"Lebih tepatnya kamu merebut hatiku," lanjut Arka pada perkataannya.
Kiara menyandarkan punggungnya. Oke dan perasaannya kini mulai berkecamuk. Antara sedih, benci, kesal dan marah. Kenapa juga cowok ini harus membuat hatinya seberantakan ini.
"Hanya melihatku tanpa keseriusan, kan? Kamu pikir aku orang yang seperti apa? Kiara, asal kamu tahu ... bahkan saat aku serius, semua juga tak akan ada senyuman. Benar, awal pertemuan kita memang tak begitu baik. Tapi jujur dari hatiku, aku merasa nyaman denganmu, aku merasa seolah memiliki seorang yang harus ku jaga. Saat aku sepi, ada kamu yang akan ku ganggu dan repotkan. Sekarang apa? Memaksaku untuk jauh darimu. Itu mustahil. Bahkan setelah semua ini kamu katakan, ku pastikan kita akan semakin mendekat."
Arka seakan menekankan kalimat kalimat yang ia katakan. Ia serius, itu artinya apa yang dikatakannya merupakan sebuah janji dan ketetapan yang harus dilakukannya.
"Sekarang katakan bagaimana perasaanmu padaku?" tanya Kiara.
"Aku mencintaimu," ungkap Arka langsung. Tak harus berpikir untuk menjawab pertanyaan itu, karena pikiran dan hatinya sudah jelas tertera rasa tu.
"Dan aku menolakmu!" tegas Kiara.
"Tak akan berlaku kata penolakan darimu untukku," peringatkan Arka yakin.
Kiara menyerahkan ponsel di tangannya pada Arka.
"Terserah, kamu mau berpikir seperti apa tentangku. Yang jelas, mulai detik ini aku nggak mau lagi berurusan denganmu. Aku capek dan ... selamat tinggal."
Kiara bersiap keluar dari mobil, tapi Arka menahannya.
"Hanya sampai di sini?"
"Apalagi?" tanya Kiara.
"Tak mau memberikan kesan terbaik saat meninggalkanku? Ya, setidaknya aku menerima sesuatu yang manis di awal dan juga di akhir tentunya."
Dahi Kiara berkerut saat mendapatkan pertanyaan itu dari Arka. Tapi di saat masih berpikir, cowok itu malah menariknya cepat dan mencium bibirnya. Menolak? Tentu saja. Tapi seperti biasa, dalam hal ciuman Arka memang unggul bahkan tak bisa ditolak.
Sikap Arka saat ini benar benar seakan di luar batas. Tangannya bahkan mulai bermain liar, hingga mau tak mau ia mencari aman dengan cara mencubit pinggangnya.
"Kamu mau apa, sih?!" Kiara menghapus bibirnya bekas ciuman Arka.
"Tidak ada. Hanya memberikan sebuah peringatan padamu, kalau aku tak akan melepaskanmu begitu saja. Aku yang mendapatkan ciuman pertamamu, itu artinya hanya aku yang mendapatkan hal yang lebih dari ciuman darimu," jelas Arka.
"Gila! Kamu," umpat Kiara langsung saja turun dari mobil meninggalkan Arka dengan raut kesal.
Berharap bisa lepas tangan dan keluar dari masalah saat meminta Arka menjauhinya, justru cowok itu malah membuatnya seakan dalam ancaman besar. Bisa bisanya dia seagresif itu dalam bersikap.
Kiara segera kembali ke kelas. Wajahnya tampak memerah meredam rasa kesal. Menghempaskan bokongnya di kursi dengan kasar sambil bersidekap dada. Tentu saja menarik perhatian Ellina dan Niki.
"Dan ... lagi-lagi karena bapak Arka," bisik Ellina.
"Apakah ini yang dinamakan jodoh?" tanya Nada sambil berpikir keras.
Haruskah kedua sobatnya ini ia lenyapkan? Mereka seolah olah terus meledeknya dengan masalahnya dan Arka. Ini keadaan serius, loh ... malah dipikir bercanda. Apalagi sikap dia barusan, duh ... makin mencemaskan.
---000---
Pulang sekolah Kiara ikut dengan Ellina dan Nada. Apalagi kalau bukan keluyuran di pusat perbelanjaan. Ayolah, beberapa waktu belakangan, lebih tepatnya selama mengenal Arka ia seperti menghentikan hobbynya. Jadi mulai sekarang ia akan kembali ke awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri Ciuman Itu Jodohku
RomanceEfek salah alamat, membuat Kiara Dista Pramudya harus mengalami yang namanya pencurian ciuman oleh seorang cowok yang tak ia kenal. Bahkan dirinya dituduh sebagai perebut calon tunangan orang. Berusaha melupakan kejadian itu dan menganggap semuany...