Aku mengakui adanya kelam dalam diri ini, tapi bukan berarti aku tak layak untuk mencinta atau dicintai.
-Setelah kejadian di toko bunga saat itu, ntah kenapa Clara merasa perasaannya jauh lebih baik. Untuk pertama kalinya ia menangis didepan orang lain, dan itu membuatnya seketika malu dan menyesal. Ia gagal menahan pertahanannya. Tapi ya sudahlah, Clara tak mau ambil pusing, Clara berharap hari ini ia tidak terlambat datang ke kampus.
Saat dihalte, tiba-tiba Raga datang dengan motor klasiknya dan menghampiri Clara disana.
"Mau bareng gue gak?"
"Makasih, gue bisa sendiri."
"Lo yakin? Lo gak tau ya kalo hari ini supir pada demo ojek online?"
"Apa?"
"Mau nunggu sampe karatan pun, lo gak bakal dapet. Maka dari itu, pangeran Raga Prakasa ini ingin menjemput tuan putrinya menuju ke kampus."ucap Raga dengan sangat pedenya sambil menaik turunkan alisnya yang nakal itu.
Mendengar ucapan Raga tadi membuat Clara mual seketika, tapi ya mau gimana lagi. Mau gak mau, ia harus menerima tawaran dari Raga demi nama baiknya sebagai mahasiswa yang paling disiplin.
"Ck, ya udah deh, mo gimana lagi."ujar Clara sambil bergerak naik ke atas sepeda motor Raga.
"Nah, gitu dong. Pegangan yang erat ya,"
"Dih, harus pegangan pulak?"
"Demi keselamatan neng."
"Lo kalo mau modus tu bilang aja, gak usah basa basi gitu."
"Astaghfirullah, suuzon mulu jadi human."
"Ya udah buru, jangan banyak bacot terus."
"Hehe,"
Setelah terjadi drama alay yang cukup singkat, Raga langsung tancap gas menuju kampus. Selama di perjalanan Raga cukup menikmati momen seperti ini. Sementara Clara hanya sibuk menatap jalanan lurus ke depan. Raga senyum-senyum sendiri seolah hari ini adalah hari yang terindah dalam hidupnya. Clara dapat melihat itu dari kaca spion motor Raga. Dalam hatinya 'stress ni orang.'
Setelah beberapa saat kemudian, mereka sampai dikampus. Clara turun dari motor Raga. Sebelum ia benar-benar pergi, Clara mengucapkan terimakasih.
"Makasih ya, nih dui-"
"Eh, apa-apaan ini tuan putri, emang akang tukang ojek?"
"Hmm, klo dari tampang2 lu sih, iya. Cocok."
"Tega kamu tuan putri."
"Ck, alay."
"Haha, lucu juga bercandaan lu."
"Dih, siapa juga yang bercanda."
"Udah, ga usah pake bayaran segala. Gw ikhlas, gak modus, dan gak hal negatif lainnya seperti yang lu pikirkan."
"Gak gak, gw gak suka berhutang budi." Ucap Clara sambil menyodorkan uang lembaran 20 ribu rupiah ke tangan Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragala - Completed✓
Dla nastolatków𝑫𝒊𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒎 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏 Orang-orang datang lalu pergi dalam kehidupannya. Peliknya kehidupan membuatnya nyaris putus asa. Bahkan ketika ia menginginkan sesuatu, ia lebih me...