[34] Eliza Quinn: Techno dapat Kencan, Aku malah jadi Tawanan

30 6 2
                                    

Aku berusaha memasang wajah tersiksa. Skeppy tidak bisa diam, walaupun ini hanya sandiwara, sampai Technoblade melempar tubuh kami yang terikat ke atas pasir di depan orang-orang desa itu.

"Aku menangkap berandal ini yang berusaha kabur dari pohon kelapa kalian!" seru Technoblade percaya diri.

Suasana jadi sunyi, orang-orang terdiam. Mereka jelas tidak mengerti bahasa yang digunakan Technoblade.

Aku pernah belajar bahasa mereka, yang kuno dan aksara yang juga sulit dihapalkan. Aku bisa membantu Technoblade untuk menyampaikan pesannya, tapi tidak banyak yang bisa aku lakukan. Technoblade bilang dia tidak akan mengikat kami terlalu kencang karena ini bagian dari rencana, tapi tetap saja aliran darahku seperti tersumbat.

"Panggil kepala desa kalian, aku ingin meminta maaf karena sudah membiarkan dua babi ini membunuh para penjaga pohon kelapa!" lanjutnya dengan tidak tahu diri.

Mereka masih diam. Skeppy tertawa, aku menendang lututnya tetapi karena ikatan ini aku malah mengenai selangkangannya. Dia meringis pilu.

"Ada apa ini?"

Suara perempuan memasuki telingaku, dia berbicara dalam bahasa Technoblade. Aku mendongak, berusaha mencari asalnya.

Napasku tercekat saat melihat seorang wanita tinggi dengan kulit secokelat buah pinus segar, rambutnya hitam lurus berkilauan, tergerai bebas sampai menyentuh pinggangnya yang ramping. Dia memakai gaun tanpa lengan berwarna kuning keemasan. Rok gaun itu terbelah sampai ke pahanya, sedangkan belahan bajunya mengerucut terlampau rendah sampai dadanya sedikit terlihat.

Tiara yang terbuat dari kerang warna-warni menghiasi kepalanya. Matanya berganti-ganti warna saat terkena sinar matahari, tajam menatap Technoblade.

"Siapa kau?" tanya babi itu, aku yakin kalau Skeppy yang berbicara suaranya akan mulai bergetar melihat perempuan ini.

"Aku Ratu Evandra." Jawabnya. "Apa yang membawamu ke mari, babi muda? Dan kenapa mereka ada di hadapanku?" tanyanya. Suaranya benar-benar lembut sekaligus tegas, aku kehabisan kata-kata untuk menggambarkan anggunnya wanita ini.

"Ah, Yang Mulia." Aku bisa merasakan Technoblade berlutut di tempatnya. "Dua tahananmu ini berusaha kabur dan dengan keji menghabisi nyawa para penjagamu yang tidak bersalah. Aku berhasil menangkap mereka, tetapi atas nama jiwaku yang hina ini aku meminta maaf karena tidak bisa menghentikan mereka menjalankan aksi tidak terpuji itu."

Walaupun kata-katanya begitu manis, tapi aku masih bisa mendengar nada angkuh dari caranya berbicara. Oh, mulutnya semanis madu, tangannya sekasar paron tempaan.

Evandra terdiam sebentar lalu menatap ke bawah, memperhatikan aku dan Skeppy. Matanya, sekali lagi berubah menjadi ungu dan kadang biru, itu indah.

Tak lama, dia kembali menatap Technoblade lantas tersenyum hangat. Sama sekali tidak ada kerutan di samping bibir dan matanya.

"Terima kasih, atas bantuanmu..."

"Ah, nama hamba Technoblade, Yang Mulia."

"Terima kasih banyak Technoblade. Ini adalah perilaku kepahlawanan yang aku saksikan. Mereka mencoba menggali Sang Api Unggun untuk mendapat harta peninggalan nenek moyang kami." Jelas Evandra.

"Itu perbuatan yang memalukan, Yang Mulia." Balas Technoblade, aku memutar bola mataku.

"Karena kebaikan dan kemurahan hatimu, aku ingin menghadiahkan engkau, Babi Muda Technoblade untuk bisa menghadiri makan malam denganku. Aku sangat mengharapkan kedatanganmu di rumahku malam ini, aku bersikeras." Kata Evandra, tanpa ada rasa curiga sedikitpun.

Para warga bersorak dan bertepuk tangan terhadap Technoblade. Aku bisa mendengar bisikan-bisikan samar di kepalanya, mungkin tidak terlalu jelas tetapi aku tahu mereka mencoba mengubah suasana hati Technoblade untuk segera berkata jujur dan merusak seluruh rangkaian rencana.

"Dan, untuk mereka berdua yang telah melakukan pelanggaran yang memalukan, aku ingin ada upacara eksekusi besok, tolong siapkan algojonya dari sekarang."

Mataku membulat, bertatap-tatapan dengan Skeppy yang juga menunjukkan ekspresi terkejut. Tanpa sadar, aku menggigit kain yang mengikat mulutku. Menoleh ke belakang, meneguk ludah karena Technoblade tetap berdiam diri di tempatnya sampai beberapa penjaga yang berpenampilan sama dengan yang menjagaku datang dan kembali membawaku, menjauh dari kerumunan itu.

Aku yakin mereka akan membawaku kembali ke pohon itu, tapi entahlah, pikiran mereka mungkin berubah saat Technoblade mengatakan bahwa kami lah yang berusaha untuk membunuh para penjaga.

Sebelum berbalik, aku dapat melihat Technoblade yang akhirnya berdiri di hadapan Evandra. Perempuan itu tersenyum lembut saat Technoblade mencium punggung tangannya. Aku masih bisa melihat bercak merah samar di jemarinya bekas pembantaian tadi, sungguh, dia babi berdarah dingin.

Bersambung...

-Diah

Snow Lantern: The Heart of The Sea (DreamSMP Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang