BAB : 6

754 95 12
                                    

Arka masih duduk di ruang tamu, dengan ponsel yang jadi fokus utamanya sembari menunggu Kiara. Tadinya mau menyusul gadis itu ke kamar, karena merasa ini sudah terlalu lama dan buang buang waktu. Tapi niatnya terhenti saat mendengar suara deru mobil yang datang memasuki halaman rumah.

Masih menunggu siapa yang masuk ke dalam rumah, dengan pandangannya yang fokus ke arah pintu masuk. Tak lama, terlihat dua orang yang melangkah masuk bersamaan.

Arka yang tadinya duduk di sofa, kini mulai beranjak saat pandangannya menelisik pada keduanya. Tak hanya itu, bahkan dahinya sedikit berkerut seakan mengingat sesuatu ketika mereka semakin mendekat.

"Loh, Arka ... kok kamu ada di sini?"

"Tante Manda, Om Bagas?"

"Iya, ini kami."

"Om sama Tante ..." Mengarahkan telunjuk pada keduanya dengan tampang bingung.

"Ini rumah kami," ungkap Bagas langsung seakan tahu saja apa yang akan ditanyakan Arka.

"Om serius?"

"Om pikir kamu sudah tahu. Dan, waktu itu kita berdua juga sudah memberikan alamat kami padamu, kan."

"Alamatnya lupa ku simpan di mana, Om," ungkap Arka sedikit tak enak.

Manda dan Bagas malah tersenyum mendengar jawaban Arka, tapi lagi lagi keduanya tentu saja masih penasaran kenapa Arka bisa sampai di sini jika alamat yang diberikan sudah hilang.

"Trus, kamu sampai di sini. Kok, bisa?" tanya Manda lagi.

"Kenapa harus pake pakaian kaya gini, sih ... ribet tahu, nggak."

Perkataan itu seketika membuat fokus ketiganya mengarah ke asal sumber suara. Tak ada respon, ketiganya hanya diam menatap pada sosok Kiara yang datang dengan dress selutut yang membalut badannya.

"Kiara."

Kiara yang tadinya sibuk dengan pakaiannya, sekarang baru sadar jika ada orang tuanya ada dihadapannya bersama dengan Arka.

Diam di tempat, hanya matanya yang liar memandang ke arah Manda dan Bagas bergantian. Jantungnya seakan mau copot di saat ini. Berasa dirinya kepergok selingkuh.

"M-ama, Papa ... kok kalian udah pulang," ujarnya dengan nada was was. Ayolah, terdengar jelas dari suaranya yang gemetaran dan wajahnya memucat.

Keduanya tak menjawab, seakan akan masih fokus pada penampilan sang anak yang tak biasa.

Kiara menarik Arka agar mendekat ke arahnya dan berbisik.

"Tanggung jawab! Aku nggak mau orang tuaku mikir yang enggak-enggak, ya. Awas kalau memperburuk semuanya, ku gorok kamu, Arka!" kesalnya malah mengancam Arka. Meskipun itu ancaman mempan atau tidak, yang jelas posisinya aman lah.

"Kalian berdua ..." Manda menunjuk ke arah Kiara dan Arka bergantian. Apalagi melihat sikap keduanya yang sepertinya malah saling mengenal. "Saling kenal?"

"Enggak, Ma," jawab Kiara.

"Iya, Tante," jawab Arka.

Ayolah, kenapa juga jawaban keduanya malah nggak satu server.

"Kiara." Bagas menatap penuh curiga ke arah putrinya yang terlihat sekali gelagat tak tenang. Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan.

"Maaf Om, Tante ... aku sama Kiara saling kenal, kok," ungkap Arka yang langsung mendapatkan pelototan tajam dari Kiara. "Dia kebetulan salah satu siswiku.

Kiara menghela napasnya lega karena penjelasan yang diberikan Arka pada orang tuanya. Setidaknya Arka adalah gurunya dan  ia adalah murid. Anggap saja dia kali ini nyasar ke rumahnya dan sebentar lagi akan ditendang dari sini.

Pencuri Ciuman Itu JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang