••• 🔫🔫 •••Perlahan-lehan kelopak mata terbuka, lalu retina mata tersebut mencoba untuk membiasakan dengan cahaya dalam ruangan. Ia menggeliat merasa tidak nyaman.
Tubuhnya serasa sakit dan begitu lemah, seperti habis terbanting namun nyatanya tidak ada. Setelah mata itu sudah sadar betul, Jisoo merubah posisi tubuhnya.
Ia duduk dan memandangi ruangan itu. "Dimana gue? Kepala gue sakit banget, sialan" monolognya.
"Aww apa ini?!" tanyanya masih bermonolog, ia terkejut karena kedua kakinya dirantai dan yang paling menyakitinya adalah lehernya ikut terantai juga.
Tiga rantai tersebut terhubung pada dinding kamar. Karena terbuat dari besa murni, rantai itu sangat berat dan membuat Jisoo risih.
"Sialan, pasti iblis itu yang melakukan ini" kecam Jisoo marah.
Walaupun tubuhnya masih begitu lemah, Jisoo berusaha untuk bangkit. Ia berdiri di samping kasur dan memperhatikan penghubung antara rantai dengan dinding.
"Gue harus segara kabur" ujarnya lagi-lagi bermonolog. Ia merogoh setiap laci nakas namun tidak ada apapun yang bisa digunakan. Seluruh laci hanya diisi oleh handuk dan kain berwarna putih.
Ia ingin merogoh lemari di samping sofa. "Aghhh" lenguhnya kesakitan, ia terjatuh dalam posisi wajah mencium lantai.
Rantai tersebut hanya sekitar tiga meter saja, itu tidak cukup untuk menjangkau lemari.
Sekarang ia bingung harus apa, jika begini ia akan terus terkurung dalam kamar asing ini. Jisoo yang sudah lemah dan harus terjatuh lagi membuat tubuhnya semakin lemah.
Ia memutuskan untuk duduk di sisi ranjang itu, tangannya mulai memijit-mijit dahinya. Kepalanya masih sangat pusing, ia tidak tahu harus bagaimana sekarang.
Cklekk..
Terdengar suara pintu kamar yang terbuka, ia langsung menghentikan kegiatan memijitnya. Ditatapnya garang pada sosok yang sudah hampir lima tahun ia benci.
Sedangkan Sehun, dia malah dengan santainya berjalan memasuki kamar. Pria itu duduk di sofa, menyilangkan kakinya dan menatap intens gadis dengabn sleeping dress berwarna putih itu.
"Lo! Lepasin gue, bajingan! Ngapain lo kurung dan rantai gue kayak gini, sialan"
Tidak ada ekspresi sedikit pun, Sehun masih setia menatap datar Jisoo dengan aura gelap yang tampak jelas dari matanya.
"Lepasin, sialan! Lo budek atau apa, HAH!"
Tetap belum ada jawaban, dalam hati Jisoo menyumpahi pria itu. Mengumpati pria itu dengan segala umpatan yang ia tahu.
Jisoo berdiri, ia berjalan dan berhenti tepat di batas terjauh yang bisa ia gapai dengan rantai di kaki dan lehernya. Saat ini mereka berjarak sekitar dua meter, itu cukup jauh bagi Jisoo untuk membanting tubuh Sehun lagi.
"JELASIN, BRENGSEK! KENAPA LO KURUNG GUE DI SINI?! LO UDAH BUNUH PAPA GUE, SEKARANG LO MAU BUNUH GUE JUGA? LO GAK PUAS HAH?!" teriak Jisoo histeris, jeritan itu bahkan terdengar hingga keluar kamar.
Akhirnya terbitlah ekspresi di wajah datar Sehun. Ia smirk sejenak, lalu bangkit dari sofa. Sehun dengan santainya berjalan mendekat, hingga akhirnya berdiri tepat di depan Jisoo.
Gadis itu menatap marah dan berapi-api, ia kehabisan kesabarannya setiap kali melihat Sehun. Jika ia bisa ia ingin membanting Sehun, namun yang ada ialah yang akan terbanting ke lantai karena rantai di leher menahan tubuhnya.
Mata Sehun menatap tajam pada kedua mata indah namun saat ini beraura negatif. Ia terkekeh sendiri padahal tidak ada yang lucu.
"Puas? Membunuh Kim Bum memang tujuanku, tapi kamu adalah objek kepuasan baruku. Ada kesenangan tersendiri melihatmu menjerit seperti orang gila" jawab Sehun benar-benar tidak waras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal | Little Hell
Mystery / Thriller"Manusia terlahir dengan takdir yang sudah ditentukan sejak awal. Namun aku lebih memilih mengarang takdirku sendiri" Sehun. "Dasar iblis! Terkutuk lah kau diantara seluruh makhluk di bumi, Ooh Sehun!" Jisoo. "Terima kasih untuk ucapan syukurmu, Kim...