[7] Eliza Quinn: Masa lalu

171 13 2
                                    

Seharusnya bab ini di up pas hari minggu kemaren AHAHAHA

enjoy :*

***

Kami kembali berkuda menuju kota tadi. Niki ternyata menyimpan kuda di peternakan yang aku lihat di sisi kanan aula kedua. Setelah dia mengangkat painya, dia kembali dengan mengganti apron dengan jubah cokelat sebetis yang pas dengan tubuhnya. Namun bau pai masih melekat di tubuhnya.

Awalnya aku pikir itu adalah bangunan umum untuk acara-acara besar, tetapi Niki menjelaskan kalau dia yang membangun bangunan itu sendiri dan itu rumah pribadinya, bukan gedung serba guna. Aku tidak merasa bersalah setelah semua yang telah aku lihat di bawah sana.

Saat masih di depan pintu masuk, Technoblade melepas jubah merahnya sebelum menaiki kuda. Dia memakai kaos putih yang tidak terlalu tipis di dalamnya. Aku sedikit bersyukur, karena aku merasa kesan seram dari dalam dirinya sedikit berkurang saat dia melepaskan jubah itu.

Dia mengontrol tali kuda dengan satu tangan, yang satunya ia gunakan untuk menggenggam busur silang. Ya awalnya dia mengikatnya di punggung, tetapi Niki memberinya ratusan anak panah baru jadi dia menggantikan tempat itu untuk kantong anak panah.

Kami melewati jalur berupa papan kayu selebar tiga atau empat meter yang sepertinya jalan utama di sini. Kota ini benar-benar kota mati. Aku melihat lobang besar berdiameter kira-kira seratus meter di pusat kota. Saluran air menyemprot di dalam sana, sisa-sisa r3runtuhan bangunan masih bisa aku lihat. Lobang itu terlihat seperti bekas meteor jauh, aku tidak terlalu yakin tetapi samar-samar melihat bedrock di dasarnya. Ya, itu bekas meteor.

Beberapa rumah di sekitarnya juga hancur. Hanya tersisa bangunan-bangunan tua yang mungkin sudah lama tidak diurus. Aku tidak akan bertanya kenapa karena aku tahu Technoblade hanya akan menjawab "Entahlah." atau "Aku tidak tahu." atau yang paling panjang "Entahlah. Aku tidak tahu.".

Kepalaku mulai memutar ulang kenangan dulu, saat kejadian dua belas tahun lalu. Keadaan desaku hampir sama dengan pemandanganan ini, tetapi masih banyak gedung-gedung tinggi yang masih berdiri. Sedangkan desaku, semuanya rata dengan tanah. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali, bukan saatnya mengingat masa lalu.

Niki memimpin di depan kami. Oh, lihat dia. Jubah cokelat itu terikat indah di bahunya, berkibar seirama dengan angin yang menabraknya sedangkan dia mengendarai seekor kuda. Rambutnya berterbangan dengan anggun, dia hampir selihai Technoblade dalam mengendarai seekor kuda. Oke mungkin aku harus berhenti mengagumi wanita itu.

Setelah melewati lobang aneh itu, aku mendengar suara deburan ombak yang sepertinya sudah tidak terlalu jauh. Kami keluar jalur kayunya, menjauhi jalan utama. Niki memelankan laju kudanya saat kami melewati sebuah bangunan besar dengan dinding hitam pekat. Aku tidak tahu apa namanya, tapi batu bahan dasar dinding itu terlihat begitu keras.

Bibir pantai sudah terlihat. Niki berhenti di depan sebuah dermaga, sebuah kapal besar berada di ujungnya.

Aku menuruni hewan itu dengan hati-hati. Technoblade ikut turun dan langsung membereskan bawaan yang masih ada di kantong pelana kudanya.

Perhatianku langsung teralihkan dengan bangunan besar persis di samping pantai. Bangunan yang sangat lebar dengan bentuk persegi. Aku mengerti saat Niki menyinggung soal penjara di dekat pantai setelah melihat menara jaga berdiri di setiap sudut bangunan itu.

 Aku mengerti saat Niki menyinggung soal penjara di dekat pantai setelah melihat menara jaga berdiri di setiap sudut bangunan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Snow Lantern: The Heart of The Sea (DreamSMP Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang