Disaat kamu dan orang-orang yang kamu sayangi direndahkan, maka disitulah kamu harus memberontak. Jangan diam! Lawan! Apa yang kau takutkan? Kekuasaannya? kekayaannya? Persetan dengan semua itu. Mereka harus ditunjuk ajar agar tidak kurang ajar.
-
Clara mematung setelah mendengar pernyataan dari Mamanya tadi, apa dia salah dengar kah?
"Maaf.." Lirih Papa Clara.
"Pa? Kenapa papa minta maaf?"
Mama Clara memegang pundak Clara, sementara Clara masih kebingungan dengan situasi ini. "Clar, apa kamu sudah bersedia menikah?"
"Gak, aku belum siap."
"Ohh tidak bisa, kamu harus siap," Timpal Om Bambang. "Kalo tidak,"
"Kalo tidak apa? Huh?"
"Papa kamu akan saya penjara!"
"Ha?"
Clara mendekati papanya, "Pa, apa yang terjadi? Kenapa papa harus dipenjara?"
"Clar, maaf.. papa.." Papa Clara tidak sanggup melanjutkan kata-katanya lantaran malu dengan kesalahannya.
"Papa kamu itu punya hutang sama om, dan dia gak akan mampu bayar. Jadi sebagai gantinya, kalo kamu mau papa kamu selamat. Kamu harus jadi istri Om."
Clara terkejut mendengar ucapan pria yang bernama Bambang tadi, namun sekuat mungkin ia menahan emosinya agar tidak meluap begitu saja. Ia tidak mau jiwa psikopatnya meledak sehingga makin memperburuk suasana. Masalah tidak akan selesai jika tidak diselesaikan dengan kepala dingin.
Clara menunduk di depan papanya dengan wajah datar, sementara Bambang tersenyum puas karena merasa sudah menjadi pemenang.
"Berapa hutang papa?"
"Alah, gak usah banyak tanya, kalian gak akan mampu membayar, sudahlah menyerah saja. Om juga gak akan kasi keluarga kamu waktu untuk melunasinya karna ini sudah lewat tenggat waktu!"
"BERAPA HUTANG PAPA?!!!"
"20 juta."
Clara berdiri dan berjalan ke arah kamar, sementara yang lain hanya melihatnya dengan kebingungan.
Tak lama kemudian Clara kembali dari kamarnya dengan membawa amplop berwarna coklat ditangannya, ia keluarkan isi dari dalam amplop itu dan melemparnya ke wajah Bambang.
"Nih, 25 juta, lunas! Anggap saja 5 juta untuk membeli harga diri om yang udah rusak! Sekarang pergi dan jangan ganggu keluarga Clara lagi! Maaf, ini bukan zaman Siti Nurbaya. Clara bukan barang yang bisa diperjualbelikan!"
Kedua orang tua Clara tercengang, sementara Bambang dan anaknya pergi setelah diusir secara tidak terhormat. Siapa suruh merendahkan harga diri orang lain jika tidak mau direndahkan?
Sementara Papanya masih tertundu malu, sepertinya perasaan bersalah akan menghantuinya setiap saat, "Maafin papa, Clar."
"Pa, papa tidak salah. Kita memang tidak sanggup membayar hutang dulu. Dan sekarang lihat anak Papa, anak papa sudah mendekati puncak kesuksesan."
"Papa bangga sama kamu, maaf papa.."
"Mau sampai kapan papa minta maaf? Sudah kewajiban Clara berbakti kepada kedua orang tua. Jadi apa yang papa risaukan?"
"Papa merasa gagal membahagiakan kalian."
"Gak pa, papa sudah bekerja semampu papa. Papa sudah memberi yang terbaik." Tutur Clara tulus, "Clara sayang mama dan papa." Ucapnya sambil memeluk kedua orangtuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ragala - Completed✓
Teen Fiction𝑫𝒊𝒃𝒖𝒏𝒈𝒌𝒂𝒎 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂𝒂𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝒅𝒊𝒅𝒆𝒘𝒂𝒔𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒌𝒆𝒂𝒅𝒂𝒂𝒏 Orang-orang datang lalu pergi dalam kehidupannya. Peliknya kehidupan membuatnya nyaris putus asa. Bahkan ketika ia menginginkan sesuatu, ia lebih me...