayyan. Surga, makanya dia membuat semua wanita merasakan surga dunia versinya. Bangsat! Pelecehan terhadap nama. Saya bahkan sering mengusulkan dia agar ganti nama. Ganti Bangsat, cocok sekali dengan perilakunya.
" Ketiduran di mobil, makanya saya cuma sebentar," jelas saya.
"Halah, main bentar sini. Ada ruang vvip di dalam" jelasnya sembari menarik saya ke dalam sebuah ruangan di lantai atas.
Saya tahu, di dalam sana akan ada alkohol dan penari striptis. Jelas akan banyak semangka bergelantungan, akan ada free sex disana. Saya sebenarnya malas, tapi ya gimana. Perlu refreshing juga kan.
Saya memutuskan kesana, join sebentar. No alcohol tenang saja. Paling icip dikitlah semangka sama gua hangat salah satu dari mereka.
Tidak akan masuk kok, saya cuma mau coba gimana kalau saya di sepong. Apa rasanya sama kaya dek Ratih atau malah hambar alias tidak bisa membuat marco bergairah. Boleh kan ya saya mencoba sebentar? Saya janji tidak akan lama, Cuma mencoba sebentar. Lagian saya main juga nggak pakai perasaan kok. Serius, saya cuma cinta mati sama dek Ratih.
Saya tahu, dek Ratih tidak akan marah. Dia baik banget kok, penurut sekali dia tuh. Asal tidak ketahuan saja.hahahaahaha
Let's go refreshing!
KAMU SEDANG MEMBACA
DALEM
RandomWARNING! INI CERITA DENGAN RATING 18+ MESKI TIDAK ADA ADEGAN SHH SHH SHH. INI TENTANG PERNIKAHAN SOALNYA. Ini kisah tentang perjalanan pernikahan Ratih (19 tahun) dengan Theo (39 tahun). Theo yang saat itu masih berstatus sebagai suami Margareth ti...