[38] Eliza Quinn: Kembali Pulang

13 2 0
                                    

Eliza Quinn

Aku bersumpah semua terjadi begitu cepat. Niki menjelaskan bagaimana cara ia memprediksi cuaca hanya dengan mengulurkan tangan ke luar kapal, merasakan kelembabannya katanya. Sisanya kau harus yakin kau bisa mengendalikan cuaca.

Lalu, Technoblade kembali gaduh dengan drama lain. Dengar, aku sudah mulai terbiasa dengannya yang senang pamer masalah di depan orang-orang, ingin dilihat. Dan sekarang, dia membawa- lebih seperti menyeret Tommy ke hadapan kapten kami Puffy. Mengatakan kalau dialah yang sudah meracuni Philza.

"Itu tidak mungkin."

Aku menoleh, Niki menatap ke atas dek utama dengan sendu. Dahiku berkerut, mungkin saja. Tommy memang terlihat seperti bocah polos yang tidak akan punya nyali untuk meracuni orang lain.

"Mungkin."

Niki menggeleng, masih memperhatikan Technoblade. Seakan ingin menarik babi itu dan mengeluarkan segala belaan untuk Tommy.

Selanjutnya, salah satu anak kapal Puffy membawanya kembali ke lambung kapal. Menyisakan Technoblade dan Puffy yang berbicara empat mata, tidak ingin didengar orang lain.

Aku sedikit tergoda untuk menanyakan bagaimana Technoblade bisa menjatuhkan vonis kepada Tommy. Namun, aku lebih memilih untuk mendengar Niki memberikan tips-tips lain tentang meramal cuaca. Tapi sepertinya aku dan Niki sudah tidak berada dalam satu perahu lagi.

Aku harus meminum ramuan biru lagi karena tampaknya hasil dari rapat dadakan Technoblade dan Puffy barusan adalah mempercepat laju kapal. Niki sudah ikut dalam perbincangan yang kelihatan serius itu di depan kemudi kapal.

Entah bagai mana, tau aku berhasil menahan diriku untuk tidak muntah sampai kapal kembali ke pelabuhan kota hancur kemarin.

Langit di pelabuhan tidak banyak berbeda dengan saat kami diserang Iris, gelap. Technoblade tidak basa-basi lagi, langsung mengeluarkan kudanya dari lambung kapal, diikuti Niki. Dia melirik ke arahku saat berada di dok pelabuhan, aku langsung mengerti. Aku melompat keluar kapal, menaiki Carl yang keadaannya terlihat lebih fit daripada aku.

Tru Amor masih sibuk sana-sini. Namun, sang kapten berpamitan kepada navigatornya yang sekarang sudah tidak terlalu mabuk- wajahnya serius, lalu ikut duduk bersama di atas kuda Niki. Sedangkan di paling belakang, aku melihat Skeppy yang sepertinya akan ikut rombongan kami. Kudanya cokelat mengkilap, tapi aku melihat sebuah tali kapal terlilit di perutnya. Awalnya aku pikir dia menahan muntah juga, tapi ternyata tali itu juga melilit Tommy yang duduk di belakangnya.

Lobang besar di tengah L'manburg tidak lagi membuatku mual, situasi ini yang membuatku kembali ingin muntah. Angin mendung mengibas rambutku, semakin kencang karena Technoblade membawa Carl tidak sabaran.

Perjalanan terasa begitu cepat, setelah masuk-keluar portal, kami tidak bertemu ghast lagi di sana, kuda-kuda ini sudah menginjak tanah bersalju menuju asap membumbung tinggi yang berasal dari rumah si burung yang sedang sekarat.

Rahangku mengeras saat Carl sudah memasuki pagar kayu area rumahnya, aku bisa melihat dua orang berdiri di depan tangga halaman rumah Techno dan Philza. Semakin dekat, aku melihat dua pria yang salah satunya aku kenal, si Big Q. Melihat luka itu secara langsung setelah mendengar dari mana dia memperolehnya membuatku pening.

Suasana berubah lebih dingin dari salju di bawah alas kakiku. Kami berenam berhenti di depan dua pria yang sedang tersenyum itu, seakan menyambut kedatangan kami. Kami turun dari masing-masing kuda, sampai aku menyadari kalau pria yang satu lagi adalah si pria kukis, yang tampak lebih kacau dari terakhir aku melihatnya.

Aku melirik Skeppy dan Tommy, lalu pintu rumah Philza, kemudian Technoblade, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Perjalanan jauh, huh?" kata si pria kukis, yang aku lupa siapa namanya padahal Niki memberitahuku kemarin.

"Wilbur, kami perlu ke dalam." Technoblade membalasnya, dengan kata-kata ramah tetapi nada yang mengancam.

"Oh," Wilbur maju. "Kau... tidak berubah, saudaraku."

Dia menepuk pundak babi itu beberapa kali, senyum tidak terhapus dari wajahnya yang kusam. Technoblade tidak menggubris, aku tahu dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk menyerang, Wilbur sudah berada dalam perangkap di kepalanya.

"Selamat ulang tahun."

Perkelahian tidak dapat dihindari. Saat Wilbur mengeluarkan pedangnya dan mencoba menghunus yang berulang tahun, Technoblade lebih cepat menghindar dan menyerang balik dengan kapaknya.

Puffy dan Niki ikut maju, menyerang Quackity dari sudut yang berbeda sedangkan Tommy sudah mulai berontak lagi. Aku membaca cepat situasi, berlari ke tangga dan berteriak kepada Technoblade dari atas titian yang menghubungkan kedua rumah itu.

Walaupun berada di tengah pertarungan, dengan lawan yang kau lihat-lihat bukanlah orang biasa, Technoblade berhasil menoleh ke arahku sedang terus menangkis dan melawan Wilbur. Dia mengangguk singkat, mendorong Wilbur lantas mengunci pergerakannya di tanah, tangannya merogoh kantong lalu melemparkan sesuatu ke arahku.

Aku menangkapnya, sebuah kalung dengan bandul berwarna biru mempesona. Sesaat setelahnya, Wilbur terlihat kesal dan memutar balik keadaan. Namun aku tidak boleh peduli akan itu sekarang, aku harus menyelamatkan Philza.

Bersambung

Double update?? Bilang thanks dong karna saya masih ingat fanfic ini :*

-Diah

Snow Lantern: The Heart of The Sea (DreamSMP Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang