BAB : 14

486 60 0
                                    

Sentuhan di wajahnya terasa sangat lembut, seakan tak ingin membuatnya terbangun dan membuka mata. Ada perasaan aneh yang sepertinya menguasai kehaluannya saat ini.

"Non, ini sudah pagi ... Non nggak mau sekolah?"

Tapi suara yang tak asing itu membuatnya seketika terbangun dari mimpi aneh dan langsung duduk. Mendapati Bibik yang sudah ada di sampingnya. Menatapnya dengan penuh rasa bingung. Entahlah, sepertinya wanita paruh baya ini merasa aneh, karena sikapnya di dalam mimpi, bereaksi sampai keluar.

"Kok Bibik?" tanyanya dengan tampang bingung.

"Ya ini Bibik. Non ngarepnya siapa?"

Kiara merebahkan kembali badannya dengan malas, kemudian menutup seluruh badannya dengan selimut. Entalah, ada rasa yang aneh juga ikut menyelimut hatinya saat ini.

"Pasti ngarepnya Den Arka, ya," tebak wanita paruh baya itu seakan tahu saja apa yang sedang dipikirkan majikannya.

Untuk kedua kalinya Kiara kembali bangun dan menatap fokus pada Bibik saat nama Arka disebut.

"Dia di mana?"

"Den Arka?"

Kiara mengangguk.

"Ya udah pulang lah, Non. Masa Bibik biarin nginap di sini."

Lagi lagi Kiara semakin penasaran dengan kejadian semalam. Entah kenapa ia malah tak mengingat apa yang terjadi semalam. Setahunya Arka mengajaknya hujan hujanan di halaman belakang, trus ... ah, sudahlah, jangan membahas apa yang dilakukan Arka padanya. Tapi, selanjutnya apalagi yang terjadi?

"Bik, semalam aku baik baik aja, kan?"

"Menurut, Non?"

"Bibik," rengeknya ketika apa yang ingin ia ketahui malah diajak bingung memikirkan.

"Sepengetahuan Bibik, dari luar ke dalam kamar, sih aman, Non. Cuman Bibik nggak tahu apa yang terjadi di dalam kamar sini. Soalnya Den Arka minta Bibik siapin air panas. Waktu Bibik masuk Non udah ..." Menghentikan kata katanya, sambil menatap ke arah pakaian yang dikenakan Kiara.

Sikap dan penjelasan Bibik tentu saja membuatnya berpikiran aneh. Jujur, sepertinya ada yang tak beres terjadi semalam. Ayolah otak, jangan memikirkan sesuatu yang mesum. 

"Maksud Bibik apaan?" tanya Kiara penasaran sekaligus gregetan. "Yang gantiin pakaianku, Bibik kan?"

Wanita paruh baya itu menggeleng cepat.

"Jangan bikin takut dong, Bik," hebohnya.

"Ya memang bukan Bibik yang gantiin pakaian Non. Mungkin, Den Arka," ungkap Bibik santai.

"Astaga!" kagetnya langsung kelimpungan, kemudian beranjak bangun dari kasur dan dengan cepat berlari menuju kamar mandi.

Ayolah, ia hanyalah manusia biasa yang tentu saja merasa kaget dengan pernyataan Bibik barusan. Apa maksudnya Arka yang menggantikan pakaiannya? Tidak, tidak ... tolong hilangkan pikiran buruk itu dari otaknya.

Sampai di kamar mandi, hal yang pertama kali ia lakukan adalah memeriksa tubuhnya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Apakah dirinya masih aman atau malah cowok itu sudah melakukan hal yang tidak tidak. Ini menyebalkan, bisa bisanya ia tak sadar dengan apa yang terjadi semalam. Cowok itu pake pelet apa, sih ... hingga membuatnya bisa lupa diri hanya karena ciuman.

"Nggak ada apa apa," gumamnya. "Semuanya aman, hanya saja pakaian gue yang ..." Menendang ember hingga membentur dinding karena kesal.

Demi apa Arka yang menggantikan pakaiannya semalam. Ingin rasanya menenggelamkan diri ke bak mandi, tapi kalau ia mati ... apa kabar mama dan papanya yang hanya memiliki anak dirinya seorang. Ya meskipun hanya anak sebagai status doang, minimal tetap harus hidup lah ya.

Pencuri Ciuman Itu JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang