[25] Eliza Quinn: Oh, Aku Akan Mati

17 8 0
                                    

"A-apa ini buruk?" tanyaku ragu.

"Dayung lebih cepat."

Aku mendengarnya. Aku, dan aku tahu dia melakukan hal yang sama, mendayung perahu ini lebih cepat ke tujuan.

"Lebih ke Barat." kata Skeppy.

Aku mengubah posisi dayung ke kiri. Oke, ini sedikit melelahkan sekarang.

Aku tidak berhenti. Skeppy juga begitu, tapi anehnya aku tidak mendengar ramai dari belakang, yang berarti Truamor belum sampai ke sini. Bahkan mereka sudah tidak terlihat. Apa mereka yang berjalan terlalu lambat atau kami yang mendayung terlalu cepat?

"Elena..."

"Namaku Eliza!"

"Dayungku bergesekkan dengan karang!"

Aku kembali melongok ke bawah. Dia... dia benar lagi, aku bisa saja turun dan berjalan ke pantai tanpa tenggelam sekarang.

Ini benar-benar bukan pertanda buruk iya kan?

Tiba-tiba, bayangan gelap seakan berjalan naik dari ujung perahu, mendekati tubuhku. Aku mendongak, awan hitam bergulung-gulung di atas sana, menyapu bersih langit biru yang cerah. Digantikan dengan warna kelabu dan samar-samar guntur.

"Skeppy?" suaraku yang bergetar memanggilnya.

"Ya. Ini buruk. Tetap mendayung."

"Kita berjalan saja untuk sampai ke-"

"Tetap mendayung." suaranya terdengar serius.

Aku ingin protes. Namun, sialnya titah itu masuk akal.

Aku bahkan tidak bisa melihat dasarnya lagi, karena langit yang terlampau gelap. Aku menghirup napas panjang, lalu mengeluarkannya perlahan. Mencoba untuk tetap tenang walaupun hasilnya nihil.

Ini pertama kalinya aku naik perahu lusuh di tengah-tengah langit mendung bergemuruh guntur. Kalau boleh jujur ini pertama kalinya aku naik perahu.

Angin mulai bertiup memutari tubuhku. Rambutku berterbangan, menabrak wajah dan leherku dengan bebas. Lama-kelamaan angin itu tidak tahu diri. Bukan rambutku lagi yang terbawa, tetapi sekarang aku kesulitan menahan tubuhku sendiri agar tidak ikut tertiup olehnya.

Gelombang sedang menabrak perahu ini, membuatnya hampir terbalik. Gelombang itu datang lagi, lagi dan lagi.

"Skep-"

"Pegangan!"

Tanganku meremas pinggir perahu, mempertaruhkan seluruh hidupku padanya. Ombak yang datang lambat laun meninggi. Hatiku tidak berhenti menebak-nebak kapan aku dan Skeppy akan terjun ke dalam laut.

Wajahku basah sebagian. Aku tidak yakin air laut penyebabnya karena ombak ini terasa semakin brutal, atau sudah mulai turun hujan. Satu yang aku yakini, aku akan mati di sini. Bersama orang asing beralis seksi yang tidak bisa diam.

Lidahku kelu saat melihat pemandangan di depan. Ombak besar berlarian kencang menuju arah kami. Seakan ingin memberikan pelukan selamat datang, pelukan yang tidak akan pernah aku lupakan sebagai turis.

Aku mengumpulkan keberanian untuk berbicara. "Skeppy, ombak."

Aku memikirkan banyak kata-kata bagus, tetapi hanya itu yang keluar.

"Tahan napasmu!"

Ombak merah pekat itu mendekat, berdiri gagah di depan perahu kami, membuat bayangannya menutupi seluruh tubuhku yang tidak berhenti bergetar takut.

Aku tidak punya pilihan lain selain mengikuti kata-kata Skeppy, lagi. Kelopak mata ini tertutup erat-erat, menolak untuk menyaksikan apa yang selanjutnya terjadi.

Bersambung

Diah

Snow Lantern: The Heart of The Sea (DreamSMP Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang