Umi berjalan dengan Syifa yang memegangnya untuk membantu Umi yang tak kuasa berjalan menuju kamar Zahra.
Terlihat Zahra yang masih dengan posisi terduduk di atas kasur tanpa beralih menatap ke arah mereka yang baru saja tiba.
Umi menatap kaki Zahra yang memerah akibat terbakar dan juga terdapat beberapa sisi yang terdapat obat karna kakinya terkena pecahan kaca.
Umi mengatupkan mulutnya menahan agar tidak kembali menangis melihat kondisi putrinya dengan pandangan yang kosong.
"Zahra ...," panggil Umi lembut dan berlutut di hadapan Zahra hendak menatap wajah sang putri.
Zahra yang melihat Umi berlutut di hadapannya langsung menarik Umi untuk duduk di sebelahnya dan memperlihatkan senyuman di wajahnya menatap Umi yang malah semakin membuat hati Umi teriris lagi mendapati fakta bahwa sang putri masih dengan sifatnya yang akan terus menyembunyikan lukanya dari siapa pun.
Sejak kecil Zahra selalu menyembunyikan apa yang membuat dirinya sakit. Zahra tak pernah mengeluh sedikit pun untuk apa yang selama ini terjadi dalam hidupnya, ia terus menjalani hidupnya tanpa mengeluh pada Umi dan Abinya.
"Zahra tidak apa-apa kok Umi, ini tidak sesakit saat Abi pergi meninggalkan Zahra," ucapnya dengan matanya yang berkaca-kaca membuat tangis Umi pecah dan langsung memeluk sang putri.
Syifa yang melihatnya pun kembali meneteskan air mata sedang Arkan yang di ambang pintu kamar menundukkan kepalanya menatap lantai rumah, sementara Zidan terus menatap Zahra yang menangis dalam pelukan Umi tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun ke arah lain.
Rahang Zidan menggeras. Hatinya ikut teriris sakit melihat Zahra yang terisak menangis memeluk Umi. Ntahlah ia tak suka melihat air mata keluar dari kelopak mata perempuan yang mengisi relung hatinya sekarang ini.
Tanpa ia sadari putranya melepas genggaman tangannya dan masuk ke dalam kamar Zahra mendekat ke arah Zahra.
Zafran menyentuh sekitaran kaki Zahra yang terdapat luka karena serpihan beling.
Zahra yang merasakan seseorang menyentuh kakinya melepas pelukan Umi dan secara perlahan menatap Zafran.
Perlahan senyuman terbit dari wajah Zahra saat menatap wajah Zafran yang menatapnya dengan mata yang besar dan berbinar. Wajah lucu Zafran membuat hati Zahra sedikit tenang. Ia langsung mengusap pipinya yang basah dan mengulurkan tangannya menyentuh tangan Zafran.
"Mau kemana, sudah rapi dan ganteng seperti ini," ujar Zahra tersenyum.
"Buna," satu kata yang keluar dari mulut Zafran dan sukses membuat Zahra tertawa dengan air mata dan langsung memeluk Zafran.
Ntah mengapa, saat melihat Zafran dirinya langsung merasa tenang dan jika memeluk Zafran ia merasa sangat damai.
Zahra memejamkan matanya memeluk Zafran dengan erat dan mencium kepala Zafran berkali-kali.
Umi yang melihat Zahra dan Zafran sedekat itu beralih menatap Zidan yang masih menatap Zahra tak henti.
Syifa dan Arkan pun saling menatap setelah menatap Zahra dan Zafran, Umi yang menatap Zidan dan Zidan yang menatap Zahra tak henti. Kini Arkan dan Syifa saling menatap dan seperti bertelepati.
Zahra melepas pelukannya pada Zafran lalu menatap satu persatu orang yang sedari tadi memperhatikannya, dan terakhir pandangannya jatuh menatap manik mata Zidan.
Zidan beralih menatap Arkan yang menatap dirinya, "Arkan, ada yang perlu di omongin" ucap Zidan berlengang pergi yang langsung di ikuti oleh Arkan setelah memberikan putranya pada Syifa.
Keduanya sekarang berada di dalam mobil dan menatap lurus ke depan.
"Gue mau nelfon Bunda, mau Bunda datang ke sini sama Ayah sekarang" ucap Zidan tiba-tiba membuat Arkan menatap Zidan kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA atau OBAT ?
RomanceZahra Al-Malik, perempuan yang sudah hampir tidak mempercayai lagi laki-laki selain Almarhum Abi dan saudari laki-lakinya, dan mungkin bahkan sekarang ia tidak akan pernah percaya akan ucapan laki-laki. Pernikahannya yang hanya tinggal menghitung ja...