1·12 (epilogue)

17 4 0
                                    



Malam itu adalah malam paling buruk sepanjang sejarahku hidup selama tujuh belas tahun. Yang menjawab mengapa bintang tak bisa menemani bulan malam ini, bahkan "malam" seterusnya.

Malam itu, aku menangis hingga aku merasa bahwa air mataku benar-benar habis. Meraung kencang, berteriak marah kepada pepohonan dan hewan malam. Berharap keduanya bisa menjawab pertanyaanku, kemana perginya jiwa yang akan ku obati pergelangan tangannya itu?.

Malam itu, yang kutemukan hanyalah bercak darah yang membekas pada seonggok batu juga di beberapa titik pada tanah lapang. Raganya telah raib, seakan ditelan bulat-bulat oleh angin malam yang berhembus kencang kala itu. Raga yang hanya meninggalkan sebuah guratan pada tanah, tak jauh dari tempatku berpijak.

Yang hampa biar terbang, yang bernas biar tinggal

Yang tidak berguna biarlah hilang, tetapi yang baik biarlah tinggal

Dan di sini, aku sebagai yang "tidak berguna"

Namun katanya, "yang baik biarlah tinggal"

Maka aku tinggalkan perasaanku untuk di jaga baik-baik di sana

- Akasa Pandhu Putra -







-- the end --

Memeluk Bintang JatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang