35.

526 37 3
                                    

Yusuf mengusap punggung tubuh Zidan dan menepuknya dengan perlahan seperti memberi dukungan padanya.

"Dia begitu kuat selama ini," ucap Yusuf sembari terisak membuat pelupuk mata Zidan penuh kembali dengan air mata.

"Begitu pula hari ini, dia tetap kuat," lirih Yusuf.

Mendengar ucapan Yusuf membuat Zidan perlahan melepas pelukannya dan menatap Yusuf dengan air mata yang kembali menetes.

Zidan melirik gelang tersebut lagi lalu kembali menatap Yusuf dan Yusuf menggelengkan kepalanya membuat Zidan menautkan alisnya bingung.

"Dia sedang berjuang di dalam sana," ungkap Yusuf membuat Zidan mengadahkan kepalanya

"Argh ...," erangnya bersyukur atas ucapan Yusuf.

Perlahan ia pun mulai melangkah menuju pintu yang di tunjuk oleh Yusuf membuat Yusuf mengikuti langkah Zidan.

Zidan menghentikan langkahnya tepat di depan pintu ruang operasi yang terlihat Zahra dengan alat medis di tubuhnya. Bulir bening pun kembali mengalir dari mata Zidan. Tangannya menyentuh pintu kaca utama ruang operasi, seakan ia menyetuh langsung wajah sang istri.

Senyuman di perlihatkan olehnya saat manik mata indah yang amat ia sukai itu terbuka dan menatap ke arahnya dengan sayup hingga staf medis mendorong brangkar tersebut ke dalam ruang operasi.

Zidan membenturkan kepalanya pada pintu kaca tersebut dengan mata yang terpejam namun tak henti mengeluarkan air mata.

Yusuf menyentuh pundak Zidan membuat Zidan berbalik dan menatap Abang Iparnya. Tangan Yusuf pun mengambil tangan Zidan lalu meletakkan sebuah gelang mulia berlian di atas telapak tangan Zidan.

Senyuman terdapat di wajah Zidan menatap gelang tersebut, kini air mata tak lagi mengalir dari Zidan hanya tersisa wajah yang sembab dan mata yang membengkak.

"Abang tau," ucap Zidan, "Saat Zidan memakaikan gelang ini di tangannya secantik apa senyuman itu tercetak jelas di wajahnya?"  ujar Zidan masih dengan menatap gelang tersebut membuat Yusuf ikut menatap gelang tersebut.

"Senyuman yang ia perlihatkan saat itu cukup indah," tutur Zidan.

"Abang tau apa yang dia katakan usai dia tersenyum?" tanya Zidan dengan tatapan yang hampir tak lepas dari gelang di tangannya.

"Jika Zahra tidak mengandung Abang pasti tidak akan memberikan Zahra ini 'kan?" ucapnya begitu.

"Namun Zidan bilang, tidak sayang jika sayang tidak hamil pun Abang akan tetap memakaikan ini pada tangan ini," tutur Zidan.

"Lalu dia bilang, bernarkah?" ucap Zidan mulai menatap Yusuf, "Tentu saja, ucap Zidan padanya. Bahkan jika Zahra meminta bulan, Abang pun akan memberikannya untuk Zahra," lanjut Zidan berucap membuat Yusuf memejamkan matanya mengingat ucapan Zidan tersebut.

"Lalu Abang tau apa yang dia bilang?" tanya Zidan membuat Yusuf mengangkat kedua alisnya tanya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Dia bilang, tidak perlu meniru ucapan Abi Zahra Abang. Abang bisa memakai kata-kata lain, kenapa tidak kreatif sama sekali, dia bilang begitu," kekeh Zidan membuat Yusuf ikut tersenyum dengan air mata yang berlinang.

"Permisi Pak," ucap seorang perempuan membuat Yusuf berbalik dan menatap seorang perawat perempuan yang menghampiri mereka dengan sebuah kertas..

"Maaf Pak, pasien belum dapat kami operasi karena belum ada persetujuan dari pihak keluarga terhadap apa yang akan kami tangani, pertujuan atas janin yang dengan terpaksa harus di angkat," ucap perawat tersebut.

Deg

Bak disambar petir di siang hari, Zidan merasa jantungnya seperti kembali berhenti berdetak dan ia pun luruh jatuh kelantai terduduk.

LUKA atau OBAT ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang