"Maaf, Non cari siapa, ya?" tanya Bik Imah ramah.
"Arka nya ada?"
"Den Arka ..." Ia sampai ragu ragu untuk mengatakan keadaan Arka. Takut jawabannya salah dan majikannya ngamuk lagi.
"Iya, Arka ada, kan?"
Pandangan Bik Imah ragu-ragu, kemudian perlahan mengarah pada sosok yang dicari oleh gadis yang ada dihadapannya. Hingga dia juga ikut mengarah ke arah yang sama.
"Devan."
Langsung saja masuk dengan langkah cepat dan menghampiri Arka yang posisinya duduk di lantai. Meskipun belum memastikan, tapi dari reaksi di telepon tadi ia sudah merasa cemas tentang keadaan Arka yang menurutnya sedang tak baik-baik saja.
Duduk dihadapan Arka, kemudian menyentuh wajah itu dengan lembut, hingga dia membuka kedua mata. Terasa panas saat tangannya menyentuh dan pandangan lemas begitu terlihat jelas dari tatapannya.
"Kok kamu ada di sini?" tanya Arka sedikit kaget atas kedatangan Kiara yang tiba-tiba.
"Kamu sakit?"
Langsung saja merebahkan badannya pada Kiara dan menenggelamkan wajahnya dalam dekapan gadis itu. Rasanya benar-benar capek dan sekarang seolah menemukan tempat yang nyaman.
"Kamu bohong tentang kondisimu," ujar Kiara.
Tak ada balasan, hanya hawa hangat benar-benar terasa dari badan Arka yang bersentuhan dengannya. Bukan hangat lagi, tapi ini justru lebih panas hingga wajah dia pun terlihat memerah.
Mengusap wajah Arka agar dia merasa nyaman. Perasaan yang aneh, bukan. Arka bukan siapa-siapa baginya, tapi saat mendapati dia sakit begini, kekhawatirannya akan cowok ini terasa meningkat drastis. Heran, kenapa juga perasaannya jadi berlebihan, toh antara dirinya dan Arka juga tak ada hubungan. Hanya saja hatinya berkata lain.
"Arka," panggilnya perlahan.
Berniat melepaskan tangannya yang berada dalam pegangan Arka, tapi dengan cepat dia mempererat genggamannya.
Kiara mengarahkan pandangannya pada Bik Imah yang sedari tadi hanya bisa memandang aneh ke arahnya. Tentu saja, toh baru kali ini ia datang ke sini. Dan Arka malah langsung bersikap begini padanya.
"Saya Bik Imah, Non ... asisten rumah tangga di sini," ungkap Bik Imah memperkenalkan dirinya.
"Aku Kiara, Bik," balasnya ikut memperkenalkan dirinya. "Oiya, Bik ... Orang tuanya Arka kemana?"
"Tuan sama Nyonya mah nggak ada di sini, Non. Mereka tinggal di luar kota, mengurus usaha di sana. Paling pulang sekali sebulan. Atau, Den Arka yang ke sana menemui," jelas Bik Imah.
Kiara hanya mengangguk saat mendengar penjelasan Bik Imah. Setidaknya ia aman lah di saat sikap Arka begini padanya. Takut saja jika orang tua Arka melihat, dirinya malah dikira gadis yang aneh-aneh karena mau saja diberikan sikap sebebas ini dari dia.
"Kalau Bibik boleh tahu, Non Kiara ada hubungan apa, ya ... sama Den Arka?"
Pertanyaan yang sedari tadi ia tahan-tahan, tapi kalau tak ditanyakan justru membuatnya semakin penasaran. Melihat sikap majikannya yang begitu manja pada gadis ini, seolah menguras otak untuk menebak apa hubungan keduanya. Ditambah lagi ketika ia tak sengaja mendengar Arka menggunakan panggilan sayang pada Kiara saat menelepon tadi. Makin membuat otaknya diajak bekerja keras, memikirkan hubungan apa yang mereka jalankan.
"Nggak ada hubungan apa-apa, Bik," jawab Kiara dengan senyuman manis. Tapi aslinya mah berasa nggak enak. Ya, ia paham dengan pertanyaan itu. Apalagi kalau bukan sikap Arka yang seperti ini..
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri Ciuman Itu Jodohku
Storie d'amoreEfek salah alamat, membuat Kiara Dista Pramudya harus mengalami yang namanya pencurian ciuman oleh seorang cowok yang tak ia kenal. Bahkan dirinya dituduh sebagai perebut calon tunangan orang. Berusaha melupakan kejadian itu dan menganggap semuany...