Usai membersihkan diri dan melaksanakan shalat magrib, Zidan melangkahkan kakinya menuju kamar Zahra dan memutar kenop pintu.
Tatapan Zidan dan Zahra kini bertemu dengan Zahra yang tengah duduk bersandar di kepala tempat tidur dengan raut wajah yang tampak pucat.
Zidan tersenyum menatap sang istri lalu langsung mendekat dan duduk di hadapan Zahra. Tangannya perlahan terangkat dan mengusap wajah Zahra lembut sedang Zahra hanya menatap Zidan dengan alis yang saling bertautan dan raut wajah yang takut.
Wajah Zahra di tangkup oleh kedua tangan Zidan lalu di ciumnya wajah sang istri dengan lembut dan penuh kehangatan.
Tak ada obrolan di antara keduanya, hanya sentuhan dari Zidan pada Zahra yang membuat sang istri tampak mulai tenang.
Zidan terus membelai rambut Zahra dengan lembut dengan sesekali mengusap pipi sang istri.
"Abang," ucap Zahra akhirnya, Zidan pun sepontan menaikkan kedua alisnya bertanya menatap Zahra.
"Kenapa sayang?" ucap Zidan bertanya.
Zahra diam tak mengutarakan apa yang tengah ia pendam membuat Zidan mendekatkan lagi jarak duduk keduanya lalu menarik Zahra ke dalam pelukannya.
Pelukan Zidan terlihat begitu nyaman saat Zahra memejamkan matanya dan menikmati hangatnya tubuh sang suami. Kecupan lembut pun di berikan Zidan pada puncak kepala Zahra yang tercium aroma buah membuat Zidan tersenyum.
"Abang," panggil Zahra lagi.
"Iya sayang," sahut Zidan dengan lembut dengan tangan yang terus membelai halus surai hitam milik istrinya yang lurus.
"Zahra mau ...," ucap Zahra membuat Zidan mengerutkan dahinya.
"Heum ...," gumam Zahra dengan nada yang sedih dan menjauhkan dirinya dari Zidan.
"Mau apa?" tanya Zidan membuat Zahra mengalihkan wajah sedihnya seperti balita membuat Zidan tersenyum gemas.
"Sayang ...," panggil Zidan lembut dengan senyum tak lengkang di wajahnya.
"Apa? Jantung hati Abang mau apa?" tanya Zidan lagi dengan wajah sumringah memperlihatkan sederet giginya.
"Abang kenapa ketawa hiks," ucap Zahra kesal membuat Zidan mengubah raut wajahnya dan langsung menahan tawanya. Zahra begitu terlihat menggemaskan di matanya saat ini.
Zidan mengatupkan mulutnya menahan gemasnya terhadap sang istri, setelah beberapa saat ia mengakup wajah Zahra untuk menatapnya.
"Sayang mau apa?" tanya Zidan lembut yang kini hanya ada raut wajah tanya yang di lihat oleh Zahra.
"Hah ...," hela Zahra menundukkan pandangannya yang membuat Zidan kembali menahan tawanya karena Zahra terlihat lelah dan tak tahu menyampaikan keinginannya.
"Sayang ...," ucap Zidan lagi mengusap rambut Zahra, "Sayang mau apa? Heum?" tanya Zidan.
"Zahra mau makan pempek," cicit Zahra dengan tatapan yang tertunduk dan tangan yang memilik baju kaos Zidan membuat Zidan tak sanggup untuk menahan gemasnya.
"Sayang pengen pempek?" tanya Zidan membuat Zahra menatap Zidan dan menganggukkan kepalanya.
Zidan pun terkekeh membuat Zahra menautkan alisnya tak suka.
"Bundanya pengen pempek ternyata," ucap Zidan mengusap perut Zahra yang sudah mulai berisi dan sedikit keras.
"Papanya mikir keras Bundanya mau apa," ujar Zidan masih menatap perut Zahra dan mengusapnya, "Buah hati Bunda juga gak ngasih tau ke Papa, Bundanya mau apa," lanjut Zidan membuat Zahra yang mendengar ucapan Zidan berkedip beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA atau OBAT ?
RomanceZahra Al-Malik, perempuan yang sudah hampir tidak mempercayai lagi laki-laki selain Almarhum Abi dan saudari laki-lakinya, dan mungkin bahkan sekarang ia tidak akan pernah percaya akan ucapan laki-laki. Pernikahannya yang hanya tinggal menghitung ja...