Zidan termenung di dalam mobilnya menatap foto Zafran yang ada di gantungan kaca mobil. Zidan tersenyum melihat senyum putra kecilnya itu tangannya pun hendak meraih foto tersebut.
Tok ..., Tok ..., Tok ...,
Ketukan di pintu kaca mobil Zidan membuat Zidan mengalihkan pandangannya menatap ke arah kanannya.
"Yaa Allah," ucap Zidan kaget ketika melihat wajah Bunda yang mencoba melihat ke dalam mobilnya karena kaca mobilnya berwarna hitam.
Zidan mengusap dadanya lalu membuka pintu mobilnya dan keluar dari mobil.
Bunda langsung memengang kedua lengan Zidan dengan raut wajah yang menggebu-gebu ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, mengapa tiba-tiba Zidan ingin langsung menikah dengan Zahra.
"Gimana-gimana, maksudnya ini gimana? Kamu kok tiba-tiba udah mau nikah aja? Calonnya Zahra gimana?" ujar Bunda menggebu-gebu membuat Zidan menautkan kedua alisnya kaget.
"Bunda, Bunda sabar kasih Zidan kesempatan buat ngomong," ujar Ayah Arkan berusaha menenangkan sang istri.
"Yaudah, sekarang jelasin detailnya," ucap Bunda menatap Zidan serius.
Zidan pun mulai menceritakan bagaimana kronologis yang terjadi sehingga pernikahan Zahra sampai di batalkan.
Setengah jam bercerita panjang lembar, akhirnya Bunda sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Hati Bunda terhenyuh mendengar apa yang baru saja menimpa Zahra. Bunda bahkan tak bisa membayangkan jika dirinya berada di posisi Zahra, ntah betapa hancurnya hati Zahra sekarang ini.
"Jadi—"
"Zidan," panggilan dari Arkan tersebut membuat Bunda tak jadi melanjutkan ucapannya dan mengalihkan pandangannya ke arah Arkan.
"Itu di tungguin di dalam sama orang rumah Zahra," ujar Arkan.
Zidan mengangguk lalu menatap Bunda dan Ayah yang mengangguk menatapnya, setelah itu ia pun mulai berjalan kembali masuk ke dalam rumah Zahra.
Sampai di dalam tepatnya di kamar Zahra yang sudah terdapat beberapa sanak saudara Zahra membuat Zidan mengangguk segan.
"Nak," panggilan Umi membuat Zidan beralih menatap Umi, lalu ia masuk dan berlutut di hadapan Umi.
"Iya Umi," sahut Zidan dengan senyum yang hangat dan tatapan mata yang teduh menatap Umi.
"Umi ingin bertanya sebelumnya," ujar Umi membuat Zidan mengangguk.
"Iya Umi, silahkan tanyakan apa yang ada di dalam pikiran Umi," ujar Zidan lembut.
"Jika Umi memberikan Zahra apa Zidan bisa menjaga dan melindunginya seperti Abinya dulu menjaga dan melindunginya, Nak?" tanya Umi membuat Zidan sedikit tertegun.
Zidan terdiam tak langsung menjawab pertanyaan dari Umi, ia memilih menatap Zahra yang duduk di sebelah Umi setelahnya ia kembali menatap Umi.
"Umi, Zidan mungkin tidak akan bisa menjaga dan melindungi Zahra sebaik Abi menjaga Zahra, tapi Zidan akan berusaha untuk terus melindungi Zahra dan menuntunnya ke arah yang lebih baik lagi Umi," ujar Zidan membuat Umi mengangguk dengan senyuman.
"Nak, permintaan Umi hanya satu," ujar Umi
"Iya Umi?" ujar Zidan dengan raut bertanya.
"Tolong, jika Zidan tidak sanggup untuk membimbingnya lagi, tolong kembalikan dia kepada Umi, di sini masih ada Umi dan Yusuf yang akan tetap menerima Zahra," ujar Umi membuat Zahra menunduk.
Zidan tersenyum mendengar penuturan Umi, "Umi, Zidan tidak akan mengembalikannya kepada Umi setelah Umi memberikannya kepada Zidan, dan atas izin Allah Zidan akan berusaha untuk terus menjaga dan membimbing dia Umi," ujar Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA atau OBAT ?
RomanceZahra Al-Malik, perempuan yang sudah hampir tidak mempercayai lagi laki-laki selain Almarhum Abi dan saudari laki-lakinya, dan mungkin bahkan sekarang ia tidak akan pernah percaya akan ucapan laki-laki. Pernikahannya yang hanya tinggal menghitung ja...