C | 7

949 139 7
                                    

••• 🔫🔫•••

Cahaya matahari pagi membangunkan gadis mungil itu setelah rasanya cukup lama beristirahat. Ia meregangkan tubuhnya yang terasa kaku.

Namun seketika dahinya berkerut dalam. Jisoo langsung duduk dan meregangkan kaki serta lehernya. Namun ia bingung kenapa tubuhnya tidak sesakit semalam.

Bahkan ia baru sadar ia bisa duduk dengan mudah. "Apa gue udah di surga?" tanya Jisoo menghalu.

Namun ia tersadar ia masih ada di kamar yang sama dengan rantai di leher dan kakinya. Tubuhnya terasa lemas dan masih sakit. Namun tidak sesakit semalam.

Bahkan rasa sakitnya berkurang tujuh puluh persen. "Obat apa yang dikasih Sehun ke gue ya? Tubuh gue cukup fit" monolognya.

Segera Jisoo beranjak dari kasur. Ia melakukan peregangan otot di samping ranjang. Lalu menatap pada kamera CCTV.

Cklek..

Jisoo terkejut saat pintu terbuka dan Sehun muncul. Ia kira pria itu sedang mengintainya dari CCTV. Ternyata orangnya datang dengan sendirinya.

Tubuhnya yang lebih baik juga membuat pikirannya ikut membaik. Seketika raut benci dan horor terpasang di wajah cantik itu.

Sehun dengan santainya memasuki kamar tersebut.  Mata tajam dan memikat itu terus memandangi sosok Jisoo yang lebih segar dari sebelumnya.

Ia duduk di sofa depan ranjang Jisoo. Menyilangkan kaki seraya memainkan jari-jari di pahanya sendiri.

"Tubuhmu membaik?" tanya Sehun datar tanpa ekspresi.

Jisoo memutar bola matanya malas, ia terlalu muak untuk bertemu pria itu. Lebih memilih kembali duduk di tepi ranjangnya.

Sehun bangkit dari sofa itu dan mendekati Jisoo. Ia berdiri di depan Jisoo dan langsung mencengkram keras dagu tirus milik Jisoo.

"Sudah aku katakan aku tidak suka kebaikanku tidak dihargai, Kim Jisoo!" Ujar Sehun dengan menekankan pengucapan nama Jisoo.

Namun Jisoo malah balas menatap pria di depannya tajam. Ia semakin menantang Sehun dengan menyeringai, "kenapa? Memangnya psikopat sepertimu tahu arti sebuah kebaikan?"

'Menarik' batin Sehun senang. Seringaian kembali terukir di bibir Sehun, "masih belum puas dihukum, nona Soonya?"

Seringaian itu menjadi pertanda bagi Jisoo bahwa hal kejam sedang menunggunya. Tapi dia harus tampil tenang, ia harus melawan dan mencuri kunci rantainya. Ia tahu Sehun pasti mengantungi kunci itu.

Sehun semakin kuat mencengkram rahang Jisoo dan matanya semakin menunjukkan aura gelap bahwa ia benar-benar keji.

Rasanya rahang Jisoo ingin patah. Ia memukul-mukul lengan Sehun, berharap pria itu melepaskan tangan besarnya dari wajah kecil tersebut.

Untunglah Sehun melepaskan cengkraman tersebut. Dia menghempaskan tubuh Jisoo ke kasur.

Ketika Sehun berbalik dengan cepat Jisoo berdiri dan dan menendang pinggang Sehun. Tenaganya tidak sekuat biasanya namun cukup untuk membuat Sehun kehilangan kestabilan.

Jisoo mengambil ancang-ancang untuk membanting Sehun dari belakang. Namun tiba-tiba Sehun dengan sigap menumpukan tubuhnya agar lebih berat.

Hal itu membuat Jisoo gagal. Kali ini Sehun membalik posisi. Ia memutar tubuh Jisoo dan mendorongnya hingga punggung Jisoo membentur tembok.

Jisoo segera mengambil ancang-ancang, ia  melompat ke kasur dan akan mengeluarkan jurus andalannya. Yaitu menyeleding kepala lawan, tubuhnya terlalu ringan sehingga mempermudah pergerakannya.

Criminal | Little HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang