Kiara sampai di rumah. Untung saja masih ada taksi yang lewat tadi di saat ia baru berniat menghubungi Ellina atau Nada untuk menjemputnya.
"Non kok pulang? Nyonya bilang malam ini Non nginep di rumahnya Den Arka," ujar Bibik yang membukakan pintu untuk Kiara.
Gadis itu tak menjawab. Dengan langkah gontai dia langsung saja berjalan menuju lantai atas.
Sampai di kamar, langsung ia rebahkan badannya di kasur. Memejamkan kedua matanya, berharap langsung tidur dan melupakan apa yang ia katakan pada Arka tadi.
"Ini adalah cara terbaik untuk mengelak dengan perasaan," gumamnya dengan mata terpejam. "Semoga dia paham apa yang gue maksud."
---000---
Tadinya berpikir kalau pagi ini Arka akan menjemputnya berangkat sekolah, tapi kembali teringat kalau cowok itu sedang sakit. Mana mungkin pulih dalam waktu semalam. Kondisinya saja lumayan drop. Apalagi semalam dirinya sudah memberikan perkataan yang pastinya akan merubah pandangan Arka terhadapnya.
Menarik napasnya dalam. Ya, bukannya itu yang ia inginkan ... saat Arka tak lagi merecoki kehidupannya. Tapi, kok rada nggak rela, ya. Seperti ada yang hilang. Jangan-jangan ia beneran sudah jatuh cinta pada Arka, sampai berpikiran begitu.
"Non mau kemana?" tanya Bibik saat Kiara berlalu pergi.
"Sekolah lah, Bik," Jawabnya.
"Kan Den Arka ..."
"Udah deh, jangan bahas Arka lagi," responnya langsung menatap kesal ke arah Bibik. "Sudah berkali-kali ku katakan juga, kalau aku sama dia nggak ada hubungan apa-apa. Tapi semuanya nggak ada yang ngerti."
Wanita paruh baya itu hanya bisa diam tanpa komentar saat sang majikan mengomel. Takut saja, jika membalas, justru makin membuat gadis itu semakin kesal.
Kiara segera melanjutkan langkahnya keluar dari rumah. Kali ini ia memilih untuk naik taksi saja, biar pas pulang nanti bisa diantar oleh Ellina atau Nada. Atau, sekalian saja ia kembali ke asal. Ya, keluyuran atau sekalian kabur-kaburan. Semenjak memiliki urusan aneh dengan Arka, waktu pribadinya seolah hilang dari peredaran.
Di perjalanan hanya diam, tapi pikirannya justru pada Arka. Lagi-lagi ia malah berpikir, apa dirinya salah bicara seperti semalam pada cowok itu? Apa dia tersinggung. Mengeluarkan ponselnya, berniat menghubungi ... tapi tak jadi karena merasa apa yang dikatakannya adalah benar.
Sampai di sekolah, langsung saja menuju kelas. Di sana ternyata sudah ada Ellina dan Nada yang ternyata sampai duluan.
"Ada apa?" tanya Nada.
"Nggak ada apa apa."
"Lo yakin?"
"Hmm," angguknya.
"Gue kurang yakin," respon Ellina.
"Lo nggak tidur semalam?" tanya Nada.
"Tidur, hanya saja kurang tidur," jawabnya.
Nada merapatkan duduknya pada Kiara dan berbisik. "Jangan bilang kalau elo mikirin Julian. Apa adegan panas di depan mata itu masih keingat di pikiran lo?"
"Ish, apaan, sih. Ngapain juga gue ingat dia. Udah gue buang jauh-jauh nama itu," responnya langsung ngoceh.
Sekarang justru Ellina yang merapat padanya. "Pasti Pak Arka."
"Benar," balasnya cepat. Tapi seketika ia langsung menutup mulut dengan telapak tangan saat menyadari pengakuannya. "Maksud gue ..."
Nada dan Ellina tertawa dengan reaksi Kiara. Ayolah, padahal keduanya hanya menebak secara asal. Tapi ternyata tebakan keduanya benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pencuri Ciuman Itu Jodohku
RomanceEfek salah alamat, membuat Kiara Dista Pramudya harus mengalami yang namanya pencurian ciuman oleh seorang cowok yang tak ia kenal. Bahkan dirinya dituduh sebagai perebut calon tunangan orang. Berusaha melupakan kejadian itu dan menganggap semuany...