Levine menyandarkan punggung di kap mobil menunggu gerbang SMA Bhineka Nusantara terbuka lebar, lalu menampilkan sosok gadis yang teramat dirindukannya. Semenjak lulus SMA, cowok tersebut melanjutkan kuliah di Belanda. Karena disanalah jurusan hukum terbaik sedunia berada. Levine hanya pulang enam bulan sekali, itu pun kalau liburnya memungkinkan untuk balik ke Indonesia.Harusnya, Levine belum bisa ambil cuti di pertengahan semester. Namun, demi memberi supprise untuk Alana yang baru menyelesaikan Ujian Nasional. Ia rela menerima konsekuensi yang akan diberatkan oleh dosen pembimbingnya setelah kembali ke negeri kincir angin tersebut.
Bunyi dorongan gerbang terdengar keras. Sontak saja Levine menegakkan badan. Sebentar diamatinya penampilan yang memakai kemeja putih dengan bagian lengan dilipat hingga ke siku. Ditambah jam hitam melingkar sempurna dipergelangan tangan. Lengkap celana jeans hitam yang dipadukan sepatu sneakers berwarna senada. Membuatnya makin terlihat keren.
"Levine!"
Dari kejauhan Alana memekik lantang. Sungguh terkejut atas apa yang ditangkap indera penglihatannya. Begitu pun teman-temannya yang lain, ikut tercengang akan kedatangan Levine yang begitu tiba-tiba.
Gegas Alana berlari kencang menghampiri sang kekasih, dipeluknya Levine penuh rasa rindu yang menggebu-gebu.
"Ciye ... kaget, ya?" tanya Levine sambil mengelus lembut pucuk kelapa wanita yang telah menjalin hubungan dua tahun lebih bersamanya.
Kepala Alana mengangguk antusias seraya mengeratkan dekapan, menyalurkan rasa kangen yang bertubi-tubi terpendam. Setelah satu tahun full ditinggal kesayangan.
"Udah makan, belum?" Levine bertanya.
Alana menggeleng saja. Gadis itu benar-benar enggan melepaskan rengkuhannya. Seakan sekali lepas, Levinenya menghilang ditelan bayang.
"Makan dulu, ya. Nanti kangen-kangenan lagi." Levine tertawa kecil sembari melerai pelukan.
Alana merengut, tunangannya itu tidak bisa mengerti keadaan hati yang sedari lama membuncah.
Dikecup Levine ubun-ubun Alana. "Jangan bikin aku gemes, Sayang. Bahaya lho," katanya mengerling nakal.
"Bile gemas nak ape memang?"
"Entar aku langsung gendong kamu ke KUA."
"Dasar modus!"
"Tapi suka, kan?"
"Pastilah!"
Lalu, tawa keduanya berderai.
"Giliran ada Levine aja, temennya ditinggal. Kemarin-kemarin pas Levine pergi lama ngerengek-ngerengek ke kita. Dasar kacang lupa kulit memang!" sindir Bunga yang langsung diangguki setuju oleh Sajana dan Tasya.
"Korang ni." Alana sedikit menjaga jarak dari Levine. Entah mengapa dirinya jadi malu sendiri, ditambah pipi yang terasa panas membuatnya makin membuang muka ke sembarang arah, asal tak terlihat Levine.
"Dih bulshing!" ejek Sajana. Kontan saja semua jadi ngakak mendapati Alana yang salah tingkah.
"Duh, kok gue geli sendiri ya liat Alana begitu," celetuk Tasya makin terbahak.
Kelakuan lucu Alana sungguh menghibur mereka.
Menggeleng kepala Levine menyaksikan kekasihnya di-bully habis-habisan. Perlahan menarik Alana dan disembunyikan di punggungnya, supaya ketiga cewek itu berhenti membuat Alana merasa tersudutkan.
"Kalian pulang naik apa?" tanya Levine mengalihkan topik obrolan.
"Biasa, Kak. Taksi online," jawab Bunga. Lalu menunjuk sebuah mobil sedan yang terhenti depan gerbang yang platnya sama persis tertera di aplikasi. "Tuh pucuk dicinta ulam pun tiba!" sambungnya semringah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALANA (Pretty Girl of Malaysia) TAMAT
Teen FictionAlana, korban broken home sekaligus selebgram berdarah Melayu, terpaksa bertunangan dengan Levine, sepupu sekaligus musuh masa kecilnya. Keduanya tidak bisa menolak ide konyol Lubna-ibunya Levine, hanya cara itu yang dapat membebaskan Alana dari jer...