C | 21

959 131 4
                                    


••• •••

Jisoo duduk di tepi ranjang, memperbaiki posisi tidur Hyunjin dan menyelimutinya. Namun karena Hyunjin memang tipe orang yang mudah terbangun, hanya gerakan kecil sudah mengusik mimpinya.

"Engghhh oh noona?" gumamnya masih setengah sadar.

Wanita itu mengangguk lembut, ia mengusap lembut dahi Hyunjin dan meneteskan air mata lagi "maaf, maafin gue ya. Gue gak bermaksud sakiti perasaan lo" kata Jisoo dengan suara pelan.

Hyunjin segera berbaring membelakangi Jisoo, matanya mulai memanas ingin ikut menangis bersama. Tapi ia merasa tidak pantas kembali pada sang noona lagi.

"Gue bisa hidup sendiri, noona gak perlu repot-repot urus gue lagi" katanya.

Tapi Jisoo segera menarik bahu Hyunjin agar menghadap padanya, "gue mohon jangan gitu. Gue salah bilang itu, please maaf ya" melihat air mata Jisoo rasanya Hyunjin semakin sedih. Ia langsung menghempas tangan Jisoo dan kembali membelakangi sang noona.

Ditariknya selimut untuk menutup seluruh tubuh hingga ujung kepala.
Jisoo mulai terisak, ia sungguh merasa buruk dengan semua orang di sekitarnya. Rasanya dia adalah pembawa masalah dan kesialan bagi mereka. Tapi kenapa mereka semua masih perhatian padanya, itu semakin menimbulkan beban baru dihatinya.

"Gue akuin gue salah Hyun, harusnya gue gak ngomong gitu. Tapi saat itu gue benar-benar kehilangan harapan, gue hancur banget. Gue akuin memang berat membesarkan lo saat gue juga kesulitan bertahan hidup sendirian. Tapi gue gak pernah menyesali semuanya. Gue sayang sama lo seperti adek kandung gue sendiri. Cuma lo keluarga yang gue punya, cuma lo orang yang selalu ada buat gue. Saat itu gue kehilangan akal sampai bicara kasar tapi gue gak pernah serius dengan ucapan gue itu. Berbulan-bulan gue hancur di tangan Sehun, gue sakit Hyun gue benar-benar dirusak sama dia. Gue belum pernah kan cerita apa aja yang gue alami? Itu karena gue gamau lo kecewa ke gue. Gue tutup semuanya tapi gue kehilangan kesadaran dan diri gue setelah gue dilecehkan dan sekarang..."

Ucapan Jisoo itu membuat air mata Hyunjin akhirnya menetes. Ia menangis dalam selimutnya, ikut bersedih tentang masa lalu. Namun ucapan Jisoo yang terpotong membuat Hyunjin ingin sekali keluar dari selimutnya.

"Gue.. gue hikss.. gue hamil hikss hikss..."

Deg...

Jantung Hyunjin seolah berhenti berdetak. Ia tidak tahu bahwa sang noona sedang berada diambang puncak tertinggi penderitaannya. Pantas saja selama ini Jisoo kelihatan berbeda, ia tampak semakin dewasa dan berisi tepat sebelum ia mogok makan.

"Itulah alasan gue hindari semua orang, menghukum diri gue sendiri dan gak berani bertemu dengan lo. Gue gagal Hyunjin, gue gagal jadi putri yang terhormat dan kakak yang baik buat lo. Gue mengandung anak dari musuh gue sendiri hikss..."

Jisoo menunduk malu sambil terus menangis. Ia meluapkan seluruh perasaan menyakitkannya yang selama ini ia sembunyikan. Ia terus mengutuk dirinya, bahkan masalah pengkhianatan sang kekasih tidak mampu menyaingi rasa sakit yang ia simpan karena hal itu.

Wanita itu terdiam dan langsung mendongak kala ada tangan besar yang menyeka air matanya. Matanya yang tampak membengkak karena terus menangis selama berhari-hari meyakinkan Hyunjin seberapa berat masalah yang dialami sang noona.

"Lo gak salah noona, itu bukan kesalahan lo. Di sini lo adalah korbannya, jangan hukum diri lo lagi" ujar Hyunjin dengan penuh kasih. Ia segera memeluk sang noona dan menepuk-nepuk lembut punggung Jisoo. Memang dia adalah remaja yang nakal dan pembangkang, tapi jika menyangkut sang noona remaja nakal itu berubah selembut kapas.

"Lo udah lakukan yang terbaik semampu lo. Jangan siksa diri lo lagi ya, gue bakal tetap ada di sisi lo. Gue bakal temani lo lewati ini semua" Jisoo memeluk Hyunjin dan mengangguk, beginilah mereka. Ketika dua anak dengan permasalahan berbeda namun sama-sama didewasakan oleh keadaan serta saling menguatkan.

Criminal | Little HellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang