BAB : 24

397 44 2
                                    


Mendapat kabar yang tak baik di tengah malam, jujur saja ini memang mengkhawatirkan. Apalagi Arka yang sudah ia kenal semenjak kecil. Setidaknya rasa khawatirnya akan sosok pemuda itu layaknya seorang Ibu.

Mencoba menghubungi beberapa kenalannya, tapi malah tak ada yang mempunyai golongan darah yang sama. Dan ia kembali bingung. Tapi saat mengingat Arka, ia langsung kepikiran pada Kiara, majikannya. Bukan apa apa, hanya saja tadi Arka ke sini, hingga entah apa yang terjadi membuat keduanya tampak tak baik baik saja.

Dengan langkah cepat ia menaiki anak tangga, memberitahukan Kiara tentang keadaan Arka.

"Non, Non Kia!" teriaknya sambil mengetuk pintu kamar berkali kali. Bukan tidak sopan, tapi hanya ingin majikannya yang sedang tidur bisa segera terjaga.

Belum juga beberapa kali ketukan itu menerjang pintu, tiba tiba saja pintu dibuka dari arah dalam.

"Ada apa, sih, Bik? Ini udah malam, loh."

Tadinya ingin langsung memberikan kabar, tapi fokusnya malah pada wajah memerah dan mata Kiara yang tampak sembab. Ya, seperti habis menangis semalaman.

"Non baik baik aja, kan?"

"Hmm," angguk gadis itu.

"Non belum tidur, ya?"

"Ada tugas dari sekolah dan banyak," elaknya. Yakali ia serajin itu. Bahkan bisa dikatakan matanya tak bisa tidur sama sekali.

"Kok muka non merah?"

"Lagi sakit perut, Bik. Tamu bulanan. Jadi aku nggak bisa tidur sampai jam segini." Jujur sih ini. makanya mood nya juga buruk.

"Non habis nangis?"

Kiara menatap kesal ke arah Bibik. "Bibik kurang kerajaan banget, sih ... menginterogasi di waktu yang nggak tepat begini," umpatnya hendak kembali menutup pintu kamar. Tapi niatnya terhenti ketika wanita paruh baya itu menahannya.

"Maaf, Non ... Bibik bukan bermaksud nggak sopan. Cuman Bibik mau kasih info penting penting banget."

"Nggak penting!" balasnya cepat karena keburu kesal.

"I-ini tentang Den Arka, Non."

Mendengar nama Arka disebut, Kiara sedikit terpaku. Fokusnya kembali pada Bibik.

"Barusan saudari Bibik yang kerja di rumah Den Arka hubungi Bibik, katanya Den Arka ... "

"Arka kenapa?" tanyanya penasaran. 

"Den Arka kecelakaan, jatuh dari tangga dan kondisinya kritis," jelas wanita paruh baya itu.

Arka tersandar ke pintu, tiba-tiba saja pijakan kakinya merasa lemah. Menatap Biibik dengan fokus.

"Jangan bercanda, Bik? Udah tengah malam dan ini nggak lucu!"

"Tapi ini serius, Non. Den Arka lagi kritis di rumah sakit, dia kehilangan banyak darah. Dokter meminta untuk menyiapkan pendonor, karena stok di rumah sakit menipis."

Bepegangan pada gagang pintu, saat ingatan akan Arka masih terngiang di kepalanya.

"Tadi dia masih ke sini, kan, Bik ... enggak mungkin tiba-tiba sekarang dia malah ..." Air matanya seketika turun begitu saja, bergelinding di kedua pipi.

"Mending Non sekarang ke rumah sakit. Ini alamatnya," ujar Bibik menyodorkan ponselnya pada Kiara.

Tak berkata apa apa lagi, dengan cepat berlalu pergi dari hadapan bibik dan menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Ya, kemana lagi tujuannya kalau bukan ke rumah sakit, di mana Arka  dirawat.

Pencuri Ciuman Itu JodohkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang