"Hati-hati dengan tindakanmu. I always watching you" ujar Sehun memperingati Jisoo.
Kepala Jisoo mengangguk cepat, "kamu bisa percaya padaku" jawabnya percaya diri namun pria itu hanya menatapnya datar.
Setelah mobil sampai di depan rumah Jisoo, keduanya keluar bersamaan. Mereka memasuki rumah yang cukup besar untuk ditinggali berdua namun teramat kecil bila dibandingkan mansion milik Sehun.
Saat mereka sampai, ternyata Hyunjin sudah menunggu di ruang tamu. Tidak sendiri, ada semua anggota grupnya juga. Bahkan ada Suzu juga, hanya Mingyu yang tidak ada karena sudah ada di alam baka.
Dengan mata berbinar, Jisoo langsung berlari masuk. Memeluk Seulgi dan dilanjut semua saling berpelukan.
"Akhirnya gue ketemu kalian" katanya dengan haru.
Seulgi menangkup pipi Jisoo, dengan wajah sendu mengamati wajah mungil milik Jisoo "lo gapapa?" dan diangguki cepat oleh Jisoo. Dia tentu berbohong, hanya saja bagaimana bisa dia jujur merasa sakit di depan orang yang menyakitinya. Sehun masih ada bersama mereka.
Masih dalam posisi haru bercampur rindu, mereka memuaskan perasaan mereka. Sedangkan Sehun duduk di single sofa dengan kaki tersilang mengamati seisi ruang tamu.
Bangchan melepaskan pelukannya dari Jeonghan dan Hyunjin. Ia duduk di sofa samping tempat Sehun duduk, menatapnya curiga.
"Sebenarnya apa maumu? Gue masih belum paham dengan semua yang terjadi"
Pertanyaan itu mengubah suasana dalam ruang tamu bernuansa vintage tersebut. Mereka berubah serius dan berharap jawaban dari Sehun.
Pria berwajah dingin tersebut mengetuk-ketuk sandaran tangan dengan jari jarinya. Seringaian tipis terukir di bibir itu. Tidak tahu apa sebenarnya makna seringaiannya.
"Dendamku hanya pada keluarga Jisoo. Tapi kalian menghalangiku, itulah alasan kalian disekap" jawabnya dengan jelas.
Tapi semuanya tidak mengerti, jika memang dendam kenapa Jisoo dibebaskan?
"Tapi kenapa lo bebasin Jisoo?" tanya Seulgi.
Sehun hendak bicara namun ponselnya berdering. Ternyata panggilan masuk dari Jaehyun "selagi aku terima panggilan ini, jelaskan pada mereka" perintahnya pada Jisoo.
Lalu Sehun pergi menerima panggilan dari pria yang punya kepribadian mirip dengannya tersebut. Di ruang tamu, Jisoo dengan berat hati menceritakan segalanya.
••• •••
Dengan santai dan elegan, Sehun duduk di kursi depan pantri bersampingan dengan Jisoo. Kini mereka menunggu pria berambut gondrong itu membuatkan hidangan makan malam.
"Sehun" panggil Jisoo ragu.
"What?"
Jisoo merubah posisinya sedikit menyamping, dipandanginya Sehun dengan rasa gugup "gue eh maksudku, aku boleh kerja lagi?"
Sehun yang sejak tadi mengamati punggung Hyunjin yang sibuk memasak merubah atensinya, "gak boleh"
Wajah Jisoo berubah cemberut, "but why? Aku butuh uang untuk biaya kuliahku, biaya sekolah Hyunjin dan biaya hidup kami" katanya dengan kekesalan.
Pria itu tiba-tiba menjentik dahi Jisoo kecil, "I guess you still have brain to think, Kim Jisoo"
"Asshh my brain can not think of a reason" jawabnya kesal seraya memijit dahi.
Melihat kekesalan Jisoo, Sehun merasa itu sangat lucu. Senyuman lebar terukir di bibirnya kala Jisoo mengumpatinya tanpa suara.
Tangan putih kekar itu menepuk-nepuk paha Jisoo yang terekspos karena saat ini ia mengenakan mini jeans pants. Seketika tubuhnya menegang karena sentuhan kulit di pahanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Criminal | Little Hell
Misterio / Suspenso"Manusia terlahir dengan takdir yang sudah ditentukan sejak awal. Namun aku lebih memilih mengarang takdirku sendiri" Sehun. "Dasar iblis! Terkutuk lah kau diantara seluruh makhluk di bumi, Ooh Sehun!" Jisoo. "Terima kasih untuk ucapan syukurmu, Kim...