Prolog

3.2K 103 12
                                    

Tatapan nanar di berikan seorang gadis yang memakai kain yang menutupi kepalanya dengan sempurna, menatap laki-laki yang pernah mengisi dan masih mengisi setengah ruang hatinya.

Laki-laki tersebut tertunduk dalam merasa bersalah "Maaf"

Kata tersebut yang dapat di ucap oleh laki-laki tersebut melihat tatapan nanar yang berisi kekecewaan di mata perempuan yang amat mencintainya itu.

"Kenapa baru sekarang?" tanya perempuan tersebut membuat laki-laki tersebut kembali mengangkat wajahnya.

"Kenapa baru sekarang Abi datang temui Zahra?" ucap perempuan tersebut lagi yang di ketahui ialah Zahra.

"Maaf" ucap laki-laki yang di panggil dengan Abi oleh Zahra kembali tertunduk.

"Maaf untuk kesalahan yang mana? Abiyal" ucap Zahra membuat Abiyal menatap Zahra lagi.

"Kebohongan, penipuan, atau ..." Zahra mengantungkan ucapannya "Perselingkuhan?" lanjut Zahra membuat Abiyal menunduk dalam.

Zahra mengadahkan kepalanya menatap langit, menahan air matanya yang hendak menetes membasahi pipinya.

Zahra kembali menunduk dengan tangan yang mengusap hidungnya mencoba menetralkan kembali raut wajahnya.

"Hah ..." helaan napas di hela oleh Zahra dengan manik mata yang kembali menatap Abiyal.

Manik mata keduanya saling tatap, saat ini Zahra ingin sekali menyerang Abiyal dengan rentetan pertanyaan maupun umpatan, namun ia tahan.

"Zahra ..." panggil Abiyal dengan nada suara yang rendah.

Zahra menggelengkan kepalanya masih dengan menatap Abiyal.

"Sekali lagi aja, abi mohon" pintanya membuat Zahra menyipitkan matanya menatap Abiyal tak mengerti apa lagi yang di inginkan laki-laki itu darinya.

"Abi akan memperbaiki semuanya, apapun yang telah abi hancurkan abi akan perbaiki semuanya seperti semula" ujarnya.

"Abi akan memperbaiki semuanya seperti semula? Apa yang telah Abi hancurkan, Abi akan memperbaikinya, benar?" tanya Zahra membuat Abiyal mengangguk cepat.

"Lalu bagaimana jika apa yang Abi hancurkan sendiri sudah tidak berbentuk dan mustahil untuk di perbaiki?" sambung Zahra membuat Abiyal terdiam.

Setelah ucapan Zahra tersebut, keduanya terdiam tak ada lagi yang membuka suara.

"Hati Zahra sudah hancur Abiyal, kamu menghancurkannya tanpa sisa" ucap Zahra.

"Abi akan memperbaikinya, tolong beri Abi hati Zahra untuk sekali lagi saja" mohon Abiyal lagi.

Zahra mengalihkan pandangannya ke arah lain, mulai kesal namun tak bisa ia pungkiri jika hatinya masih setengah milik Abiyal.

"Bagaimana Zahra bisa memberi hati Zahra sementara Zahra sendiri tidak memilikinya lagi, Abiyal"

"Tolong berhenti menganggu hidup Zahra" ucap Zahra hendak berbalik badan namun tangannya di tahan oleh Abiyal membuat Zahra kembali menatap Abiyal.

"Bunda ..." panggil seorang anak kecil membuat Zahra mengalihkan pandangannya begitu pula Abiyal mengikuti kemana arah pandang mata Zahra.

Seorang anak laki-laki berjalan menghampiri Zahra membuat Zahra langsung menepis tangan Abiyal yang memegang tangannya dan langsung berlutut di hadapan anak laki-laki tersebut.

"Zafran" panggil Zahra mengusap pipi anak laki-laki tersebut.

"Bunda" ucap anak laki-laki yang merupakan Zafran.

"Bunda?" ucap Abiyal membuat Zahra kembali menatap Abiyal.

Tangan Zafran beralih memegang jari telunjuk Zahra membuat Zahra tersenyum menatap Zafran setelah itu ia kembali bangkit dari posisinya menatap Abiyal.

"Siapa anak laki-laki ini?" tanya Abiyal menatap Zahra serius.

"Putra Zahra" ucap Zahra mantap menatap Abiyal.

"Kamu pikir Abi bakal percaya?" ucap Abiyal tersenyum smirk.

"Terserah kamu, ingin percaya atau tidak" ucap Zahra menganggukkan kepalanya.

"Tolong berhenti untuk menganggu hidup Zahra" lanjut Zahra dan hendak pergi namun tangannya kembali di cekal.

"Zahra ..." panggilan tersebut bukan keluar dari mulut Abiyal melainkan seorang laki-laki dengan stelan kantoran menghampiri mereka.

Abiyal menatap sinis laki-laki tersebut sedang Zahra langsung menepis kembali tangannya yang di pegang oleh Abiyal.

"Papa" ucap Zafran menatap laki-laki tersebut yang

"Iya sayang" sahut laki-laki tersebut mengambil alih Zafran untuk ia gendong.

"Kak Zidan" ucap Zahra kecil.

"Sudah ketemu apa yang Bunda cari?" tanya laki-laki yang tak lain ialah Zidan.

Zahra berkedip berkali-kali tak mengerti dengan pertanyaan yang di ajukan oleh Zidan terhadapnya dan dengan panggilan Bunda yang di ucapkan oleh Zidan.

"Kalau sudah ketemu ayo kita pulang, Mas sebentar lagi jam istirahatnya selesai" ucap Zidan melirik arloji di tangannya lalu beralih menatap Zahra dan melirik ke arah Abiyal yang sudah berdiri mematung.

"Siapa?" tanya Zidan menatap Abiyal beralih ke arah Zahra.

Zahra beralih menatap Abiyal yang juga menatapnya lalu menatap kembali Zidan.

"Temen" ucap Zahra menatap Zidan "Temen waktu SMA dulu"

"Ouh iya?" Zidan tersenyum sumringah lalu mengulurkan tangannya ke arah Abiyal yang tak langsung di sambut oleh Abiyal, tetapi Abiyal menatap lama tangan Zidan dengan raut wajah tak suka namun setelah itu ia mengulurkan tangannya menyambut tangan Zidan.

"Abiyal" ucapnya.

"Zidan, suami Zahra" balas Zidan membuat Zahra langsung menatap Zidan kaget sedang Abiyal menatap ke arah Zahra.

Zidan beralih menatap Zahra yang masih menatap dirinya dengan raut wajah terkejut, sedang Zidan membalas tatapan Zahra dengan senyuman hangat.

"Sudah ketemu apa yang di cari, Bunda?" tanya Zidan lagi.

Perlahan kepala Zahra mengangguk membuat senyuman di wajah Zidan kembali mengembang.

"Yasudah, kita balik sekarang ya?" Zidan masih menatap Zahra lalu beralih menatap ke arah Abiyal "Kami duluan Mas Abiyal" ucap Zidan lalu mengambil paper bag yang di pegang oleh Zahra.

"Ayo" ajak Zidan membuat Zahra melangkah mengikuti Zidan dan meninggalkan Abiyal sendiri di pusat perbelanjaan tersebut.

****

LUKA atau OBAT ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang