Memang benar, kesabaran selalu menghasilkan buah yang sangat manis.
-
Setelah melewati hari-hari yang cukup panjang, akhirnya disinilah mereka. Semakin dekat dengan kehidupan yang sesungguhnya. Mengucap janji sehidup semati. Dengan satu tarikan nafas ia dengan lantang mengucap ijab Qabul. Kedua tangannya mengusap wajah menandakan bahwa sudah resminya ia meminang sang pujaan hati. Clara Sandara Wijaya.
Clara berjalan menuju meja akad bersama sahabat dan bridesmaid lainnya. Clara sangat cantik mengenakan gaun putih panjang baik gaun ratu kerajaan dengan mahkota kecil di kepalanya dan semakin cantik lagi dengan polesan make-up yang sangat cocok diwajahnya. Sungguh bak seorang putri di kerajaan. Membuatnya menjadi pusat perhatian banyak tamu. Clara sedikit malu melihat orang-orang begitu terpesona melihat dirinya. Padahal ia hanya ingin terlihat cantik saja dimata sang suami.
Raga bahkan tidak berkedip sama sekali melihat Clara, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Ekhemm." Rangga yang saat ini berada di kursi saksi berdeham melihat adiknya yang mematung menatap Clara dari mulai berjalan sampai sudah duduk disamping Raga.
Mendengar dehaman Rangga membuat Raga tersadar dan menatap tajam ke arah abangnya.
"Mau sampai kapan diliatin mulu, ntar ga kelar-kelar acara nih, mana tamu udah pada laper. Awokawokawok." Bisik Rangga ke telinga Raga.
"Berisik lu bang."
Rangga kembali terkekeh melihat adiknya. Sementara Raga kembali mengalihkan pandangannya ke arah Clara yang sedari tadi menunduk menahan malu. Bukan karena ada yang salah, tetapi ia sangat merasa gugup hari ini. Tangannya berkeringat dingin, peluh mulai membasahi keningnya.
"Silahkan mempelai wanita, menyalami dan mencium tangan suami." Ucap penghulu yang masih duduk disana.
Clara yang mendengar itu mulai menegang, perlahan ia mendongakkan kepalanya dengan pelan. Dilihat nya Raga yang ada disampingnya. Ia tersenyum, namun ia sangat gugup melihat Raga yang tidak berhenti menatapnya.
Perlahan Clara mengangkat tangannya untuk menyalami Raga. Demi apapun ia sangat gemetar. Raga menyambut tangan Clara. Dirasakannya betapa dinginnya tangan istrinya.
Clara mencium tangan Raga, setelah itu Raga mencium keningnya. Perlahan Clara menutup matanya. Ia merasa lebih tenang saat tangan Raga yang hangat memberinya ketenangan.
"Masya Allah, kamu.. cantik banget." Ucap Raga.
Clara yang mendengar itu langsung bersemu merah, "Mm.. makasih." Jawab Clara malu-malu.
Setelah itu mereka menandatangani dokumen pernikahan, Raga dan Clara menunjukkan buku nikah mereka. Sang fotografer sudah bersiap untuk mengambil foto mereka berdua.
"Tahan ya kak, bang, 1 2 3." Aba-aba dari fotografer.
Cekrek.
***
"Ihiyyy selamat ya bestai, akhirnya taken juga." Ucap Lola sambil menggendong bayinya.
"Hehe, makasih La. Halo anak onty, apa kabar?" Ucap Clara sambil memegang tangan anak Lola.
"Baik onty... Hehe, onty ditunggu ya calon jodoh aku dari onty." Ujar Lola dengan menirukan suara anak kecil.
Clara yang mendengar itu langsung membulatkan matanya ke arah Lola, apalagi disampingnya masih ada Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragala - Completed✓
Teen Fiction𝑫𝒊𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒎 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏 Orang-orang datang lalu pergi dalam kehidupannya. Peliknya kehidupan membuatnya nyaris putus asa. Bahkan ketika ia menginginkan sesuatu, ia lebih me...