18.

824 41 7
                                    

Flash back on

Netra Zidan tepat menatap dalam manik mata yang kini menyipit akibat tersenyum. Laki-laki tersebut menunduk sesaat lalu kembali mengangkat wajahnya menatap Zidan.

"Well, Pak Zidan. Tidak menyangka kita akan bertemu seperti ini," ujar laki-laki tersebut.

"Benar," sahut Zidan, "Tidak menyangka jika kita akan bertemu sebagai kolega bisnis, Mas Abiyal?" lanjut Zidan.

"Benar sekali," sahut langsung Abiyal menunjuk ke arah Zidan dengan senyuman, "Saya pikir Pak Zidan lupa atau tidak mengenali saya lagi," lanjutnya.

Zidan tersenyum smirk, "Bagaimana saya bisa lupa dengan teman sekolah, ISTRI saya dulu," ucap Zidan menekan kata istri.

Abiyal kembali tersenyum mendengar tekanan nada suara Zidan, "Benar, Zahra Al-Malik," ucap Abiyal.

"Saya di sini, untuk menyampaikan pesan Pak Arkan. Beliau meminta maaf karena harus membatalkan pertemuan kita kali ini dan mengingikan kita bertemu di lain waktu. Itu saja yang dapat saya sampaikan, terimakasih," ucap Zidan langsung bangun dari duduknya.

"Zidan Al-Latif," ucap Abiyal membuat Zidan yang sudah berbalik badan dan hendak berjalan, menghentikan niatnya.

"Suami dari Zahra Al-Malik," ujar Abiyal bangun dari duduknya, "Wanita yang pernah saya cintai dan masih mengisi penuh ruang hati saya sampai saat ini," lanjut Abiyal membuat Zidan yang mendengarnya berbalik badan menatap Abiyal tajam.

"Benar faktanya, bahwa saya pun pernah mengisi seluruh ruang di hati Mbak Zahra, ISTRI anda," ucap Abiyal menatap tepat mata Zidan yang menatapnya tajam dan mulai menggepalkan tangannya.

"Bagaimana bisa, anda menikahi wanita tanpa mencoba mengenali wanita tersebut lebih dulu?" ucap Abiyal.

"Bagaimana jika hati wanita tersebut masih terpaut pada laki-laki yang pernah membuat dia begitu berjuang bahkan sampai melawan dunia," ucap Abiyal perlahan tatapan Zidan berubah.

Tatapan tajam tersebut berubah menjadi tatapan yang nanar membuat Abiyal tersenyum.

"Wanita yang sifatnya tulus seperti Mbak Zahra, tidak akan mudah melupakan apa yang pernah ia perjuangkan dengan begitu keras, demi menerima sesuatu yang ia peroleh tanpa usaha, yaitu anda," ucap Abiyal membuat Zidan menundukkan pandangannya.

"Saat kita bertemu di mall untuk pertama kalinya waktu itu," tutur Abiyal, "Saya tau jika kalian belum menikah," lanjut Abiyal membuat Zidan kembali menatapnya.

"Dan saya juga tau bahwa anda menikahi Mbak Zahra karena calon suami Mbak Zahra, mundur dari pernikahan mereka entah untuk alasan apapun itu, dan anda menggantikan posisi laki-laki itu saat itu, bukan?" tutur Abiyal.

"Saya tau semuanya," ucap Abiyal menatap Zidan sambil tersenyum miring.

"Yang sangat di herankan, anda begitu cepat mengambil keputusan untuk terus menikahi Mbak Zahra, tanpa anda berpikir untuk mengenalnya lebih dulu," ujar Abiyal

"Tidak bisa di pungkiri bahwa Mbak Zahra memang mempunyai paras yang begitu indah yang dapat memikat siapa saja," lanjut Abiyal.

"Matanya yang bulat, pipinya yang ranum dan berkilau, dan bibirnya yang tipis," ucapan Abiyal membuat Zidan menatap Abiyal kembali tajam dan mengertakkan giginya.

Abiyal mendekat ke arah Zidan lalu hendak berbisik ke arah telinga Zidan.

"Siapa sangka, pipi yang ranum dan bibir yang tipis itu, sudah pernah di sentuh lebih dulu oleh seseorang sebelum anda, atau bahkan wanita cantik itu sudah pernah tidur bersamanya," ucap Abiyal yang membuat dada Zidan bergemuruh.

LUKA atau OBAT ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang