Dalem | part 14

6K 415 34
                                    

Hujan semakin deras, bahkan petir bersahutan. Sayangnya, disuasana yang pas untuk bercinta ini terpaksa saya hanya diam. Benar - benar diam karena saya bingung harus bagaimana.

Sebenarnya saya tidak tahu, cemas dan sedikit takut juga. Dek Ratih diam dan menangis tanpa suara sejak dari perjalanan pulang tadi. Benar - benar berurai air mata sampai sesegukan.

Saya yakin, tidak meninggalkan jejak apapun. Tapi, kenapa dia menangis terus? Seharusnya saya sudah bermain 'rapi' dan tidak ketahuan kan?

"Adek kenapa?" Tanya saya dengan suara lembut, saya takut dan cemas juga. Dek Ratib benar - benar tidak tahu kan ya?

Kalau tahu, dia pasti akan mengamuk, bukan diam tanpa kata begini kan?

"Sayang, adek kenapa?" Ulang saya lagi.

Dek Ratih menggeleng, tersenyum meski dengan air mata berurai.

"Ndak papa. Habis nonton sedih," jawabnya serak.

Saya memeluknya, mencium pucak kepalanya penuh kasih. Sungguh kasihan sekali istri kesayangan saya ini. Nyonya marco memang galak, tapi di lain sisi dia sangat cengeng.

"Jangan nonton begitu lagi ya," saya mencoba memberinya pengertian. Dia memang suka sekali menonton film, entah apa yang dia tonton. Suka juga membaca novel romansa, bahkan dengan ratusan lembar bisa dek Ratih baca dalam semalam saja. Sering menangis atau bahkan tertawa sendiri saat melakukan hobinya itu.

Saya tatap wajah sembabnya, saya tidak tahu. Film itu sesedih apa sampai bahkan saya dapat melihat dengan jelas kesedihan yang terpancar dari sorot mata istri kesayangan saya ini.

Dia memeluk saya erat, memeluk sembari menangis sesegukan. Tidak banyak bicara, hanya menangis sepanjang perjalanan. Bahkan sepanjang malam saat kami tidur berdua di kamar.

"Adek gapapa?" Tanya saya cemas.

Lagi - lagi dia hanya tersenyum, dan tanpa saya duga. Dek Ratih mencium saya brutal.

"I love you"

Kata itu terus dek Ratih ucapkan sepanjang permainan panas kami. Malam ini, dek Ratih begitu menggairahkan. Entah kemana perginya dek Ratih yang pemalu dan suka galak itu. Dek Ratih memimpin permainan kami malam ini.

Dia sangat seksi, ah, tidak!
Dek Ratih memang selalu seksi.

"Uuh.... Sayangh...,"

Bagaimana saya tidak mendesah berkali - kali jika dek Ratih menggoyangkan tubuhnya erotis di atas saya.

Malam ini, saya membiarkan dek Ratih melakukan yang dia mau. Termasuk mencium dan menyedot apem tembamnya hingga wajah saya basah karena cairan cinta kami.

Saya sangat mendamba wanita ini!
Saya semakin cinta wanita ini!

Bagaimana dek Raih menghentakkan badannya, dengan perut sedikit buncit dan semangka besar yang bebas saya mainkan.

Erangan dan lenguhan seksi khas dek Ratih membuat saya gila malam ini. Dek Ratih semakin ahli memutar, mengempot bahkan apem tembamnya menyedot marco brutal.

Rntah berapa kali saya mengeluarkan benih saya dan sepanjang malam hingga pagi, kami "bertarung".
Saya yang dasarnya hyper jelas saya semakin gila dibuatnya.

"Aaah.... Aaah...masssh...." Desahannya  bersahutan dengan tubuh kami yang menyatu.

Plak!

Saya tampar pantatnya saat dia menaikkan tubuhnya. Gemas sekali rasanya. Bagaimana dia bisa seseksi ini?

Saya meremas keras semangka dek Ratih sampai merah dan menyedotnya dengan rakus.

Ini surga!

.
.
.
.
.
.

DALEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang