Beberapa dari kita hanya sekedar
singgah saat kita merasa telah
menemukan yang tepat, namun
lambat laun kita akan menemukan
tempat untuk menetap, karna kita
telah yakin bahwa kita sudah
menemukan yang pas.
-Clara tersadar dari lamunan panjangnya, ia membuka matanya dan menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Kejadian 3 tahun yang lalu selalu membayanginya, hampir saja ia melakukan kesalahan yang sangat fatal dalam hidupnya yaitu bunuh diri.
Memang benar, tidak ada yang tau seberapa berat ujian kita, seberapa hancur hati kita hanya diri kitalah yang mengerti, orang-orang sebagian hanya datang sekedar kasihan dan tidak begitu peduli, bahkan beberapa yang tidak menyukai kita hanya akan tertawa melihat kita terpuruk.
Akal sehat, mungkin itulah satu-satunya yang menyelamatkan hidupnya. Akal sehatnya langsung menyadarkannya saat itu, bukan dengan cara mengakhiri hidup yang akan menyelesaikan masalah tetapi tetap jalani kehidupan ini dengan semestinya, seolah buku dan kajian yang pernah ia baca dan ia dengar terdengar saat ia akan melakukan kebodohan.
Kematian sia-sia tidak akan membantumu dan tidak akan menyelamatkan hidupmu sekarang bahkan sampai kau di alam yang tidak kau sebut bumi lagi.
Kesensaraan sepanjang masa akan menghampirimu, sebab meski berjuta kebaikan yang telah kau perbuat, akan sia-sia saja jika akhir yang kau pilih juga sia-sia, yaitu menjemput mautmu sebelum waktu yang telah ditetapkan.
Clara menghela nafasnya berkali-kali, ia masih menyendiri disuatu tempat yang bahkan satu orang pun tidak ingin memandang kearah tempat itu. Mejauh dari keramaian mahasiswa yang berlalu lalang mencari kelas dan bersenda gurau. Memilih tempat strategis untuk melepas topeng keceriaannya dari hadapan teman-temannya yang menganggap bahwa, tidak ada kata kesedihan dalam kamus Clara, sekalipun mereka pernah menonton sebuah drama yang memancing air mata untuk keluar, tetap saja, Clara akan biasa-biasa saja. Seperti sudah ahli dalam menyembunyikan air mata.
Sudah berjam-jam lamanya, akhirnya Clara memutuskan untuk pulang, meski ia tau rumah yang akan ia dituju tidak lagi memberi kehangatan, setidaknya ada satu orang yaitu mamanya yang menjadikan alasannya untuk bertahan. Ia yakin mama akan selalu menunggu dan mencemaskannya, meski separuh dunianya yang lain malah terusik dengan kehadirannya.
Hari semakin sore, namun setiap bus kota yang berlalu lalang dipenuhi penumpang, Clara terlalu asik dengan ritual muhasabahnya sehingga ia lupa bahwa dijam-jam seperti ini banyak orang-orang yang menggunakan angkutan umum setelah jam kerja
dan sekolah. Meski begitu, Clara tetap sabar menanti sambil melihat suasana senja, dan langit yang berwarna jingga. Benar-benar pemandangan yang indah.Tanpa ia sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan gerak-geriknya sampai-sampai orang itu hampir saja menabrak pengendara lain. Namun Clara tidak menyadarinya, ia hanya terpaku melihat suasana sore yang begitu memikat matanya, sehingga ia tidak sadar, ada seseorang yang mulai terpikat akan bola matanya dan
diam-diam mulai mengaggumimya. Orang itu akan hadir setelah senja kehidupan Clara redup.Semoga ini pertanda baik. Mentari itu akan menyinarinya seutuhnya. Kita tunggu saja.
~~~
Mentari terbit tepat pada waktunya, seperti biasa hari-hari tetap harus dijalani seperti biasa. Weekend adalah waktu yang pas untuk melepas penat setelah menjalani perkuliahan pada hari biasa. Mahasiswa tetaplah mahasiswa, tidak ada kata santai meskipun weekend. Semakin naiknya tingkatan, maka akan semakin banyak pula beban.
Clara melewati itu semua dengan santai. Ia tidak terlalu memusingkan masalah tugas. Sebab, sudah jauh-jauh hari sebelum deadline, ia sudah mempelajari materi yang diberikan. Clara tergolong mahasiswi terpintar di fakultasnya, sejak SD dia sering mendapat peringkat terbaik, hingga saat ini. Sedang asik-asiknya menonton anime favoritnya, tiba-tiba Lola menelpon Clara. Clara hanya tersenyum memandangi ponselnya yang berdering, seperti sudah tau apa yang akan dikatakan sahabatnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragala - Completed✓
Teen Fiction𝑫𝒊𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒎 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏 Orang-orang datang lalu pergi dalam kehidupannya. Peliknya kehidupan membuatnya nyaris putus asa. Bahkan ketika ia menginginkan sesuatu, ia lebih me...