Sore sudah menjelang magrib, namun Zidan belum sampai untuk menjemput Zahra. Begitu pula Arkan yang tak kunjung datang menjemput Syifa. Keduanya sekarang ini tengah duduk di bangku depan caffe dengan tak bersemangat, sedang Zafran di bawa pergi oleh Umi ke rumah Kak Warda untuk menginap karena Kak Warda sedang kurang sehat.
Zahra yang lesu akibat pertikaiannya dan Abiyal tadi siang sementara Syifa yang lesu karena melihat sahabatnya tak bersemangat di tambah lagi dirinya harus berhadapan dengan Arkan sedang dirinya sendiri dalam mode senyap dengan Arkan, tapi Bunda malah menyuruh Arkan untuk menjemput dirinya.
"Syifa gak mau pulang," ujar Syifa dengan wajah cemberut.
"Zahra juga," sahut Zahra.
"Terus kalau gak pulang, kita kemana?" ujar Syifa menatap Zahra.
Zahra menaikkan kedua bahunya lalu mengalihkan pandangannya.
"Zahra," panggil Syifa.
"Heum ...," gumam Zahra.
"Zahra yang semangat ya, hidup ini memang keras. Ada aja masalahnya, kalau Zahra mau nangis kejer. Telpon Syifa aja, Syifa siap kok dengar keluh kesah juga tangisnya Zahra," ujar Syifa.
"Ck ..., Si paling muda malah ngomongin soal kerasnya hidup," ujar Zahra terkekeh.
"Iya loh, hidup kita bertiga sama-sama enggak mudah. Syifa juga gitu, Zahra tau sendiri 'kan bagaimana awalnya Syifa dan Mas Arkan bisa sampai menikah, ya karena perjodohan dari Abi dan Ayah, dan Syifa menikah dengan Mas Arkan tanpa dasar cinta," ucap Syifa sedang Zahra hanya menyimak.
"Setelah menikah pun cinta belum ada di hati Mas Arkan untuk Syifa, bahkan hanya ada kebencian semata. Namun seiring berjalannya waktu, karena kehendak Allah dan Mas Arkan yang terbiasa karena ada Syifa, cinta pun tumbuh di hati Mas Arkan, namun sebelum cinta itu hadir, Zahra tau 'kan gimana pernikahan Syifa di uji begitu hebatnya. Sampai pada akhirnya Alfa lahir happy end deh," tutur Syifa bercerita.
"Begitu juga dengan Farah, sekarang ini pernikahannya juga lagi di uji di tahap akhir. Sementara Zahra baru di tahap awal, tapi yakinlah semuanya akan berakhir dan Zahra dapat bertahan sampai akhir bersama Kak Zidan," ujar Syifa lalu meminum soda kaleng yang ada di tengah-tengah keduanya duduk.
"Semangat," ucap Syifa mengangkat kaleng tersebut dan mengajak Zahra untuk mengangkat botol kaleng sodanya juga.
"Semangat," sahut Zahra dengan senyuman dan mendekatkan botol kalengnya dengan botol kaleng Syifa.
"Heum ...," Syifa menghela napasnya.
"Zahra tau," ucap Syifa membuat Zahra menatap ke arah Syifa lagi, "Pada akhirnya, anak 'lah yang membuat hubungan kita dengan suami kita semakin kuat, karena itulah kenapa Farah begitu memperjuangkan anaknya dengan Pak Fatur," lanjut Syifa dengan pandangan yang lurus ke depan.
"Farah yang bilang begitu pada Syifa, dan faktanya memang begitu. Setelah Alfa lahir, Mas Arkan semakin protektif dengan Syifa semakin memperhatikan Syifa," ujar Syifa menganggukkan kepalanya.
"Dan karena anak pula hubungan kita dengan suami bisa rengang pula, dan hal itu yang kini Syifa takutkan dari Zahra," ucap Syifa menatap Zahra yang hanya diam dan mendengarkan ocehan Syifa.
"Berbicara soal darah daging, Zafran tetaplah anak kandung dari Mbak Sania, mantan istri Kak Zidan. Hal yang Syifa takutkan bukan dari Zafran melainkan ..., Zahra pasti mengerti maksud Syifa," ujar Syifa membuat Zahra tersenyum.
Tin ..., Tin ...,
Tin ..., Tin ...,
Klakson mobil bunyi beriringan, terlihat mobil Arkan dan Zidan yang datang ke caffe.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA atau OBAT ?
RomanceZahra Al-Malik, perempuan yang sudah hampir tidak mempercayai lagi laki-laki selain Almarhum Abi dan saudari laki-lakinya, dan mungkin bahkan sekarang ia tidak akan pernah percaya akan ucapan laki-laki. Pernikahannya yang hanya tinggal menghitung ja...