SANDRA POV
Jujur, aku sedikit kesal pada Reiga soal keputusannya yang tak memperbolehkanku mengikuti penyelidikannya bersama Alex. Alasannya memang masuk akal, tapi perempuan tak selemah itu kan?
Karena itulah, aku memutuskan menyelidiki kasus Karin seorang diri. Aku mendatangi TKP pembunuhan Karin, sisi sebelah Opera Hall. Namun sayangnya, Reiga dan Alex juga mendatangi tempat itu bahkan lebih dulu tiba dariku. Dengan berat hati, aku hanya bisa memantau kedua lelaki itu dari jauh di balik pohon besar yang ada di sekitar situ.
Aku dari balik pohon ini juga bisa melihat Reiga dan Alex yang menemukan pin Karin diantara rerumputan tanaman asoka, hingga akhirnya-
"AAA-hmph"
Seseorang menyekapku, entah siapa. Ditambah aku yang tak bisa memberontak dan sesuatu yang menyumpal mulutku membuat kesadaranku tiba-tiba menguap.
Perlahan, semuanya nampak gulita.
***
"Kenapa lo bawa orang ini?"
"Lha emang kenapa?"
"Lo gak tau ini siapa?"
"Ya mana gue tahu. Gue asal culik"
"Intinya, lo jangan bunuh cewek ini"
"Kenapa?"
"Cewek ini...adalah orang dekat dari seseorang yang punya pengaruh di kampus gue"
"Terus kenapa?"
"Gue bisa mampus kalo ketahuan"
"Ya lo tinggal hilangin jejak kayak biasanya. Kalo gak bisa Lo bisa minta tolong ke gue"
"Tapi gue tetep gak mau ambil resiko. Jadi tolong lepasin cewek itu"
"Lo kenapa sih bersikeras pengen ngelepas cewek ini? Emang siapa seseorang yang punya pengaruh yang lo maksud?"
Seseorang dengan identitas anonim tersebut menghela nafas, "Dia mantan Ketua BEM. Walaupun udah lepas jabatan, dia tetap menjadi orang yang berpengaruh "
"Ya udah, terserah lo. Terus ni cewek harus kita apain?"
"Taruh luar, terserah lo mau taruh dimana"
Salah seorang lagi, yang mendapat titah untuk melepaskanku hanya balas mengangguk pasrah. Dia menggendongku yang setengah sadar ke atas punggung besarnya. Langkah kakinya nampak membawaku keluar dari sebuah ruangan. Keluar ruangan, sedikit ku bisa merasakan guyuran hujan deras yang langsung menyentuh pori-pori kulitku. Aku tak tahu akan dibawa kemana. Yang jelas tiba di satu titik, seseorang yang menggendongku menurunkanku disana, di tengah hujan lebat, di tengah gemuruh petir, di tengah kesunyian malam.
Aku masih belum sadar sepenuhnya. Semua masih terasa samar dan gelap. Percakapan antara dua orang yang tak kukenal identitasnya itu juga terdengar samar, meskipun beberapa ada yang melekat dalam memori. Yang bisa kurasakan saat ini semata-mata badanku yang menggigil oleh dingin yang menyeruak juga kepalaku yang sedikit pusing, mungkin efek samping yang ditimbulkan dari jenis obat yang disumpal ke dalam mulutku saat ku disekap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memeluk Bintang Jatuh
Genç KurguYang hampa biar terbang, yang bernas biar tinggal Yang tidak berguna biarlah hilang, tetapi yang baik biarlah tinggal Dan di sini, aku sebagai yang "tidak berguna" Namun katanya, "yang baik biarlah tinggal" Maka aku tinggalkan perasaanku untuk dijag...