Akhirnya, event itu berjalan tanpa campur tangan Putra. Walaupun tetap berjalan lancar dan seru, namun atmosfer acara kentara sekali perbedaannya tanpa lelaki yang selalu membawa skateboard kemana-mana itu-tidak lagi sejak aku mematahkan benda kesayangannya itu.
Event yang kami adakan saat ini terdiri dari beberapa lomba di berbagai bidang. Dan malam ini, adalah puncak sekaligus penutupan dari event rutin tiap setahun sekali itu. Akan diumumkan para pemenang lomba, ada pula perfomance spesial dari para alumni yang telah lulus, tak lupa juga perfomance dari beberapa ekstrakurikuler, dan terakhir adalah perfomance persembahan dari kami para panitia. Aku bisa mendengar samar-samar dari toilet sekolah, hiruk pikuk suara para alumni yang sedang memberikan kesan pesan tentang masa sekolah mereka dulu dan guru-guru yang sibuk menyeka air mata masing-masing karena terharu.
Aku keluar dari toilet sekolah. Karena letaknya yang agak jauh dari pusat acara, aku bisa melihat sepenggal pemandangan yang ada di belakang sekolah. Sebuah kebun yang sudah terbengkalai yang sekarang ditumbuhi berbagai macam rumput liar yang cukup tinggi, serta beberapa pohon yang entah jenisnya apa. Ada pula seseorang yang tengah menyeret..manusia?.
Bayangan hitam misterius yang terlihat menyeret manusia itu tiba-tiba menghilang seakan tak pernah ada, secepat aku yang baru ingat jika kacamata minusku tertinggal di toilet sekolah.
***
Besoknya, aku kembali ke toilet sekolah, dan menatap kembali kebun yang sudah terbengkalai itu. Matahari yang sejak tadi menyirami ubun-ubun membuatku bisa langsung tahu jika ada sesuatu yang terasa ganjil. Lebih tepatnya, aku berharap jika bayangan itu akan muncul kembali, meskipun itu memang hal yang bodoh untuk diharapkan.Setelah berpikir lagi bahwa berharap pada hal yang mustahil adalah sia-sia, aku memutuskan kembali ke kelas.
"Satu siswa lagi ditemukan hilang, Pak"
Aku berhenti tepat di hadapan ruangan kepala sekolah saat tak sengaja mendengar seorang staf sedang mengonfirmasi sesuatu pada Pak Kepsek. Aku lebih mendekatkan telingaku pada pintu ruangan Pak Kepsek, mengabaikan sejenak tujuanku semula untuk kembali ke kelas.
"Lagi? Yang dua sebelumnya saja belum selesai diselidiki, nambah satu lagi?" suara Pak Kepsek terdengar putus asa.
Aku mengerutkan dahi, kasus orang hilang?.
"Eh sebentar, Pak. Ada pesan dari Pak Indra"
Pak Indra?. Bukankah itu ayahnya Putra yang bekerja sebagai polisi?.
"Dua siswa yang sebelumnya dinyatakan hilang kini telah ditemukan dalam keadaan tak bernyawa, dengan luka sayatan yang cukup dalam pada kedua leher korban"
Aku dan Pak Kepsek sama-sama terkejut mendengar pesan yang dibacakan oleh staf tersebut.
"Ditemukan di mana?"
"Di pabrik bekas dekat kebun belakang sekolah kita. Dugaannya mereka berdua sama-sama bunuh diri di pabrik itu jauh hari sebelum jasad mereka ditemukan pihak polisi, sekitar tujuh hari yang lalu"
Pak Kepsek nampak berpikir kembali, aneh jika ada dua orang yang bunuh diri di tempat yang sama, di waktu yang sama pula, "Kenapa mereka bisa bunuh diri di saat yang bersamaan?"
"Mereka teman dekat, Pak. Setelah dicek riwayat hidup kedua siswa, mereka sama-sama mendapat tekanan dari keluarganya. Anak broken home"
Selanjutnya, stafnya itu menunjukkan beberapa foto barang bukti berupa pisau dengan sidik jari korban, serta pakaian yang dikenakan keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Bintang Jatuh
Fiksi RemajaYang hampa biar terbang, yang bernas biar tinggal Yang tidak berguna biarlah hilang, tetapi yang baik biarlah tinggal Dan di sini, aku sebagai yang "tidak berguna" Namun katanya, "yang baik biarlah tinggal" Maka aku tinggalkan perasaanku untuk dijag...